Konseling Kelompok dan Perorangan Sebelum Menjalani IVA Manajemen Pengendalian Kanker Leher Rahim 1. Persiapan

d. Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan disimpan untuk beberapa hari 6 Larutan klorin 0,5 untuk dekontaminasi alat dan sarung tangan.

b. Konseling Kelompok dan Perorangan Sebelum Menjalani IVA

Sebelum menjalani test IVA, ibu dikumpulkan untuk edukasi kelompok dan sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat presentasi dalam edukasi kelompok selama 10 sampai 15 menit, topik-topik yang harus dibahas adalah sebagai berikut: 1. Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA dan krioterapi. 2. Sifat dari kanker leher rahim sebagai sebuah penyakit. 3. Faktor-faktor resiko terkena penyakit tersebut. 4. Pentingnya penapisan dan pengobatan dini 5. Konsekuensi bila tidak menjalani penapisan. 6. Mengkaji pilihan pengobatan jika hasil tes IVA abnormal. 7. Peran pasanagan pria dalam penapisan dan keputusan menjalani pengobatan. 8. Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga ibu siap menjalani krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat hasil IVA abnormal. 9. Arti dari tes IVA positif atau negatif. 10. Pentingnyamembersihkan daerah genital sebelum menjalani tes IVA KEMENKES, 2013.

c. Tindakan IVA

Tindakan IVA dimulai dengan penilaian klien dan persiapan, tindakan IVA, pencatatan dan diakhiri dengan konseling hasil pemeriksaan. Penilaian klien Universitas Sumatera Utara didahului dengan menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi dan harus ditulis, termasuk komponen berikut: a Paritas. b Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah. c Pemakaian alat KB. d Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah. e Riwayat IMS termasuk HIV. f Merokok. g Hasil papsmear sebelumnya yang abnormal. h Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim. i Penggunaan steroid atau obat-obat alergi yang lama kronis. 1 Penilaian Klien dan Persiapan Terdapat beberapa langkah untuk melakukan penilaian klien dan persiapan tindakan IVA yaitu : a Sebelum melakukan tes IVA, diskusikan tindakan dengan ibuklien. Jelaskan mengapa tes tersebut dianjurkan dan apa yang akan terjadi pada saat pemeriksaan. Diskusikan juga mengenai sifat temuan yang paling mungkin dan tindak lanjut atau pengobatan yang mungkin diperlukan. b Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia, termasuk spekulum steril atau yang telah di Desinfektan Tingkat Tinggi DTT, kapas lidi dalam wadah bersih, botol berisi larutan asam asetat dan sumber cahaya yang memadai. Tes sumber cahaya untuk memastikan apakah masih berfungsi. Universitas Sumatera Utara c Bawa ibu ke ruang pemeriksaan. Minta dia untuk buang air kecil BAK dan membersihkan dan membilas daerah kemaluan sampai bersih sebelum melakukan pemeriksaan. Kemudian minta ibu untuk melepas pakaian termasuk pakaian dalam sehingga dapat dilakukan pemeriksaan panggul dan tes IVA. d Posisikan ibu di meja ginekologis dan tutup badan ibu dengan kain, nyalakan lampusenter dan arahkan ke vagina ibu. e Cuci tangan dengan sabun sampai bersih kemudian keringkan tangan. Lakukan palpasi abdomen dan perhatikan apabila ada kelainan. Periksa juga bagian lipat paha, apakah ada benjolan atau ulkus apabila terdapat ulkus terbuka, pemeriksaan dilakukan dengan memakai sarung tangan. Cuci tangan kembali. f Pakai sepasang sarung tanganhandscoon yang steril atau yang sudah di DTT. 2 Tes IVA Tes IVA dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a Inspeksiperiksa genelita eksternal dan lihat apakah terdapat discharge pada mulut uretra. Beritahu ibu bahwa spekulum akan dimasukkan. b Dengan hati-hati masukkan spekulum kedalam vagina. Atur spekulum sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat. Bila leher rahim sudah terlihat kunci spekulum dalam posisi terbukasehingga tetap berada di tempatnya saat melihat leher rahim. c Pindahkan sumber cahaya agar leher rahim dapat terlihat dengan jelas. Universitas Sumatera Utara d Amati leher rahim apakah ada infeksi cervitis sperti cairan keputuhan mucous etopi ectropion; kista Nabothy atau kista Nabothian, nanah atau lesi “strawberry”infeksi Trichomonas. e Gunakan kapas lidi bersih untuk membersihkan cairan yang keluar, darah atau mukosa dari leher rahim. Buang kapas lidi kedalam wadah anti bocorkantung plastik. f Identifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah di sekitarnya. g Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada leher rahim. Bila perlu, gunakan kapas lidi bersih untuk mengulang pengolesan asam asetat dampai seluruh permukaan leher rahim benar-benar telah dioleskan asam asetat secara merata. Buang kapas lidi yang telah dipakai. h Setelah leher rahim dioleskan larutan larutan asam asetat, tunggu selama 1 menit agar diserap dengan memunculkan reaksi acetowhite. i Periksa SSK dengan teliti. Lihat apakah leher rahim mudah berdarah. Cari apakah ada bercak putih yang tebal dan epithel acetowhite. Gambar2.6 IVA positif dan negarif j Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan kapas lidi bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris yang Universitas Sumatera Utara terjadi saat pemeriksaan dan mungkin mengganggu pandangan. Buang kapas lidi yang telah terpakai. k Bila pemeriksaan visual leher rahim telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru untuk menghilangkan sisa asam asetat dari leher rahim dan vagina. Buang kapas yang telah dipakai pada tempatnya. l Lepaskan spekulum secara halus, jika hasil tes IVA negative, letakkan spekulum ke dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit untuk desinfeksi. Jika hasil tes IVA positif dan setelah konseling pasien yang menginginkan pengobatan segera. Letakkan spekulum pada nampan atau wadah agar dapat digunakan pada saat krioterapi. 3 Setelah Tes IVA a Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin 0,5 atau alkohol untuk menghindari kontaminasi silang antar pasien. b celupkan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik ke dalam larutan klorin 0,5. Jika pemeriksaan rectovaginal dilakukan, sarung tangan harus dibuang. c Cuci tangan. d Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk berpakaian. e Catat hasil temuan IVA bersama temuan lain seperti bukti adanya infeksi cervitis; ectropion; kista Nabothian, ulkus atau “strawberry serviks”. Jika terjadi perubahan acetowhite, yang merupakan ciri adanya lesi prakanker, catat hasil pemeriksaan leher rahim sebagai abnormal. Gambarkan sebuah “peta” leher rahim pada area yang berpenyakit pada formulir catatan. Universitas Sumatera Utara f Diskusikan dengan klien hasil tes IVA dan pemeriksaan panggulbersama klien. Jika hasil tes IVA negatif, beritahu kapan klien harus kembali untuk tes IVA. g Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan pada klien langkah selanjutnya yang dianjurkan. Jika pengobatan dapat segera diberikan, diskusikan kemungkinan tersebut bersamanya. Jika perlu rujukan untuk tes atau pengobatan lebih lanjut. Aturlah waktu untuk rujukan dan berikan formulir yang diperlukan sebelum klien tersebutmeninggalkan puskesmasklinik. Akan lebih baik lagi jika kepastian rujukan dapat disampaikan pada waktu itu juga KEMENKES RI, 2013. 3. Konseling Setelah Tindakan IVA a Jika hasil tes IVA negatif, beritahu ibu untuk datang menjalani tes kembali 5 tahun kemudian dan ingatkan ibu tentang faktor-faktor resiko. b Jika hasil tes IVA positif, jelaskan artinya dan pentingnya pengobatan dan tindak lanjut dan diskusikan langkah-langkah selanjutnya yang dianjurkan. c Jika telah siap menjalani krioterapi. Beritahu tindakan yang akan dilakukan lebih baik pada hari yang sama atau hari lain bila klien inginkan. d Jika tidak perlu merujuk, isi kertas kerja dan jadwal pertemuan yang perlu.

2.3.3 Kategori Pemeriksaan IVA

Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah : 1. IVA negarif : Serviks normal Universitas Sumatera Utara 2. IVA radang : Serviks dengan radang Servisitis, atau kelainan jinak laiinnya Polip serviks. 3. IVA Positif : ditemukan bercak putihacetowhite. Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA, karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks pra-kanker displasia ringan, sedang, berat atau kanker serviks in situ 4. IVA Kanker serviks : Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker leher rahim, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker leher rahim bila ditemukan masih padastadium invasif dini stadium IB-IIA Kustiyati dan Winarni, 2011.

2.3.4 Krioterapi

Krioterapi mencakup proses pembekuan leher rahim, baik menggunakan CO2 terkompresi atau NO2 sebagai pendingin. Pengobatan berupa penerapan pendinginan terus menerus selama 3 menit untuk membekukan diikuti pencairan selama 5 menit kemudian 3 menit pembekuan kembali.Tindakan Krioterapi dapat dilakukan di puskesmas dan unit pelayanannya dengan kriteria 1. Lesi acetowhite yang menutupi leher rahim kurang dari 75 jika lebih dari 75 leher rahim tertutup, krioterapi harus dilakukan oleh seorang ginekolog tidak lebih dari 2mm di luar diameter kriotip 2. Lesi yang tidak meluas sampai dinding vagina. 3. Tidak dicurigai kanker Krioterapi tidak boleh dilakukan oleh tenaga dokter umum Bidan di Puskesmas dengan kriteria sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 1. Lesi acetowhite lebih dari 75 dari permukaan leher rahim. 2. Lesi acetowhite meluas sampai ke dinding vagina atau lesi lebih dari 2 mm dari tepi probe alat krioterapi. 3. Lesi acetowhite namun klien menginginkan pengobatan lain selain krioterapi atau meminta tes diagnosis lebih lanjut di pelayanan kesehatan lainnya. 4. Dicurigai kanker. 5. Pada saat pemeriksaan bimanual, dicurigai adanya masa ovarium. 1 Konseling sebelum menjalani krioterapi Sesuai dengan kode etik kedokteran, informed consent secara verbal dan tertulis harus diperoleh sebelum melakukan tindakan. Klien harus mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang tindakankrioterapi yang akan dijalaninnya, risiko dan manfaat, angka keberhasilan dan alternatif lain. Dan memberikan informasi tambahan mengenai IMS dan cara mencegahnya. 2 Konseling pasca krioterapi Sebagian besar perempuanibu tidak akan mengalami masalah setelah krioterapi. Beritahu ibu bahwa mungkin akan mengalami kram dan mengeluarkan cairan bening atau sedikit bercampur darah yang biasanya berlangsung selama 4 sampai 6 minggu. Jika berbau atau berwarna seperti nanah, atau jika ibu merasa nyeri, dia harus segera kembali ke klinik untuk memeriksaka kemungkinan terjadinya infeksi. Anjurkan ibu agar tidak menyemprotkan air obat douche, mengunakan tampon atau berhubungan seks selama 4 minggu, atau sampai cairan tersebut benar-benar hilang. Universitas Sumatera Utara

2.4. Manajemen Pengendalian Kanker Leher Rahim 1. Persiapan

1 Analisis kebutuhan pemeriksaan seperti: a. Perkirakan target sasaran yaitu 80 dari jumlah WUS yang berusia 30-50 tahun di suatu daerah. b. Perkirakan kebutuhan pelayanan pengobatan. c. Pemetaan klien, dimana hal ini bertujuan agar mempermudah perempuan untuk mencapai akses penapisan kanker yang berkualitas dan pengobatannya. Dalam hal ini kader kesehatan mempunyai peranan penting dalam melakukan kunjungan rumah untuk memotivasi klien agar bersedia mengikuti program penapisan. 2 Analisis Kebutuhan Bahan Dan Alat a. Perhitungan kebutuhan bahan pemeriksaan IVA dan pengobatan krioterapi. b. Penghitungan pembiayaan, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghitung pembiayaan yang dibutuhkan meliputi : biaya penyebarluasan informasi dan edukasi untuk masyarakat, pelatihan untuk petugas kesehatan yang dilaksanakan di kabupaten sedangkan untuk puskesmas dilakukan pelatihan pada kader kesehatan yang akan membantu untuk menyebarluaskan informasi dan memotivasi masyarakat agar mau melakukan penapisan kanker leher rahim; biaya pelayanan penapisan; biaya keperluan dalam pencatatan, pemantauan dan penilaian. 3 Persiapan Lapangan Universitas Sumatera Utara Sebelum perempuan dan keluarganya bersedia dan mendukung program kegiatan penapisan mereka harus mengerti apa perlunya dan apa pentingnya deteksi dini tersebut. Untuk persiapan masyarakat perlu dilakukan advokasi dan sosialisasi, bina suasana, penggerakan masyarakat dan menjalin kemitraan dengan LPLSLSM. a. Advokasi dan Sosialisasi Advokasi ditujukan kepada para pengambil keputusan atau oranginstitusi yang berpengaruh seperti gubernurbupati, camat, kepala desa, ketua tim penggerak PKK, Dharma Wanita, LSM dan lain-lain. Tujuannya agar para pengambil keputusan atau pimpinan memberikan dukungan baik dana maupun moril guna peningkatan kegiatan. Advokasi dilakukan oleh kepala dinas kesehatan beserta jajarannya. b. Bina Suasana social support Strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder seperti tokoh masyarakat, keluarga, PKK, organisasi perempuan, keagamaan dan lain- lain.Tujuannya agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung peningkatan pengendalian kanker leher rahim. c. Penggerakan Masyarakat empowerment Strategi ini di tujukan kepada sasaran primer yaitu wanitaperempuan usia subur WUS dan perempuan yang berisiko. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuan dan kesadaran dalam melakukan pengendalian kanker leher rahim. Universitas Sumatera Utara d. Kemitraan dengan LPLS dan kelompok potensial setempat Petugas tidak mungkin bekerja sendiri tetapi perlu bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait seperti lintas program, lintas sektor serta kelompok potensial setempat seperti tokoh agama, masyarakat, kader, organisasi, perempuan keagamaan, PKK dan lain-lain KEMENKES RI, 2013. 2.5 Puskesmas 2.5.1 Definisi