Analisis Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA

DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

WAN ELYDA PUTRI NIM: 131021014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA

DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

WAN ELYDA PUTRI NIM: 131021014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 20 Oktober 2015

Wan Elyda Putri 131021014


(4)

(5)

iii

ABSTRAK

Pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan IVA adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%).Mayoritas perempuan yang didiagnosis kanker serviks biasanya tidak melakukan

screening test atau tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukannya adanya hasil

abnormal.Tidak melakukan screening test secara regular merupakan faktor terbesar penyebab ternjangkitnya kanker serviks pada seseorang.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Derdang. Jenis penelitian ini ada deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 9 informan yang terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas, Petugas IVA, Kader, Pasien IVA dan bukan pasien IVA. Analisa data dengan metode miles dan huberman.

Hasil penelitian menunjukkan dalam melaksanakan program deteksi dini kanker serviks sudah terlaksana dengan baik, namun masih terdapat petugas IVA yang belum mendapat pelatihan, sosialisasi sudah dilaksanakan namun belum maksimal karena masih terdapat masyarakat dan kader yang belum mempunyai keinginan dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Tanjung Morawa , agar mengadakan pelatihan untuk petugas IVA, meningkatkan pengetahuan dan motivasi kader dan meningkatkan sosialisasi dan pendekatan ke masyarakat agar mau untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.


(6)

ABSTRACT

Examination of early detection of cervical cancer with the IVA is a visual examination of the cervix using acetic acid means looking at the cervix with the naked eye to detect abnormalities after application of acid or vinegar (3-5%). The majority of women diagnosed with cervical cancer usually does not do a screening test or not following the discovery of the existence of abnormal results. Not perform regular screening tests is the biggest factor that cause cervical cancer in awoman.

Purpose of this reaserch was to analyze the implementation of the program of early detection of cervical cancer by methods IVA in Tanjung Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. The type of research was a qualitative descriptive method with indepth interviews, as many as nine informants consisting of Deli Serdang District Health Office, Head of Puskesmas Tanjung Morawa, IVA Officer, cadre, patient and not the patient of IVA method. Analysis of the data by the method of Miles and Huberman.

The results of research showed in implementing the program of early detection of cervical cancer has been performing well, but there are still IVA officers who have not received training, socialization has been done but there are still people and cadres who do not have the desire and awareness for early detection.

Based on the results of the study, expected to Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang and Puskesmas Tanjunga Morawa, in order to provide training for officers IVA, increasing knowledge and motivation of cadres and improving dissemination and approach to the communityso that they willing to do the early detection of cervical cancer.

Keywords: Implementation, Cervical Cancer Early Detection Program, IVA Methods


(7)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wan Elyda Putri

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/17 Desember 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jalan Sentosa Lama Gang Margo No. 14 Medan Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1997-2003 : SDSwasta Ichwannusshafa 2. Tahun 2003-2006 : SMP Swasta Josua 1 Medan 3. Tahun 2006-2009 : SMA Swasta Prayatna Medan 4. Tahun 2009-2012 : STIKes Rumah Sakit Haji Medan 5. Tahun 2013-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015.sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.

2. dr. Heldy BZ, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. 3. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

4. Dr. Juanita, SE, M.Kes., Selaku Dosen Penguji Iyang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan terhadap skripsi ini.

5. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan terhadap skripsi ini.

6. Drs., Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

vii

7. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen Administrasi dan kebijakan Kesehatan

8. Aliyah Zubaidi, SKM, selaku Petugas IVA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

9. Drg, Masriani, M.Kes, selaku Kepala Puskesmas Tanjung Morawa telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya. 10. dr. Nurhayati Kamal, Bidan Lesmi, Bidan Dartita, dan Perawat Nirwana selaku

tim program IVA yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya.

11. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Wan Syahramuddin dan Sri Suryani yang selalu mendukung dan mendoakan saya secara ikhlas, terimakasih untuk segala hal, karena kalianlah yang selalu menjadi semangat saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.Dan juga untuk nenek Saniah dan Atok Saleha yang telah mendoakan saya selalu.

12. Teristimewa kepada Adinda sayang Wan Yunita Emylia, SE yang telah memberi semangat kakak disaat kakak malas untuk menyelesaikan skripsi ini, dan juga kepada Abangda Wan Riski Fauzi, Sp dan Kakak Ipar ku Mutiara Juwita, SE yang telah juga memberikanku semangat dalam penyelesaian skripsi ini dan keponakkan bunda tersayang Wan Rayyan Muhammad Fati yang selalu menjadi penenang hati disaat hati gundah. Dan semua keluarga yang tidak bisa di sebutin satu per satu.

13. Sahabat ku dari SMA “Queens” dan teman-temanku dari D3 kebidanan.

14. Teman-teman seperjuangan di FKM USU khususnya ekstensi stambuk 2013 dan lebih terkhusus lagi peminatan AKK yang senantiasa saling memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.


(10)

15. Sahabat-Sahabat terbaikku Nanda Fitrianda, Putri Novelan, Marini Lestari Siregar, Kak Eka Ginting Manik, Meisyarah Ulfah, teman-teman LKP (bg martiman, Kak ade, dan adek Widia), yang telah membantu dan memberikan penulis motivasi-motivasi yang memabangun dan juga temen2 PBL (Kak zu, Nenti, Rahmi, Dika dan Ali) terima kasih atas semua kerja samanya.

16. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak untuk semuanya

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih perlu disempurnakan.Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis.Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, 20 Oktober2015 Penulis

Wan Elyda Putri NIM. 131021014


(11)

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kanker Serviks... 9

2.1.1Pengertian Kanker Serviks ... 10

2.1.2Penyebab Kanker Serviks ... 10

2.1.3Perjalanan Penyakit Kanker Serviks ... 10

2.1.4Faktor Risiko ... 11

2.1.5Gejala-Gejala Kanker Serviks ... 12

2.1.6Stadium Kanker Serviks ... 13

2.2 Pencegahan Kanker Serviks ... 16

2.2.1Bentuk Kegiatan Pelaksanaan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim ... 20

2.2.2Penapisan Kanker Leher Rahim Dengan Pendekatan SVA ... 22

2.3 Metode Inspeksi Visual Asam Asetat ... 26

2.3.1Pengertian ... 26

2.3.2Tahapan Pemeriksaan IVA ... 27

2.3.3Kategori Pemeriksaan IVA ... 34

2.3.4Krioterapi ... 35

2.4 Manajemen Pengendalian Kanker Leher Rahim ... 37

2.5 Puskesmas ... 39

2.5.1Definisi ... 39

2.5.2Fungsi Puskesmas ... 39

2.6 Kerangka Pikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 42


(12)

3.3 Informan Penelitian ... 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.5 Uji Validitas Data ... 44

3.6 Instrumen Pengambilan Data ... 45

3.7 Tekhnik Analisa Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1 Gambaran Umum ... 46

4.1.1 Letak Geografis ... 46

4.1.2 Wilayah Kerja ... 46

4.1.3 Data Demografi ... 47

4.1.4 Sumber Daya Kesehatan ... 48

4.2 Karakteristik Informan ... 49

4.3 Karakteristik Sumber Daya Manusia Dalam Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA di Puskesma Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 50

4.4 Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA ... 51

4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Pelatihan IVA ... 51

4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi PetugasIVA ... 52

4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana Dalam Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks DenganMetode IVA ... 53

4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Sumber Pembiayaan Dalam Implementasi Program Deteksi Dini KankerServiks Dengan Metode IVA ... 56

4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Advokasi dan Sosialisasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA ... 58

4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Bekerja Sama Dengan Pihak Lain Dalam Implementasi Program Deteksi Dini ... 59

4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Kader dan Pelatihan Kader ... 60

4.4.8 Pernyataan Informan tentang Kegiatan di Luar Gedung Dalam Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks ... 62

4.4.9 Pernyataan Informan Tentang Konseling Dalam Pemeriksaan IVA ... 63

4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Pendekatan SVA Dalam Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA ... 64

4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Tindak Lanjut Setelah PemeriksaanIVA ... 62

4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Kunjungan Ulang Dalam ProgramIVA ... 66

4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Hambatan-Hambatan Dalam Menjalankan Program Deteksi Dini ... 67

4.4.14 Pernyataan Informan Tentang Pengawasan Program Deteksi Dini ... 68


(13)

xi

BAB V PEMBAHASAN ... 70

5.1 Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan MenggunakanMetode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang... 70

5.2 Ketersediaan Sumber Daya Manusia Dalam Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Menggunakan Metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serang ... 68

5.3 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Dalam Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Menggunakan Metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 73

5.4 Ketersediaan Dana Dalam Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Menggunakan Metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 74

5.5 Advokasi ... 75

5.6 Sosialisasi ... 76

5.7 Koordinasi ... 78

5.8 Deteksi Dini ... 79

5.9 Pengobatan ... 81

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1 Kesimpulan ... 83

6.2 Saran ... 84


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lokasi Pencanangan Program ... 4 Tabel 2.1 Perbandingan IVA dengan tes penapisan lainnya ... 26 Tabel 4.1 Desa, Luas, Banyak Dusun, Jarak ke Puskesmas Induk

Tahun 2013 ... 47 Tabel 4.2 Jumlah Dusun, Jumlah Penduduk, Jumlah KK/RT dan Rata-Rata

Jiwa/RTTahun 2013 ... 47 Tabel 4.3 Persebaran Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjung Morawa Tahun 2013 ... 48 Tabel 4.4 Karakteristik Informan ... 49 Tabel 4.5 Karakteristik Sumber Daya Manusia Dalam Implementasi Program

Deteksi Dini Dengan Metode IVA ... 50 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelatihan IVA ... 51 Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tugas Pokok dan Fungsi ... 52 Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana Dalam

Implementasi Program deteksi Dini Kanker Serviks Dengan

Metode IVA Di Puskesmas Tanjung Morawa ... 53 Tabel 4.9 Peralatan Baku Untuk Fasilitas dan Pengobatan Kanker Leher

Rahim ... 54 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Tentang Biaya Pemeriksaan IVA dan

Cryotheraphy danDana Dalam Menjalankan Program Deteksi

Dini ... 56 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Advokasi dan Sosialisasi

ProgramDeteksi Dini Dengan Metode IVA ... 58 Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Tentang Bekerja Sama Dengan

Pihak Lain Dalam Implementasi Program deteksi Dini ... 59 Tabel 4.13 Matriks pernyataan Informan Tentang Kader dan Pelatihan Kader ... 60 Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Di Luar Gedung

DalamImplementasi Program Deteksi Dini ... 62 Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Tentang Konseling Saat

Pemeriksaan IVA ... 64 Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Tentang pendekatan SVA Dalam

Implementasi Program deteksi Dini Kanker Serviks Dengan

Metode IVA ... 64 Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tindak Lanjut Stelah

PemeriksaanIVA ... 62 Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kunjungan Ulang Dalam

Menjalankan Program IVA ... 66 Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan-Hambatan

Dalam Menjalankan Program deteksi Dini ... 67 Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengawasan Program


(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sambungan Skuamosa Columnar ... 10

Gambar 2.2 Perjalanan Penyakit Kanker Serviks ... 11

Gambar 2.3 Stadium Kanker Serviks ... 16

Gambar 2.4 Pencegahan Kanker Serviks ... 20

Gambar 2.5 Bagan Alur Pencegahan Kanker Serviks ... 25

Gambar 2.6 IVA Positif dan Negatif ... 32


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Mendalam (In-depht Interview)

Lampiran 2 Peralatan Baku Untuk Fasilitas Penapisan Dan pengobatan Kanker Leher Rahim

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Lampiran 5 Surat Selesai Penelitian Dari Puskesmas Tanjung Morawa


(17)

iii

ABSTRAK

Pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan IVA adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%).Mayoritas perempuan yang didiagnosis kanker serviks biasanya tidak melakukan

screening test atau tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukannya adanya hasil

abnormal.Tidak melakukan screening test secara regular merupakan faktor terbesar penyebab ternjangkitnya kanker serviks pada seseorang.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Derdang. Jenis penelitian ini ada deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap 9 informan yang terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas, Petugas IVA, Kader, Pasien IVA dan bukan pasien IVA. Analisa data dengan metode miles dan huberman.

Hasil penelitian menunjukkan dalam melaksanakan program deteksi dini kanker serviks sudah terlaksana dengan baik, namun masih terdapat petugas IVA yang belum mendapat pelatihan, sosialisasi sudah dilaksanakan namun belum maksimal karena masih terdapat masyarakat dan kader yang belum mempunyai keinginan dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Tanjung Morawa , agar mengadakan pelatihan untuk petugas IVA, meningkatkan pengetahuan dan motivasi kader dan meningkatkan sosialisasi dan pendekatan ke masyarakat agar mau untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.


(18)

ABSTRACT

Examination of early detection of cervical cancer with the IVA is a visual examination of the cervix using acetic acid means looking at the cervix with the naked eye to detect abnormalities after application of acid or vinegar (3-5%). The majority of women diagnosed with cervical cancer usually does not do a screening test or not following the discovery of the existence of abnormal results. Not perform regular screening tests is the biggest factor that cause cervical cancer in awoman.

Purpose of this reaserch was to analyze the implementation of the program of early detection of cervical cancer by methods IVA in Tanjung Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. The type of research was a qualitative descriptive method with indepth interviews, as many as nine informants consisting of Deli Serdang District Health Office, Head of Puskesmas Tanjung Morawa, IVA Officer, cadre, patient and not the patient of IVA method. Analysis of the data by the method of Miles and Huberman.

The results of research showed in implementing the program of early detection of cervical cancer has been performing well, but there are still IVA officers who have not received training, socialization has been done but there are still people and cadres who do not have the desire and awareness for early detection.

Based on the results of the study, expected to Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang and Puskesmas Tanjunga Morawa, in order to provide training for officers IVA, increasing knowledge and motivation of cadres and improving dissemination and approach to the communityso that they willing to do the early detection of cervical cancer.

Keywords: Implementation, Cervical Cancer Early Detection Program, IVA Methods


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandaidengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (non communicable disease) termasuk diantaranya penyakit kanker. Salah satu diantaranya ialah kanker serviks atau kanker leher rahim, dimana penyakit tersebut menjadi hal yang menakutkan bagi setiap wanita.

Kanker serviks adalah kanker pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina yang disebabkan oleh adanya virus Human Papiloma Virus(HPV) (Emilia, 2010).Virus tersebut memiliki tipe yang sangat banyak hampir 100 tipe HPV sampai saat ini berhasil diidentifikasi.Untuk perkembangan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup lama yaitu 10 sampai 20 tahun (Arum, 2015). World Health Organization (WHO) 2014, ditemukan 528.000 kasus baru kanker serviks didiagnosis di seluruh dunia sekitar 85% terjadi di daerah yang kurang berkembang. Pada tahun yang sama 266.000 wanita di dunia meninggal akibat kanker serviks, diantaranya 9 dari 10 kasus mengalami kematian atau 231.000 jumlah wanita yang meninggal berasal dari negara dengan pendapatan yang rendah, disamping itu 35.000 atau 1 dari 10 wanita berasal dari negara dengan berpendapatan yang tinggi. Alasan utama penyebab perbedaan tersebut adalah kurangnya pengetahuan atas pencegahan dan mendeteksi dini serta


(20)

perawatan dan sulit mengakses program, tanpa hal tersebut kanker serviks biasanya hanya dapat dideteksi ketika dalam resiko tinggi (WHO, 2014).

Amerika Serikat pada tahun 2014 diperkirakan terdapat 12.360 kasus baru kanker serviks dan terjadi 4.020 kematian akibat kanker serviks.Tingkat kematian akibat kanker serviks menurun dikarenakan pencegahan dan deteksi dini (American Cancer Society, 2014).

Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap jam diperkirakan 1 orang meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya, Indonesia akan kehilangan 600-750 orang yang masih produktif setiap bulannya. Menurut YKI (Yayasan Kanker Indonesia), kanker serviks atau kanker leher rahim menduduki urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara, seperti kejadian kanker serviks di Bali, dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur pada tahun 2010 (Arum, 2015).

Melihat perkembangan jumlah penderita dan kematian kanker serviks, diperkirakan bahwa sekitar 10% wanita di dunia sudah terinfeksi Human Papiloma Virus (HPV).Mayoritas perempuan yang didiagnosis kanker serviks biasanya tidak melakukan screening testatau tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukannya adanya hasil abnormal.Tidak melakukan screening test secara regular merupakan faktor terbesar penyebab ternjangkitnya kanker serviks pada seseorang (KEMENKES RI, 2013).

WHO merekomendasikan berbagai metode dalam melakukan deteksi dini, salah satu diantaranya adalah metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) (WHO, 2014). IVA adalah tes skrining yang sederhana berdasarkan pada lesi prakanker di epitel serviks menjadi putih sekitar satu menit setelah terkena 5% asam asetat atau


(21)

3

asam cuka, IVA mengevaluasi perubahan visual dengan mata telanjang (tanpa pembesaran). Dua dekade terakhir ini IVA dinyatakan sama atau lebih sensitif dari papsmear untuk mendeteksi lesi prakanker(Tsu dan Jeronimo, 2014).

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 pasal 161 ayat 3 manajemen pelayanan kesehatan penyakit tidak menular meliputi keseluruhan spektrum pelayanan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, yang dititik beratkan pada deteksi dini dan pengobatan penyakit tidak menular. Program deteksi dini yang telah dilakukan di Indonesia untuk mengantisipasi kanker serviks adalah IVA, yang mana sudah tercantum didalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 796/MENKES/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis pengendalian kanker payudara dan kanker serviks.

Program deteksi dini dan tatalaksana kanker leher rahim dimulai sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai program nasional yang dicanangkan oleh Ibu Negara pada 21 April 2008 (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Pada tanggal 21 April 2015 Ibu Negara Iriana Joko Widodo mencanangkan kembali gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker pada perempuan Indonesia, Program ini terus diperkuat dan dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia. Pencanangan program deteksi dini tersebut dilakukan di Puskesmas Nanggulan Kabupaten Kulonprogo melalui teleconference 10 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur dengan rangkaian kegiatan meliputi, Promotif, Preventif, deteksi dini dan tindak lanjut. Kegiatan ini merupakan bagian dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat dan berkualitas, hal ini sesuai dengan tercapainya Nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia.


(22)

Tabel 1.1 : Lokasi pencanangan program

No Provinsi Kabupaten/Kota Puskesmas

1 Sumatera Utara Kab. Deli Serdang Tanjung Morawa

2 Sumatera Selatan Kota Palembang Dempo

3 Lampung Kota Bandar Lampung Panjang

4 Banten Kota Serang Kota Serang

5 DKI Jakarta Kota Jawa Timur Jatinegara

6 Jawa Barat Kab. Cimahi Cimahi Tengah

7 Jawa Tengah Kab. Pekanlongan Wiradesa

8 DI Yogyakrta Kab. Kulonprogo Nanggulan

9 Jawa Timur Kab. Jombang Pulolor

10 Sulawesi Selatan Kota Makasar Batua

11 Nusa Tenggara Timur Kota Kupang Bakunase

Sumber : Kemenkes RI, 2015

Dari Tahun 2007 Sampai dengan tahun 2014, program telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Cakupan hasil kegiatan dari 2007 sampai 2014, yaitu telah dilakukan skrining terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang). Dimana cakupan dari skrining kanker leher rahim masih sedikit, sehinggakegiatan deteksi dini perlu terus diperkuat di daerah yang sudah mengembangkan dan diperluas ke daerah lain yang belum mengembangkan program tersebut (KEMENKES, 2015)

Pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dengan IVA adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker (KEMENKES RI, 2014). Pemeriksaan IVA dilakukan pada wanita yang berusia 30-50 tahun dan yang


(23)

5

sudah melakukan hubungan seksual dan juga perempuan tersebut dalam keadaaan tidak hamil (KEMENKES RI, 2013).Pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh Bidan, perawat, dokter umum dan dokter spesialis yang sudah terlatih (Arum, 2015).Metode IVA merupakan metode yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya yang sederhana seperti puskesmas (KEMENKES RI, 2014).Metode IVA mempunyai keunggulan selain tidak memakan biaya yang mahal metode ini juga dapat memberikan hasil dengan cepat sehingga dapat segera diambil keputusan mengenai penatalaksanaannya.

Puskesmas Tanjung Morawa merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Deli Serdang yang menjalankan program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA sejak mei tahun 2007 sampai sekarang. Pada awal kegiatan sosialisasi dilakukan pada setiap pertemuan-pertemuan seperti minilok dipuskesmas, pertemuan bulanan dikantor camat, arisan PKK, kegiatan ibu-ibu di gereja maupun di perwiritan.Kegiatan berkelanjutan hingga ke desa sampai saat ini pada waktu posyandu atau pengobatan di lapangan.

Pelatihan IVA dimulai dari tahun 2007 yang diikuti oleh 1 dokter dan 1 bidan sebagai TOT (Training of Trainer) di Jakarta. Dilanjutkan program pelatihan di kabupaten yang diikuti 1 dokter dan 3 orang bidan. Sebagai narasumber adalah tim TOT dari puskesmas dan juga dari pusat. Sekarang SDM yang bertanggung jawab dalam program tersebut berjumlah 4 orang yaitu 1 Dokter, 1 Perawat dan 2 Bidan, yang mana 2 tenaga kesehatan yang telah dilatih secara resmi dari dinas yaitu 1 dokter umum dan 1 bidan dan tenaga kesehatan lainnya belum dilakukan pelatihan secara resmi dari dinas kesehatan, tenaga kesehatan yang belum dilatih tersebut belajar di lapangan.


(24)

Klinik IVA di Puskesmas Tanjung Morawa dibuka setiap hari rabu,sasaran dalam pemeriksaan IVA yaitu wanita yang berusia 30-50 tahun, yang sudah melakukan hubungan seksual dan perempuan yang memiliki faktor resiko kanker serviks. Perempuan yang mendapat hasil test IVA negative harus menjalani penapisan minimal lima tahun sekali dan yang mendapatkan hasil test IVA positif dan mendapatkan pengobatan, harus menjalani test IVA berikutnya enam bulan kemudian.

Puskesmas Tanjung Morawa tidak hanya memberikan pelayanan IVA, puskesmas tersebut sudah dapat melakukan krioterapi.Dimana krioterapi dilakukan jika pada saat pemeriksaan IVA ditemukan lesi prakanker dan luas dari lesi tersbut kurang dari 75% leher rahim tertutup.Sejak tahun 2007-2014 dari pemeriksaan IVA yang ditemukan lesi prakanker kemudian dilakukan krioterapi sudah terdapat 5 kasus yang ditemukan dan sudah dinyatakan sembuh.

Sesuai dengan rekomendasi WHO, bahwa keberhasilan kegiatan penapisan untuk mencegah kanker akan tejadi bila penapisan dapat mencapai minimal 80% dari populasi yang berisiko, yang berarti 80% dari populasi perempuan berusia 30-50 tahun (KEMENKES, 2013).Jumlah sasaran perempuan usia 30-50 tahun Puskesmas Tanjung Morawa adalah 80% dari 6448 yaitu berjumlah 5158 orang yang harus dicapai selama lima tahun dan target selama setahun berjumlah 1032orang, pada 5 tahun pertama dari tahun 2007 – 2012 Puskesmas Tanjung Morawa sudah mencapai target yaitu 94,86%. Namun pada tahun 2014 yang melakukan test IVA yaitu 568 orang dari jumlah sasaran dari usia 30 – 50 tahun yaitu 1032 orang, dengan hasil 2 orang yang terdeteksi IVA positif dan 2 orang juga dilakukan rujukan.Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada


(25)

7

pemegang program tersebut hambatan yang dirasakan yaitu masih ada masyarakat yang belum memahami pentingnya pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahimdan juga masih ada wanita yang malu dan merasa tidak perlu untuk memeriksakan dirinya untuk deteksi dini.

Anggraini (2013) dalam penelitiannya menunjukkan pelaksanaan program IVA oleh puskesmas induk di wilayah Kota Surabaya didapatkan bahwa komunikasi, karakteristik dukungan puskesmas dan sikap penanggungjawab berpengaruh secara langsung terhadap implementasi program IVA. Susanti (2010) dalam penelitiannya terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya kunjungan IVA di wilayah kerja Puskesmas Halmahera Kecamatan Semarang adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, peran kader, penyuluhan kesehatan dan dukungan keluarga.Titisari (2013) dalam penelitiannya faktor-faktor yang berhubungan paling kuat terhadap pelaksanaan program skrining kanker serviks di Puskesmas Kota Kediri adalah komunikasi dan struktur birokrasi.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Implementasi Program Deteksi DiniKanker Serviks Dengan Metode IVAdi Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.


(26)

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana Analisis Implementasi Program Deteksi Serviks Dengan Metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis Implementasi Program Deteksi DiniKanker Serviks dengan Metode IVA Di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli SerdangTahun 2015”.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi instansi kesehatan tentang Implementasi Program Deteksi DiniKanker Serviks dengan Metode IVA Di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

2. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Analisis Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA Di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.


(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Serviks 2.1.1 Pengertian

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina yang disebabkan oleh adanya virus Human Papiloma Virus (HPV) (Emilia,2010). Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (Nugroho dan Indra Utama, 2013).Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) tersebut biasanya terjadi pada perempuan usiareproduksi (KEMENKES RI, 2013).

Epitel leher rahim terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar.Daerah pertemuan kedua jenis epitel disebut sambungan skuamosa kolumnar (SSK) dan letaknya dipengaruhi oleh faktor hormonal yang berkaitan dengan umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada perempuan usia sangat muda SSK terletak di dalam ostium. Sedangkan pada perempuan reproduksi/ sesksual aktif, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot prostaglandin.

Pada masa kehidupan perempuan terjadi perubahan fisiologis pada epitel rahim, dimana epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa yang disebut proses metaplasia dan terjadi akibat perubahan PH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat dari proses


(28)

SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah diantara kedua SSK disebut daerah transformasi.

Gambar 2.1 Sambungan Skuamosa Columnar 2.1.2 Penyebab Kanker Serviks

Penyebab utama kanker serviks adalah Human Papiloma Virus (HPV), HPV juga biasa disebut dengan wart virus (virus kutil).Terdapat lebih dari 100 tipe HPV yang telah di identifikasi.Dari 40 tipe tersebut, 13 diantaranya merupakan tipe onkogenik dan dapat menyebabkan kanker serviks atau lesi prakanker pada permukaan serviks. Sedangkan tipe lain disebut sebagai tipe risiko rendah yang lebih menyebabkan kutil kelamin (genital wart).

Setiap wanita memiliki risiko terhadap infeksi HPV onkogenik, yang dapat menyebabkan kanker serviks.Virus ini berbasis DNA dan stabil secara genetis.Stabilitas genetik ini berarti infeksi akibat virus dapat dicegah melalui vaksinasi dalam jangka waktu yang panjang (Emilia, 2010).


(29)

11

2.1.3 Perjalanan Penyakit Kanker Serviks

Proses terjadinya kanker leher rahim sangat erat hubungan dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas.Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi.

Sel yang mengalami mutasi disebut sel diplastik dan kelainan epitelnya disebut diplasia (Neoplasia Intrapitel Serviks/NIS).Dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.Lesi displasia dikenal sebgai lesi prakanker.

Pada lesi prakanker derajat ringan dapat mengalami regresi spontan dan menjadi normal kembali.Tetapi pada lesi derajat sedang dan berat lebih berpotensi berubah menjadi kanker invasive.


(30)

2.1.4 Faktor Risiko

Faktor-faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV adalah :

a. Menikah/ memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 20 tahun).

b. Berganti-ganti pasangan seksual.

c. Berhubungan seks dengan laki-laki yang sering berganti pasangan. d. Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul.

e. Perempuan yang melahirkan banyak anak.

f. Perempuan perokok mempunyai risiko dua setengah kali lebih besar untuk menderita kanker leher rahim dibanding dengan yang tidak merokok. g. Perempuan yang menjadi perokok pasif (yang tinggal bersama keluarga

yang mempunyai kebiasaan merokok) akan meningkat risikonya 1,4 kali disbanding perempuan yang hidup dengan udara bebas (KEMENKES, 2013).

2.1.5 Gejala-Gejala Kanker Serviks

Perubahan prakanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut melakukan pemeriksaan dini.Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut :

a) Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.


(31)

13

c) Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut :

a) Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan. b) Nyeri panggul, punggung atau tungkai.

c) Dari vagina keluar air kemih atau tinja.

d) Patah tulang (fraktur) (Nugroho dan Indra Utama, 2014). 2.1.6 Stadium kanker Serviks

FIGO (International Federation of Gynaecology and Obstetrics) adalah salah satu lembaga atau badan yang telah mengeluarkan pembagian stadium kanker serviks sehingga sistem inilah yang umumnya digunakan dalam pembagian kanker serviks.Pada sistem ini, angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium kanker.

1. Stadium 0

Stadium 0 ini disebut juga dengan sebutan carcinoma in situ, karena pada stadium ini sel-sel kanker belum menyebar ke jaringan lain. Kanker masih kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.Selain itu, kanker hanya ditemukan di lapisan atas dari sel-sel pada jaringan yang melapisi serviks. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun 100%. 2. Stadium I

Karsinoma yang hanya menyerang serviks, meskipun pertumbuhan kanker hanya terbatas pada serviks, namun infeksinya sudah mulai menyerang serviks dibagian bawah lapisan atas dari sel-sel serviks dan ini ditemukan


(32)

hanya dileher rahim. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 85%. Ada dua bagian dari stadium I yaitu IA dan IB. a. Stadium IA : Karsinoma invasif yang hanya didiagnosis melalui pemeriksaan mikroskopis, kedalaman invasi ≤ 5 mm dan ekstensi terluas ≥ 7 mm.

- Stadium IA1 : Invasi stroma sedalam ≤ 3 mm dan seluas ≥ 7 mm. meskipun perkembangannnya sudah mulai meluas, namun tidak dapat terlihat sel kanker ini tanpa bantuan mikroskop. - Stadium IA2 : Invasi stroma sedalam 3 mm dan seluas < 7 mm. b. Stadium IB : Lesi yang nampak secara klinis, terbatas pada serviks

uteri atau kanker preklinis yang lebih besar daripada stadium IA. - Stadium IB1 : Lesi yang nampak ≤ 4 cm. Pada stadium ini, sudah

mulai dapat melihat kanker dengan mata telanjang karena ukuran sel kanker kian membesar.

- Stadium IB2 : Lesi yang nampak > 4 cm. Pada stadium ini juga bisa dapat dilihat dengan mata telanjang.

3. Stadium II

Lokasi kanker pada stadium ini meliputi serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina dan tidak mencapai dinding panggul.Kanker menyebar melewati leher rahim menyerang jaringan-jaringan disekitarnya. Angka harapan hidup penderita kanker stadium ini dalam lima tahun adalah 50-60%.

a. Stadium IIA : Kondisi dimana kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar lebih dalam dari vagina. Kanker tidak


(33)

15

menginvasi ke parametrium (jaringan penyambung), namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina. Pada IIA 1, lesi yang nampak ≤ 4 cm sedangkan IIA2, lesi yang nampak > 4 cm.

b. Stadium IIB : Kondisi dimana mulai nampak invasi ke parametrium namun melibatkan dinding samping panggul.

4. Stadium III

Tumor meluas ke dinding pelvis dan atau melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis atau merusak ginjal.Selain itu, kanker mungkin juga telah menyebar ke simpul-simpul getah bening yang berdekatan. Angka harapan hidup pada stadium ini dalam lima tahun adalah 30%.

a. Stadium IIIA : kanker telah melibatkan sepertiga bawah vagina, tanpa ekstensi ke dinding pelvis. Dalam stadium ini, kanker telah meluas sampai ke dinding samping panggul.

b. Stadium IIIB, sel kanker telah meluas sampai dinding samping vagina. Hal ini, akan menghambat proses berkemih, sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal. Stadium ini telah mulai merusak ginjal.

5. Stadium IV

Stadium ini merupakan stadium akhir kanker dimana kondisi kanker sudah sangat parah.Karsinoma telah meluas ke pelvis sejati atau telah melibatkan mukosakandung kemih atau rectum dan meluas melampaui panggul. Angka harapan hidup penderitan kanker stadium ini dalam lima tahun sangatlah kecil, yaitu 5%.


(34)

a. Stadium IVA : Pertumbuhannya menyebar ke organ-organ sekitarnya. b. Stadium IVB : Kondisi dimana sel kanker menyebar ke organ yang

lebih jauh seperti paru-paru, hati dan tulang (Arum, 2015).

l

Gambar 2.3 Stadium Kanker Serviks

2.2 Pencegahan Kanker Serviks

Dalam mencegah kanker serviks adalah dengan menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker serviks. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks adalah sebagai berikut:

1. Jangan biarkan keputihan terus menerus. 2. Hati-hati dalam memilih pembalut. 3. Hindari berhubungan intim saat haid. 4. Hindari memakai toilet kotor.

5. Jauhi oral seks.

6. Menghindari berhubungan intim di usia dini. 7. Kebersihan organ intim saat haid.


(35)

17

8. Pola hidup sehat seperti konsumsi makanan yang sehat, hindari merokok, dan berolah raga teratur (Arum, 2015).

Pencegahan kanker serviks dimulai dari penyampaian informasi tentang faktor risiko deteksi dini untuk mendapatkan lesi prakanker leher rahim dan melakukan pengobatan segera, apabila ditemukan kelainan pada kegiatan penapisan (screening), segera dilakukan rujukan secara berjenjang sesuai dengan kemampuan rumah sakit. Pencegahan kanker leher rahim meliputi tiga tingkatan pencegahan yaitu ; primer, sekunder, dan tersier.

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dimaksudkan untuk mengeliminasi dan meminimalisasi pajanan penyebab dan faktor resiko kanker, termasuk mengurangi kerentanan individu terhadap efek dari penyebab kanker. Selain faktor risiko, ada faktor protektif yang akan mengurangi kemungkinan seseorang terserang kanker pendekatan pencegahan ini memberikan peluang paling besar dan sangat cost-effective dalam pengendalian kanker tetapi membutuhkan waktu yang lama, seperti memberikan edukasi tentang perilaku gaya hidup sehat.

2. Pencegahan Sekunder

Ada dua komponen deteksi dini yaitu penapisan (screening test) dan edukasi tentang penemuan dini (early diagnosis):

a Penapisan atau skrining

Penapisan adalah upaya pemeriksaan atau tes yang sederhana dan mudah yang dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat yang bertujuan untuk membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit diantara masyarakat yang sehat.Upaya penapisan dikatakan adekuat bila


(36)

tes mencakup seluruh atau hampir seluruh populasi sasaran, untuk itu dibutuhkan kajian jenis pemeriksaan yang mampu laksana pada kondisi sumber daya terbatas seperti Indonesia.

b Penemuan dini (early diagnosis)

Penemuan dini adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah merasakan adanya gejala.Oleh karena itu edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda awal kemungkinan kanker diantara petugas kesehatan, kader masyarakat, maupun masyarakat secara umum merupakan kunci utama keberhasilannya.

Program atau kegiatan deteksi dini yang dilakukan pada masyarakat hanya akan berhasil apabila kegiatannya dihubungkan dengan pengobatan yang adekuat, terjangkau aman dan mapu laksana, serta mencakup 80% populasi perempuan yang berisiko. Untuk itu dibutuhkan perencanaan akan kebutuhan sumber daya dan strategi-strategi yang paling efektif untuk melaksanakan program ini.

Dimana ada beberapa metode yang dikenal untuk melakukan penapisan kanker leher rahim dengan tujuan penapisan untuk menemukan lesi prakanker.

a. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA) adalah pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum melihat leher rahim yang telah dipoles dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium.


(37)

19

b. Pemeriksaan Sitologi (Papanicolaou/ tes pap) adalah suatu prosedur pemeriksaan sederhana sitopatologi, yang dilakukan dengan tujuan untuk menemukan perubahan morfologis dari sel-sel epitel leher rahim yang ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker

3. Pencegahan Tersier a Diagnosis dan terapi

Diagnosis kanker leher rahim membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan investigasi diagnostik.Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi yang tepat.Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup.Prioritas pengobatan harus ditujukan pada kanker dengan stadium awal dang yang lebih berpotensial untuk sembuh.Standar pengobatan kanker meliputi operasi (surgery), radiasi, kemoterapi dan hormonal disesuaikan dengan indikasi patologi.

b Pelayanan Paliatif

Hampir diseluruh dunia, pasien kanker yang terdiagnosis stadium lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.Untuk kasus seperti ini pengobatan yang realistis adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan paliatif (KEMENKES RI, 2013).

Program penemuan dan tata laksana penderita kanker, yaitu dengan pelatihan tenaga teknis deteksi dini dan tata laksana kanker leher rahim, sosialisasi


(38)

program.Rangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan promotif, preventif, deteksi dini, dan tindak lanjut (KEMENKES RI, 2015).

Gambar 2.4 pencegahan kanker serviks

2.2.1 Bentuk Kegiatan Pelaksanaan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim 1. Pasif

Deteksi dini kanker leher rahim dilaksanakan di fasilitas kesehatan yang telah mempunyai tenaga kesehatan terlatih seperti puskesmas, klinik swasta dan integrasi dengan program lain yaitu infeksi saluran reproduksi/infeksi menular seksual (ISR/IMS), KB(BKKBN). Langkah-langkah dalam deteksi dini adalah sebagai berikut:

1) Persiapan tempat, bahan, peralatan SDM dan penentuan waktu pelaksanaan.


(39)

21

3) Penginformasian kegiatan kepada masyarakat melalui bidan desa, kader kesehatan dan perangkat desa.

4) Penetapan teknis pelaksanaan

a. Pendaftaran dengan pembaguan nomor urut b. Pembuatan kartu nama

c. Pemanggilan klien dan suaminya.

d. Pemberian konseling dan informed consent (meminta kesediaan kepada klien dan suaminya untuk dilakukan tindakan).

e. Pelaksanaan IVA oleh bidan dengan dikonfirmasi oleh dokter puskesmas.

f. Pelaksanaan krioterapi oleh dokter/bidan di puskesmas untuk IVA positif.

g. Penjelasan rencana tindak lanjut baik pada kasus positif maupun negatif.

h. Pencatatan dan pelaporan pada form yang telah tersedia. i. Pemulangan klien.

2. Aktif

Deteksi dini dilaksanakan pada acara-acara tertentu dengan berkoordinasi dan bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor seperti peringatan hari besar, percepatan deteksi dini dan tempat pelaksanaan tidak hanya di fasilitas kesehatan namun bisa di kantor, pusat keramaian yang memenuhi syarat untuk melakukan pemeriksaan IVA dibawah koordinasi FKTP setempat.


(40)

Kader kesehatan terdiri dari PKK, Dharma Wanita, Anggota Persit, Bhayangkari, Organisasi Wanita, Organisasi Keagamaan dan Organisasi Masyarakat.

1) Melakukan Sosialisasi tentang deteksi dini

a. Pentingnya deteksi dini untuk pencegahan kanker. b. Manfaat melakukan deteksi dini kanker.

c. Kerugian akibat kanker yang harus ditanggung oleh pasien dan keluarganya baik secara moril dan materil

d. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut melalui pola hidup sehat bebas dari kanker

e. Menyampaikan informasi fasilitas kesehatan yang dapat melakukan pelayanan deteksi dini.

2) Mendorong masyarakat untuk melakukan deteksi dini a. Identifikasi sasaran yang akan dilakukan deteksi dini.

b. Mengedukasi sasaran untuk bersedia melakukan deteksi dini (KEMENKES, 2015).

2.2.2 Penapisan Kanker Leher Rahim Dengan Pendekatan Kunjungan Tunggal –Single Visit Approach (SVA)

1. Pendekatan Kunjungan Tunggal –Single Visit Approach (SVA)

Pendekatan Kunjungan Tunggal – Single Visit Aapproach (SVA) atau dengan istilah “Dilihat dan Diobati/see and treat” untuk pencegahan kanker leher rahim melalui pemeriksaan IVA yang dilanjutkan dengan pengobatan krioterapi, pelaksanaan penapisan dengan cara melihat dan mengobati klien, dapat dilakukan pada saat kunjungan yang sama. Dengan kata lain, apabila seorang klien yang


(41)

23

dinilai IVA (+) akan mendapatkan tawaran pilihan pengobatan dengan krioterapi atau rujukan untuk pelayanan lain, pada hari yang sama saat dia menjalani penapisan tersebut.

Pendekatan ini bertujuan untuk menghindari kunjungan berulangdari ibu/klien dan mengurangi kemungkinan ketidak hadiran kembali pada kunjungan berikutnya. Walaupun pada keadaan tertentu, klien harus memintakkan persetujuan suami untuk melakukan krioterapi sehingga memungkinkan pelaksanaan krioterapi bukan pada hari yang sama dengan pemeriksaan IVA (KEMENKES RI, 2013).

2. Kelompok Sasaran Penapisan

Melihat dari perjalanan penyakit kanker leher rahim, kelompok sasaran penapisan kanker leher rahim adalah:

a Perempuan berusia 30-50 tahun.

b Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge (keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bahwa (bahkan jika diluar kelompok usia tersebut).

c Perempuan yang tidak hamil.

d Perempuan yang mendatangi puskesmas, Klinik IMS, dan Klinik KB yang secara khusus meminta penapisan kanker leher rahim (KEMENKES RI, 2013).

3. Frekuensi Penapisan

Seorang perempuan yang mendapat hasil tes IVA negative, harus menjalani penapisan minimal 5 tahun sekali. Mereka yang mempunyai hasil IVA positif dan


(42)

mendapatkan pengobatan, harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan kemudian.

4. Pemberi Pelayanan SVA a Petugas Kesehatan

1) Bidan terlatih.

2) Dokter umum terlatih

3) Dokter spesialis Obstetry dan gynecology. b Tempat Pelayanan

1) Rumah Sakit. 2) Puskesmas.

3) Puskesmas Pembantu. 4) Polindes.

5) Klinik Dokter Spesialis/Dokter Umum/Bidan. c Pelatihan Petugas

Petugas yang akan melakukan IVA dan krioterapi dipilih sesuai kebutuhan program, dan kriteria berikut:

1) Berpengalaman dalam dalam memberikan pelayanan KB.

2) Berpengalaman dalam memberi konseling dan edukasi kelompok. 3) Berpengalaman dalam melakukan pemeriksaan panggul.

4) Berpenglihatan yang baik untuk memeriksa leher rahim secara visual.

5. Bagan Alur

Program penapisan kanker leher rahim mengikuti bagan alur sebagaimana tercantum pada gambar berikut :


(43)

25


(44)

2.3 Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) 2.3.1 Pengertian

Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) adalah pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker (KEMENKES, 2013).

IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya sederhana dibandingkan dengan jenis penapisan lain karena :

a Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan.

b Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk penapisan kanker leher rahim.

c Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di semua jenjang sistem kesehatan.

d Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan).

e Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan yang tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai lesi pra kanker (KEMENKES RI, 2013).


(45)

27

Tabel 2.1 Perbandingan IVA dengan tes penapisan lain

Jenis Tes Aman Praktis Terjangkau Efektif Mudah

Tersedia

IVA YA YA YA YA YA

Pap Smear YA Tidak Tidak YA Tidak

HPV/DNA Test YA Tidak Tidak YA Tidak

Cervicography YA Tidak Tidak YA Tidak

2.3.2Tahapan Pemeriksaan Metode IVA

Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat yang sudah diencerkan, berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi pra kanker (Kemenkes, 2015).

a. Peralatan dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan IVA adalah peralatan yang biasa tersedia di klinik atau poli KIA berikut:

1) Meja periksa ginekologis

2) Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan leher rahim.

3) Spekukulum graves bivalved (cocor bebek). 4) Nampan atau wadah alat

5) Sarana pencegahan infeksi

Sarana pencegahan infeksi berupa ember plastik 3 (tiga) buah yang berisi: larutan klorin tempat merendam alat dan sarung tangan yang masih akan digunakan ulang; larutan sabun untuk melap meja ginekologi,


(46)

lampu dan lain-lain; dan air bersih bila tidak ada wastafel di ruang periksa untuk membilas alat yang telah dilap dengan air sabun.

Ada beberapa bahan yang diperlukan untuk melakukan IVA. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan mudah:

1) Kondom.

Sebuah kondom yang telah dipotong ujungnya untuk disarungkan pada bilah/daun spekulum sehingga dapat mencegah dinding vagina masuk ke dalam celah sehingga leher rahim dapat terlihat dengan jelas.

2) Kapas lidi atau forsep untuk memegang kapas. 3) Sarung tangan periksa sekali pakai.

4) Spatula kayu yang masih baru.

5) Larutan asam asetat (3-5%)/ asam cuka

a. Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudiandiencerkan menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam cuka dicampur dengan 4 bagian air) Contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40 ml air akan menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 % dicampur dengan 80 ml air akan menghasilkan 100 ml asam asetat 5%

b. Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 % diencerkan dengan air dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian asam cuka dicampur 7 bagian air) Contohnya : 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 70 ml air akan menghasilkan 80 ml asam asetat 3%


(47)

29

d. Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan disimpan untuk beberapa hari

6) Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi alat dan sarung tangan. b. Konseling Kelompok dan Perorangan Sebelum Menjalani IVA

Sebelum menjalani test IVA, ibu dikumpulkan untuk edukasi kelompok dan sesi konseling bila memungkinkan. Pada saat presentasi dalam edukasi kelompok selama 10 sampai 15 menit, topik-topik yang harus dibahas adalah sebagai berikut:

1. Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA dan krioterapi.

2. Sifat dari kanker leher rahim sebagai sebuah penyakit. 3. Faktor-faktor resiko terkena penyakit tersebut.

4. Pentingnya penapisan dan pengobatan dini 5. Konsekuensi bila tidak menjalani penapisan.

6. Mengkaji pilihan pengobatan jika hasil tes IVA abnormal.

7. Peran pasanagan pria dalam penapisan dan keputusan menjalani pengobatan.

8. Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga ibu siap menjalani krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat hasil IVA abnormal. 9. Arti dari tes IVA positif atau negatif.

10. Pentingnyamembersihkan daerah genital sebelum menjalani tes IVA (KEMENKES, 2013).

c. Tindakan IVA

Tindakan IVA dimulai dengan penilaian klien dan persiapan, tindakan IVA, pencatatan dan diakhiri dengan konseling hasil pemeriksaan. Penilaian klien


(48)

didahului dengan menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi dan harus ditulis, termasuk komponen berikut:

a) Paritas.

b) Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah. c) Pemakaian alat KB.

d) Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah. e) Riwayat IMS (termasuk HIV).

f) Merokok.

g) Hasil papsmear sebelumnya yang abnormal.

h) Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim. i) Penggunaan steroid atau obat-obat alergi yang lama (kronis).

1) Penilaian Klien dan Persiapan

Terdapat beberapa langkah untuk melakukan penilaian klien dan persiapan tindakan IVA yaitu :

a) Sebelum melakukan tes IVA, diskusikan tindakan dengan ibu/klien. Jelaskan mengapa tes tersebut dianjurkan dan apa yang akan terjadi pada saat pemeriksaan. Diskusikan juga mengenai sifat temuan yang paling mungkin dan tindak lanjut atau pengobatan yang mungkin diperlukan. b) Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia, termasuk

spekulum steril atau yang telah di Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT), kapas lidi dalam wadah bersih, botol berisi larutan asam asetat dan sumber cahaya yang memadai. Tes sumber cahaya untuk memastikan apakah masih berfungsi.


(49)

31

c) Bawa ibu ke ruang pemeriksaan. Minta dia untuk buang air kecil (BAK) dan membersihkan dan membilas daerah kemaluan sampai bersih sebelum melakukan pemeriksaan. Kemudian minta ibu untuk melepas pakaian (termasuk pakaian dalam) sehingga dapat dilakukan pemeriksaan panggul dan tes IVA.

d) Posisikan ibu di meja ginekologis dan tutup badan ibu dengan kain, nyalakan lampu/senter dan arahkan ke vagina ibu.

e) Cuci tangan dengan sabun sampai bersih kemudian keringkan tangan. Lakukan palpasi abdomen dan perhatikan apabila ada kelainan. Periksa juga bagian lipat paha, apakah ada benjolan atau ulkus (apabila terdapat ulkus terbuka, pemeriksaan dilakukan dengan memakai sarung tangan). Cuci tangan kembali.

f) Pakai sepasang sarung tangan/handscoon yang steril atau yang sudah di DTT.

2) Tes IVA

Tes IVA dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a) Inspeksi/periksa genelita eksternal dan lihat apakah terdapat discharge pada mulut uretra. Beritahu ibu bahwa spekulum akan dimasukkan. b) Dengan hati-hati masukkan spekulum kedalam vagina. Atur spekulum

sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat. Bila leher rahim sudah terlihat kunci spekulum dalam posisi terbukasehingga tetap berada di tempatnya saat melihat leher rahim.


(50)

d) Amati leher rahim apakah ada infeksi (cervitis) sperti cairan keputuhan mucous etopi (ectropion); kista Nabothy atau kista Nabothian, nanah atau lesi “strawberry”(infeksi Trichomonas).

e) Gunakan kapas lidi bersih untuk membersihkan cairan yang keluar, darah atau mukosa dari leher rahim. Buang kapas lidi kedalam wadah anti bocor/kantung plastik.

f) Identifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah di sekitarnya.

g) Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada leher rahim. Bila perlu, gunakan kapas lidi bersih untuk mengulang pengolesan asam asetat dampai seluruh permukaan leher rahim benar-benar telah dioleskan asam asetat secara merata. Buang kapas lidi yang telah dipakai. h) Setelah leher rahim dioleskan larutan larutan asam asetat, tunggu selama

1 menit agar diserap dengan memunculkan reaksi acetowhite.

i) Periksa SSK dengan teliti. Lihat apakah leher rahim mudah berdarah. Cari apakah ada bercak putih yang tebal dan epithel acetowhite.

Gambar2.6 IVA positif dan negarif

j) Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan kapas lidi bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris yang


(51)

33

terjadi saat pemeriksaan dan mungkin mengganggu pandangan. Buang kapas lidi yang telah terpakai.

k) Bila pemeriksaan visual leher rahim telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru untuk menghilangkan sisa asam asetat dari leher rahim dan vagina. Buang kapas yang telah dipakai pada tempatnya.

l) Lepaskan spekulum secara halus, jika hasil tes IVA negative, letakkan spekulum ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk desinfeksi. Jika hasil tes IVA positif dan setelah konseling pasien yang menginginkan pengobatan segera. Letakkan spekulum pada nampan atau wadah agar dapat digunakan pada saat krioterapi.

3) Setelah Tes IVA

a) Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin 0,5% atau alkohol untuk menghindari kontaminasi silang antar pasien.

b) celupkan sarung tangan dan lepaskan secara terbalik ke dalam larutan klorin 0,5%. Jika pemeriksaan rectovaginal dilakukan, sarung tangan harus dibuang.

c) Cuci tangan.

d) Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk berpakaian.

e) Catat hasil temuan IVA bersama temuan lain seperti bukti adanya infeksi (cervitis); ectropion; kista Nabothian, ulkus atau “strawberry serviks”. Jika terjadi perubahan acetowhite, yang merupakan ciri adanya lesi prakanker, catat hasil pemeriksaan leher rahim sebagai abnormal. Gambarkan sebuah “peta” leher rahim pada area yang berpenyakit pada formulir catatan.


(52)

f) Diskusikan dengan klien hasil tes IVA dan pemeriksaan panggulbersama klien. Jika hasil tes IVA negatif, beritahu kapan klien harus kembali untuk tes IVA.

g) Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan pada klien langkah selanjutnya yang dianjurkan. Jika pengobatan dapat segera diberikan, diskusikan kemungkinan tersebut bersamanya. Jika perlu rujukan untuk tes atau pengobatan lebih lanjut. Aturlah waktu untuk rujukan dan berikan formulir yang diperlukan sebelum klien tersebutmeninggalkan puskesmas/klinik. Akan lebih baik lagi jika kepastian rujukan dapat disampaikan pada waktu itu juga (KEMENKES RI, 2013).

3. Konseling Setelah Tindakan IVA

a) Jika hasil tes IVA negatif, beritahu ibu untuk datang menjalani tes kembali 5 tahun kemudian dan ingatkan ibu tentang faktor-faktor resiko.

b) Jika hasil tes IVA positif, jelaskan artinya dan pentingnya pengobatan dan tindak lanjut dan diskusikan langkah-langkah selanjutnya yang dianjurkan.

c) Jika telah siap menjalani krioterapi. Beritahu tindakan yang akan dilakukan lebih baik pada hari yang sama atau hari lain bila klien inginkan.

d) Jika tidak perlu merujuk, isi kertas kerja dan jadwal pertemuan yang perlu. 2.3.3 Kategori Pemeriksaan IVA

Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah :


(53)

35

2. IVA radang : Serviks dengan radang (Servisitis), atau kelainan jinak laiinnya (Polip serviks).

3. IVA Positif : ditemukan bercak putihacetowhite. Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA, karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks pra-kanker (displasia ringan, sedang, berat atau kanker serviks in situ)

4. IVA Kanker serviks : Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker leher rahim, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker leher rahim bila ditemukan masih padastadium invasif dini (stadium IB-IIA) (Kustiyati dan Winarni, 2011).

2.3.4 Krioterapi

Krioterapi mencakup proses pembekuan leher rahim, baik menggunakan CO2 terkompresi atau NO2 sebagai pendingin. Pengobatan berupa penerapan pendinginan terus menerus selama 3 menit untuk membekukan diikuti pencairan selama 5 menit kemudian 3 menit pembekuan kembali.Tindakan Krioterapi dapat dilakukan di puskesmas dan unit pelayanannya dengan kriteria

1. Lesi acetowhite yang menutupi leher rahim kurang dari 75% (jika lebih dari 75% leher rahim tertutup, krioterapi harus dilakukan oleh seorang ginekolog) tidak lebih dari 2mm di luar diameter kriotip

2. Lesi yang tidak meluas sampai dinding vagina. 3. Tidak dicurigai kanker

Krioterapi tidak boleh dilakukan oleh tenaga dokter umum/ Bidan di Puskesmas dengan kriteria sebagai berikut.


(54)

1. Lesi acetowhite lebih dari 75% dari permukaan leher rahim.

2. Lesi acetowhite meluas sampai ke dinding vagina atau lesi lebih dari 2 mm dari tepi probe alat krioterapi.

3. Lesi acetowhite namun klien menginginkan pengobatan lain selain krioterapi atau meminta tes diagnosis lebih lanjut di pelayanan kesehatan lainnya.

4. Dicurigai kanker.

5. Pada saat pemeriksaan bimanual, dicurigai adanya masa ovarium. 1) Konseling sebelum menjalani krioterapi

Sesuai dengan kode etik kedokteran, informed consent secara verbal dan tertulis harus diperoleh sebelum melakukan tindakan. Klien harus mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang tindakankrioterapi yang akan dijalaninnya, risiko dan manfaat, angka keberhasilan dan alternatif lain. Dan memberikan informasi tambahan mengenai IMS dan cara mencegahnya.

2) Konseling pasca krioterapi

Sebagian besar perempuan/ibu tidak akan mengalami masalah setelah krioterapi. Beritahu ibu bahwa mungkin akan mengalami kram dan mengeluarkan cairan bening (atau sedikit bercampur darah) yang biasanya berlangsung selama 4 sampai 6 minggu. Jika berbau atau berwarna seperti nanah, atau jika ibu merasa nyeri, dia harus segera kembali ke klinik untuk memeriksaka kemungkinan terjadinya infeksi. Anjurkan ibu agar tidak menyemprotkan air obat (douche), mengunakan tampon atau berhubungan seks selama 4 minggu, atau sampai cairan tersebut benar-benar hilang.


(55)

37

2.4. Manajemen Pengendalian Kanker Leher Rahim 1. Persiapan

1) Analisis kebutuhan pemeriksaan seperti:

a. Perkirakan target sasaran yaitu 80% dari jumlah WUS yang berusia 30-50 tahun di suatu daerah.

b. Perkirakan kebutuhan pelayanan pengobatan.

c. Pemetaan klien, dimana hal ini bertujuan agar mempermudah perempuan untuk mencapai akses penapisan kanker yang berkualitas dan pengobatannya. Dalam hal ini kader kesehatan mempunyai peranan penting dalam melakukan kunjungan rumah untuk memotivasi klien agar bersedia mengikuti program penapisan.

2) Analisis Kebutuhan Bahan Dan Alat

a. Perhitungan kebutuhan bahan pemeriksaan IVA dan pengobatan krioterapi.

b. Penghitungan pembiayaan, hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghitung pembiayaan yang dibutuhkan meliputi : biaya penyebarluasan informasi dan edukasi untuk masyarakat, pelatihan untuk petugas kesehatan yang dilaksanakan di kabupaten sedangkan untuk puskesmas dilakukan pelatihan pada kader kesehatan yang akan membantu untuk menyebarluaskan informasi dan memotivasi masyarakat agar mau melakukan penapisan kanker leher rahim; biaya pelayanan penapisan; biaya keperluan dalam pencatatan, pemantauan dan penilaian.


(56)

Sebelum perempuan dan keluarganya bersedia dan mendukung program kegiatan penapisan mereka harus mengerti apa perlunya dan apa pentingnya deteksi dini tersebut. Untuk persiapan masyarakat perlu dilakukan advokasi dan sosialisasi, bina suasana, penggerakan masyarakat dan menjalin kemitraan dengan LP/LS/LSM.

a. Advokasi dan Sosialisasi

Advokasi ditujukan kepada para pengambil keputusan atau orang/institusi yang berpengaruh seperti gubernur/bupati, camat, kepala desa, ketua tim penggerak PKK, Dharma Wanita, LSM dan lain-lain. Tujuannya agar para pengambil keputusan atau pimpinan memberikan dukungan baik dana maupun moril guna peningkatan kegiatan. Advokasi dilakukan oleh kepala dinas kesehatan beserta jajarannya.

b. Bina Suasana (social support)

Strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran sekunder seperti tokoh masyarakat, keluarga, PKK, organisasi perempuan, keagamaan dan lain-lain.Tujuannya agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung peningkatan pengendalian kanker leher rahim.

c. Penggerakan Masyarakat (empowerment)

Strategi ini di tujukan kepada sasaran primer yaitu wanita/perempuan usia subur (WUS) dan perempuan yang berisiko. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuan dan kesadaran dalam melakukan pengendalian kanker leher rahim.


(57)

39

d. Kemitraan dengan LP/LS dan kelompok potensial setempat

Petugas tidak mungkin bekerja sendiri tetapi perlu bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait seperti lintas program, lintas sektor serta kelompok potensial setempat seperti tokoh agama, masyarakat, kader, organisasi, perempuan keagamaan, PKK dan lain-lain (KEMENKES RI, 2013).

2.5 Puskesmas 2.5.1 Definisi

Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) adalah suatu sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak ukur dari pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah (Alamsyah dan Muliawati, 2013).Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerjanya (Syafrudin, dkk, 2009).

2.5.2Fungsi Puskesmas

1. Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan


(58)

dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan.

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh terpadu dan

berkesinambungan(Syafrudin, dkk, 2009).

2.6 Kerangka Pikir

Gambar 2.7 Kerangka pikir

Berdasarkan gambar diatas definisi dari kerangka pikir tersebuat adalah sebagai berikut:

1. INPUT

Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan program pencegahan kanker serviks dengan menggunakan metode IVA, seperti : Ketersediaan SDM , Ketersediaan Sarana dan Prasarana, dan dana.

a. Ketersediaan SDM adalah Tenaga Kesehatanyang terlibat dalam pelaksanaan program pencegahan kanker serviks dengan menggunakan metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa.

INPUT 1. Ketersediaan

SDM 2. Sarana dan

Prasarana 3. Dana

PROSES 1. Advokasi 2. Koordinasi 3. sosialisasi 4. Deteksi dini 5. Pengobatan

OUTPUT Jumlah ibu yang melakukan pemeriksaan IVA


(59)

41

b. Ketersediaan Sarana/ Prasarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa.

c. Dana adalah bagian yang mendukung dalam pelaksanaan program, dana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber pembiayaan program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA, biaya untuk pemeriksaan IVA dan krioterapi.

2. Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan program deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa, yaitu dengan cara:

1. Advokasi adalah suatu bentuk upaya persuasi yang mencakup kegiatan pelaksanaan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA.

2. Sosialisasi adalah suatu proses untuk menawarkan, menanamkan pemahaman, dan pemberian Informasi lengkap tentang pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA kepada masyarakat 3. Koordinasi adalah kerja sama dengan pihak lain dalam implementasi

program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA

4. Deteksi dini adalah kegiatan untuk mengungkapkanakan adanya kemungkinan mengidap penyakit kanker serviks dengan menggunakan metode IVA.

5. Pengobatan adalahtindak lanjut setelah pemeriksaan IVA

3. Output adalah hasil dari pelaksanaan program yaitu jumlah ibu-ibu yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Tanjung Morawa.


(60)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ini digunakan untuk menganalisis implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanjung Morawa. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena kunjungan dalam deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Tanjung Morawa rendah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September tahun 2015.

3.3 Informan Penelitian

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas Tanjung Morawa, pemegang program yang bertanggung jawab terhadap program tersebut yaitu Dokter umum, Bidan, Perawat, Kader Kesehatan, Pasien dan non pasien

Penentuan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive

sampling. Tehnik sampling dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam


(61)

43

orang-orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang diteliti.

3.4 Metode Pengumpukan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Proses pengumpulan data dilakukan melalui : dokumentasi, pengamatan, dan wawancara (Basrowi dan Suwandi, 2008). Adapun metode dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan fakta-fakta dan data yang tersimpan didalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, buku, catatan harian, dokumen pemerintah ataupun swasta, laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya (Saryono dan Anggraeni, 2010). Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen laporan bulanan pelayanan Klinik IVA di Puskesmas Tanjung Morawa.

b. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Basrowi dan Suwandi, 2008). Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan IVA di Puskesmas Tanjung Morawa.


(62)

c. Wawancara mendalam (in-depth interview).

Wawancara mendalam adalah cara dalam mengumpulkan data melalui wawancara, menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, dan sebagian besar berbasis pada interaksi antara 1 pewawancara dengan 1 responden (Saryono dan Anggraeni, 2010).

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini ditujukan kepada petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, Kepala Puskesmas Tanjung Morawa, pemegang program yang bertanggung jawab terhadap program tersebut yaitu Dokter, Bidan dan Perawat, Kader Kesehatan, Pasien dan non pasien.

3.5 Uji Validitas Data

Uji validitas data dalam penelitian kualitatif disebut dengan triangulasi. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Bungin, 2008).


(63)

45

3.6 Instrumen Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan alat perekam.

3.7 Tehnik Analisis Data

Adapun teknik analisis menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yang mencakup tiga kegiatan yang bersamaan yaitu: 1. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan tansformasi data kasar yang muncul dsri catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam proses reduksi data ini peneliti benar-benar mencari data yang benar-benar valid.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan yang bertujuan untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk dan kemudian disimpulkan (Miles dan Huberman, 2009).


(64)

4.1.1 Letak Geografis

Puskesmas Tanjung Morawa merupakan puskesmas yang terletak di Kabupaten Deli Serdang.Puskesmas Tanjung Morawa didirikan sejak tahun 1968, yang terletak di jalan Irian daerah Tanjung Morawa – Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan luas tanah puskesmas 450 m.

a. Luas wilayah : 80.73 km2

b. Jumlah desa : 16

c. Jumlah dusun : 89

d. Batas wilayah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Puskesmas Dalu X - Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatam STM Hilir - Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Patumbak

- Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Galang, Kecamatan Merbau, Kecamatan Lubuk Pakam.

4.1.2 Wilayah Kerja

Bentuk bangunan Puskesmas bertingkat dua dengan jenis bangunan permanent,lokasi Puskesmas berada di tepi jalan raya. Puskesmas Tanjung Morawa membuka Pelayanan selama 24 jam, serta memiliki fasilitas rawat inap.


(1)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA

DI PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2015

VIII. Non Pasien (yang tidak melakukan pemeriksaan IVA) 1. Karakteristik Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan :

No. Handphone ` :

Alamat :

Tanggal/WaktuWawancara :

2. Pertanyaan

1) Mengapa anda tidak melakukan pemeriksaan IVA?

2) Apakah anda mengetahui apa itu pemeriksaan IVA? Jika ya, dari mana informasi yang anda dapat? Jika tidak, apakah puskesmas tidak memberikan informasi tentang pemeriksaan IVA


(2)

Lampiran 2

PERALATAN BAKU UNTUK FASILITAS PENAPISAN DAN PENGOBATAN KANKER LEHER RAHIM

(dibuat untuk melayani maksimal 24 klien per hari)

ITEM JUMLAH

Meja Peralatan 1

Wadah peralatan dengan tutup

1

Meja pemeriksaan 1

Sumber cahaya (60 watt) 1

Bivalved speculum 24 (20 medium dan 4 yang besar) Kain perlak untuk table 12

Chucks 12

Penutup nampan 5

Penutup trolley 5

Kursi beroda 1

Torch/senter 1

Forcep untuk spons 24 Gallipot anti karat 24 Unit Cryotherapy** 1

Cryotherapy tip 2 (1 untuk cadangan) Karet penahan untuk cryo

unit

1 per unit

Tabung Co2 2 (1 untuk cadangan)

Kereta dorong untuk tabung co2

1

Tang.spanner 1

Mur/baut/washers untuk cryo machine

5 (bila diperlukan) Ember plastic untuk

dekontaminasi

2, satu untuk air sabun satu untuk alat dalam

Tempat sampah plastik 1 untuk masing-masing ruang pemeriksaan

Sarung tangan rumah tangga 2 pasang

Antibiotic untuk IMS* Suplai awal dengan 50 paket Baterai kering untuk senter 2 buah/bulan

Sarung tangan sekali pakai (disposable)*

700(14 boks @50)


(3)

Sabun bubuk* 1 kotak besar atau 2 kotak kecil

Swab kassa* 100/bulan

Sanitary pads/cotton for post cryo

20/bulan

Kondom 200/bulan

Sikat gigi*(untuk cuci alat) 1 Masker (untuk PI) 2

Atlas VIA 2

Panduan perbaikan dan peralatan

1 Buku panduan pelayanan

(Service Delivery Guideliness)

1

Pengatur waktu (timer) 1 Panduan pemeriksaan VIA 2 Stempel untuk persetujuan ibu di kartu status ibu

1

Tinta stempel 1

*Suplai mungkin diperlukan setiap bulan

**Cadangan tabung krioterapi unit harus tersedia di gudang Sumber : Kemenkes 2013


(4)

(5)

(6)