Perilaku Ibu Dalam Pemanfaatan Layanan Metode IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks Di Desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

(1)

PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN LAYANAN METODE IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI DESA DAGANG KERAWAN KECAMATAN

TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

061000055 KARLINA WATI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010

PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN LAYANAN METODE IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI


(2)

KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NIM. 06100055 KARLINA WATI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul


(3)

PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN LAYANAN METODE IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI

KANKER SERVIKS DI DESA DAGANG KERAWAN KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

NIM. 061000055 KARLINA WATI

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Desember 2010 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Syarifah, MS

NIP. 19611219 198708 2002 NIP.19690713 198703 1001 Drs. Eddy Syahrial, MS

Penguji II Penguji III

Drs. Tukiman, MKM

NIP. 19611024 199003 1003 NIP. 19571117 198702 1002 dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS

Medan, Desember 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat. Saat ini kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi penghalang bagi perempuan untuk membuka diri dan melindungi kesehatan reproduksinya, padahal Kanker serviks dapat diobati dengan mengetahui terlebih dahulu dengan menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara lain metode Pap Smear, IVA (inspeksi visual dengan asam asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku para ibu rumah tangga usia subur terhadap pemanfaatan metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa Deli Serdang Tahun 2010.Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu rumah tangga usia subur dengan kisaran usia 18 sampai 45 tahun yang ada di desa Dagang Kerawan.Berdasarkan hasil penelitian terhadap 6 (enam) informan diketahui bahwa 3 informan yang pernah menggunakan layanan metode IVA memiliki pengetahuan yang baik sedangkan 3 informan yang belum pernah menggunakan layanan metode IVA memiliki pengetahuan yang cukup. Diharapkan bagi ibu rumah tangga usia subur untuk lebih peduli mengenai kesehatan reproduksinya dan mau memeriksakan diri sedini mungkin dan bagi petugas kesehatan agar dapat melakukan promosi kesehatan mengenai kanker serviks dan layanan metode IVA agar para masyarakat khususnya ibu rumah tangga usia subur mau dan mampu untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya menggunakan layanan metode IVA.

Kata kunci: Perilaku Ibu Rumah Tangga, Deteksi Dini Kanker Serviks, Layanan IVA


(5)

ABSTRACT

Attention to non-communicable diseases increasingly rising. Present, cervical cancer placed the first rank among the various types of cancer that caused women’s death in the world. Indonesia’s eastern culture and customs have formed attitudes and perceptions that become a barrier for women to open up and protect their reproduction health, whereas cervical cancer can be treated by using some method of early detection, such as Pap smear, IVA (visual inspection with acetic acid ), Thin Prep, and Colposcopy.

The aim of this study was to describe the behavior of the housewives of childbearing age to use the IVA method in Tanjung Morawa Public Health Centre as an effort on early detection of cervical cancer in Dagang Kerawan Village Tanjung Morawa Subdistrict Deli Serdang District in 2010.This was a descriptive research with qualitative approach. The population in this study were all mothers of childbearing age with age range 18 to 45 years in Dagang Kerawan village.

Based on the results of this study of the 6 (six) informants was known that 3 informants who had used the IVA service have good knowledge while 3 others informants who had never used the IVA service are in sifficient category of knowledge. Ecxpected to the housewive to care about their reproduction health more than before and the health worker to improve the promotion about ccervical cancer in order to housewive wants and able to check their production health.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Karlina Wati

Tempat/Tanggal lahir : Aceh Tengah/08 Agustus 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 3 (Tiga) orang

Alamat Rumah : Jl. Yossudarso No.244 Aceh Tengah

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL

1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri Buntul Kubu Takengon 2. Tahun 2000-2003 : SMP Negeri I Takengon

3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 08 Banda Aceh 4. Tahun 2006-2010 : FKM USU


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillah...

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” perilaku ibu dalam pemanfaatan layanan metode IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) sebagai upaya deteksi dini kanker serviks di desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2010”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Ibu Ernawati Nasution,Mkes selaku Dosen Pembimbing Akademik. 3. Bapak Drs. Tukiman MKM selaku Kepala Departemen Pendidikan dan Ilmu

Perilaku sekaligus sebagai penguji I yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini

4. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Edy Sharial, MS selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Mhd.Makmur Sinaga, MS selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Kepala Desa dan seluruh staf pegawai kelurahan yang telah banyak membantu penulis, terutama pak Dani selaku Sekretaris Desa.


(8)

8. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda , alm.bang Budi yang sudah bearad di samping Allah, serta adikku tersayang untuk cinta, doa, kasih sayang dan dukungannya yang tak tergantikan yang diberikan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Ulfa Dan Eka yang sudah banyak berkorban waktu dan pikiran dalam proses pembuatan skripsi ini, Dila, Kak Dwi, Neni, Wina, Kak Mel, Bang Ara, Dll yang banyak membantu dan memberi dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini.

10. Teman-teman peminatan PKIP 06 yang pernah bersama-sama mengarungi perjuangan selama peminatan.

11. Kakak-kakakku (Kak intan, Kak Neni, Kak yus) atas semangat dan doa yang diberikan pada penulis.

12. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerja sama dan doanya.

Akhir kata semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2010


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ... ii

ABSTRACT... ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... . ... vii

DAFTAR MATRIKS . ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku ... 8

2.1.1. Definisi Perilaku… ... 8

2.1.2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku ... 13

2.1.3. Bentuk-bentuk perubahan perilaku ... 13

2.2. Teori Mengenai Pemanfaatan Pelayanan ... 14

2.2.1. Teori Andersen ... 14

2.3. Definisi Kanker Serviks ... 15

2.3.1. Penyebab Kanker Serviks ... 15

2.3.2. Faktor Resiko Kanker Serviks ... 16

2.3.3. Gejala Klinik Kanker Serviks ... 18

2.3.4. Stadium Klinik Kanker Serviks ... 19

2.3.4.1. Stadium Klinik... 19

2.3.4.2. Prognosis Kanker Serviks ... 21

2.3.5. Diagnosa Kanker Serviks ... 21

2.3.6. Pencegahan kanker serviks ... 23

2.3.6.1. Pencegahan primer... 23

2.3.6.2. Pencegahan skunder... 25

2.4. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) ... 27

2.4.1. Cara Kerja IVA ... 27

2.4.2. Keunggulan IVA dibanding Papsmear ... 28

2.5. Kerangka pikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30


(10)

3.2.2. Waktu Peneltian ... 30

3.3. Pemilihan Informan ... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Definisi Istilah ... 32

3.6. Metode Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

4.2. Gambaran Umum Karakteristik Informan ... 36

4.3. Faktor Predisposisi... 37

4.3.1.Matriks Pengetahuan Informan Tentang Kanker Serviks ... 37

4.3.2. Matriks Pengetahuan Informan Mengenai Deteksi Dini Kanker Serviks ... 39

4.3.3. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Layanan Metode IVA 41 4.3.4. Matriks Sikap Informan Terhadap Pelayanan Metode IVA .... 42

4.4. Faktor Enabling ... 44

4.4.1. Matriks Tempat Informan Bisa Mendapatkan Layanan Metode IVA... 44

4.4.2. Matriks Jarak Tempuh Antara Tempat Tinggal Informan Dengan Tempat Penyediaan Layanan Metode IVA ... 45

4.4.3. Matriks Biaya Yang Harus Dikeluarkan Informan Untuk Mendapatkan Pelayanan Metode IVA ... 46

4.4.4. Matriks Penilaian Informan Mengenai Sikap Petugas Kesehatan Yang Memberikan Pelayanan IVA ... 47

4.5. Faktor Kebutuhan Yang Dirasakan ... 48

4.5.1. Matriks Pendapat Informan Mengenai besarnya Bahaya Kanker Serviks Bagi Wanita ... 48

4.5.2. Matriks Pendapat Informan Mengenai Seberapa Besar ResikoDiri Informan Terkena Kanker Serviks ... 50

4.5.3. Matriks Pendapat Informan Tentang Pentingnya Melakukan Deteksi Dini Terhadap Kanker Serviks ... 51

4.5.4. Matriks Kebutuhan Yang Dirasakan Informan Untuk Mendeteksi Dini Kanker Serviks Menggunakan Layanan Metode IVA ... 53

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Karakteristik Informan ... 55

5.2. Faktor Predisposisi ... 56

5.2.1. Pengetahuan Informan Tentang Kanker Serviks ... 56

5.2.2. Pengetahuan Informan Mengenai Deteksi Dini Kanker Serviks 58 5.2.3. Pengetahuan Informan Tentang Layanan Metode IVA ... 59

5.2.4. Sikapa Informan Terhadap Pelayanan Metode IVA ... 60

5.3. Faktor Enabling ... 62


(11)

5.3.2. Jarak Tempuh Antara Tempat Tinggal Informan Dengan Tempat Penyediaan Layanan Metode IVA ... 63 5.3.3. Biaya Yang Harus Dikeluarkan Informan Untuk Mendapatkan

Layanan Metode IVA ... 64 5.3.4. Penilaian Informan Mengenai Sikap Petugas Kesehatan Yang

Memberi Pelayanan... 65 5.4. Faktor Kebutuhan Yang Dirasakan ... 66

5.4.1. Pendapat Informan Mengenai Besarnya Bahaya Kanker Serviks Bagi Wanita ... 66 5.4.2. Pendapat Informan Mengenai Seberapa Besar Resiko Diri

Informan Terkena Kanker Serviks ... 67 5.4.3. Pendapat Informan Tentang Pentingnya Melakukan Deteksi

Dini Kanker Serviks ... 69 5.4.4. Kebutuhan Yang Dirasakan Informan Untuk Mendetksi Dini

Kanker Serviks Menggunakn Layanan Metode IVA ... 69 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 71 6.2. Saran .... ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Pedoman wawancara

Print out computer EZ-Text Versi 3,06


(12)

Daftar matriks

Matriks 4.1. Distribusi pengetahuan Informan tentang Kanker Serviks Matriks 4.2. Distribusi pengetahuan Informan mengenai deteksi dini kanker serviks

Matriks 4.3. Distribusi pengetahuan Informan tentang metode layanan IVA Matriks 4.4. Distribusi sikap informan terhadap pelayanan metode IVA Matriks 4.5. Distribusi tempat informan bisa mendapatkan layanan metode IVA

Matriks 4.6. Distribusi jarak tempuh antara tempat tiggal informan dengan tempat penyediaan layanan metode IVA

Matriks 4.7. Distribusi biaya yang harus dikeluarkan informan untuk mendapatkan layanan metode IVA

Matriks 4.8. Distribusi informan mengenai sikap petugas yang memberi pelayanan IVA

Matriks 4.9. Distribusi pendapat informan mengenai besarnya bahaya kanker serviks bagi para wanita

Matriks 4.10. Distribusi pendapat informan mengenai seberapa besar resiko diri informan terkena kanker serviks

Matriks 4.11. Distribusi pendapat informan tentang pentingnya melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks

Matriks 4.12. Distribusi kebutuhan yang dirasakan informan untuk mendeteksi dini kanker serviks menggunakan layanan metode IVA


(13)

ABSTRAK

Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat. Saat ini kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi penghalang bagi perempuan untuk membuka diri dan melindungi kesehatan reproduksinya, padahal Kanker serviks dapat diobati dengan mengetahui terlebih dahulu dengan menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara lain metode Pap Smear, IVA (inspeksi visual dengan asam asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku para ibu rumah tangga usia subur terhadap pemanfaatan metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa Deli Serdang Tahun 2010.Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu rumah tangga usia subur dengan kisaran usia 18 sampai 45 tahun yang ada di desa Dagang Kerawan.Berdasarkan hasil penelitian terhadap 6 (enam) informan diketahui bahwa 3 informan yang pernah menggunakan layanan metode IVA memiliki pengetahuan yang baik sedangkan 3 informan yang belum pernah menggunakan layanan metode IVA memiliki pengetahuan yang cukup. Diharapkan bagi ibu rumah tangga usia subur untuk lebih peduli mengenai kesehatan reproduksinya dan mau memeriksakan diri sedini mungkin dan bagi petugas kesehatan agar dapat melakukan promosi kesehatan mengenai kanker serviks dan layanan metode IVA agar para masyarakat khususnya ibu rumah tangga usia subur mau dan mampu untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya menggunakan layanan metode IVA.

Kata kunci: Perilaku Ibu Rumah Tangga, Deteksi Dini Kanker Serviks, Layanan IVA


(14)

ABSTRACT

Attention to non-communicable diseases increasingly rising. Present, cervical cancer placed the first rank among the various types of cancer that caused women’s death in the world. Indonesia’s eastern culture and customs have formed attitudes and perceptions that become a barrier for women to open up and protect their reproduction health, whereas cervical cancer can be treated by using some method of early detection, such as Pap smear, IVA (visual inspection with acetic acid ), Thin Prep, and Colposcopy.

The aim of this study was to describe the behavior of the housewives of childbearing age to use the IVA method in Tanjung Morawa Public Health Centre as an effort on early detection of cervical cancer in Dagang Kerawan Village Tanjung Morawa Subdistrict Deli Serdang District in 2010.This was a descriptive research with qualitative approach. The population in this study were all mothers of childbearing age with age range 18 to 45 years in Dagang Kerawan village.

Based on the results of this study of the 6 (six) informants was known that 3 informants who had used the IVA service have good knowledge while 3 others informants who had never used the IVA service are in sifficient category of knowledge. Ecxpected to the housewive to care about their reproduction health more than before and the health worker to improve the promotion about ccervical cancer in order to housewive wants and able to check their production health.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat, karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Selama ini epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular, namun perkembangan sosio ekonomi juga cultural bangsa dan dunia kemudian menuntut epidemiologi untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular yang jumlahnya terus saja meningkat pada masyarakat, terutama terhadap penyakit kanker yang saat ini menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Pada tahun 2000, dari 470 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia, dimana 370 kasus terjadi di negara berkembang (Rahmat, 2001). Insiden kanker serviks di Amerika Serikat (2002) adalah 8 dari 100.000 perempuan, 4000 diantaranya meninggal karena penyakit tersebut. Kejadian kanker serviks di Amerika Serikat (2005) sebanyak 10.500 perempuan dimana 3900 perempuan diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR=37,14%) (Tapan, 2005). Di Asia Pasifik (2000) ditemukan 270.000 kasus kanker serviks terdeteksi setiap tahun, 140.000 kasus perempuan meninggal akibat penyakit tersebut (CFR=52%) (Azis, 2000).

Bangsa Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri, membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit di


(16)

masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu meningkatnya penyakit tidak menular disamping penyakit menular. Salah satunya penyakit yang tidak menular adalah kanker (M.N.Bustan, 1996).

Dari seluruh penderita kanker di Indonesia, sepertiganya adalah penderita kanker serviks (Kompas, 2009). Menurut data Globocan 2002, terdapat 40.000 kasus baru kanker serviks dengan sekitar 22.000 kematian pada perempuan di Asia Tenggara. Indonesia di peringkat pertama dengan 15.050 kasus baru dan kematian 7.566 jiwa dalam setahun. Angka itu tak jauh berubah, bahkan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan jumlah penderita yang terus bertambah, kasus kanker serviks terjadi seperti fenomena gunung es, sekitar 20 perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks per hari (Anonim, 2010).

Data yang diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia (tahun 2007) menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Sungguh betapa menakutkannya kanker ini (Bertiani E. Sukaca, 2009). Angka kematian kanker serviks terbanyak di antara jenis kanker lain di kalangan perempuan. Diperkirakan, 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks, sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Pada tahun 2004 jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit di Indonesia mencapai 6.511 dengan proporsi pasien kanker serviks yang rawat jalan adalah 16,47% dan rawat inap adalah 10,9%, selain itu lebih dari


(17)

70% kasus kanker serviks datang ke rumah sakit dalam keadaan stadium lanjut (Depkes RI ,2005).

Data Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Rumah Sakit Sentinel di Sumatera Utara (STPRS.SEN) (2005) proporsi penderita kanker serviks rawat inap adalah 26,01% (58 kasus) dari 223 kasus kanker (Dinkes Sumut, 2006). Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, selam kurun waktu 2003-2007, jumlah penderita kanker serviks yang dirawat inap, yaitu tahun 2003 sebanyak 55 kasus, tahun 2004 sebanyak 61 kasus, tahun 2005 sebanyak 69 kasus, tahun 2006 sebanyak 84 kasus, dan tahun 2007 sebanyak 68 kasus. Sumarjati arjoso dalam Futri nasution menyatakan angka harapan hidup jika kanker ini diketahui dan diobati pada stadium 1 adalah 70-75 %, pada stadium 2 adalah 60 %, pada stadium 3 tinggal 25 %, dan pada stadium 4 penderita sulit diharapkan bertahan.

Budaya dan adat ketimuran di Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi penghalang bagi perempuan untuk membuka diri kepada profesional medis dan berdaya diri melindungi kesehatan reproduksinya. Akibatnya, lebih dari 70 % penderita kanker serviks datang untuk berobat ketika keadaan kesehatannya telah kritis, dan penyakit ditemukan dalam stadium lanjut hingga sulit diobati (Anonim, 2009). Seringnya terjadi keterlambatan dalam pengobatan mengakibatkan banyaknya penderita kanker serviks meninggal dunia, padahal Kanker serviks dapat diobati jika belum mencapai stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak dengan menggunakan beberapa metode deteksi dini, antara lain metode Pap Smear, IVA (inspeksi visual dengan asam asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi.


(18)

Kanker serviks tidaklah terjadi secara tiba-tiba, namun melalui beberapa tahapan awal sebagai prakanker, lalu akan berkembang menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV (Human Papiloma Virus), tahap prakanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 sampai 20 tahun. Disinilah tujuan dari deteksi dini yaitu memutus perjalanan penyakit pada tahap prakanker dan mendapatkan pengobatan sesegera mungkin sehingga kanker serviks diharapkan dapat sembuh sempurna (Anonim, 2010).

Salah satu metode skrining yang paling populer di dunia adalah pap smear. Metode tes ini adalah dengan mengusap cairan dari leher rahim, kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Namun metode ini menemui kendala dalam pelaksanaannya di Indonesia, karena luasnya wilayah dan jumlah sumber daya manusia sebagai pelaku skrining, khususnya tenaga ahli patologi/sitologi beserta teknisi sitologi yang sangat terbatas. Idealnya, deteksi dini kelainan serviks harus dapat dilakukan oleh ujung tombak pelayanan di masyarakat, dalam hal ini para bidan dan dokter umum di Puskesmas. Untuk itu dalam beberapa tahun terakhir ini sudah dikembangkan teknik deteksi dini dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam asetat). Metode ini tergolong murah, sederhana, nyaman, praktis, dan tersedia di banyak sarana kesehatan. Dengan mengoleskan asam cuka (asam asetat) 5 % pada serviks dan melihat reaksi perubahan warna dalam 3 menit, kelainan prakanker dapat dideteksi. Jika terdapat kelainan, maka akan tampak bercak berwarna putih yang disebut aceto white epithelium (Erwin,2010)


(19)

Mengingat kelebihan metode IVA yang murah, mudah, sederhana, tersedia di tingkat puskesmas, dan interpretasi hasil yang dapat dilakukan oleh para bidan, tenaga medis dan dokter umum, maka metode ini sangat cocok diterapkan di negara berkembang seperti Indonesia. Namun sampai saat ini masih ada saja masyarakat yang belum mendapat informasinya, sehingga teknik ini belum berjalan optimal dan merata.

Berdasarkan survei terdahulu yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Tanjung Morawa, Puskesmas tersebut merupakan salah satu dari delapan puskesmas yang dijadikan sebagai percontohan pelayanan metode IVA untuk lima tahun ke depan dimulai dari tahun 2008, yang juga menjadi Puskesmas terbaik di Deli Serdang. Namun, berdasarkan daftar kunjungan layanan IVA di delapan Puskesmas tersebut pada bulan Mei 2010, dari jumlah sasaran yang diharapkan memeriksakan diri sebanyak 7.807 orang, tetapi yang datang hanya 378 orang (8,1%), (Dinkes Deli Serdang, 2010), hal ini menunjukkan masih sangat sedikitnya ibu yang mau menggunakan layanan IVA tersebut, meskipun dari pihak puskesmas sudah sering melakukan sosialisasi berupa kunjungan ke rumah-rumah penduduk untuk mengenalkan IVA. Padahal, dari jumlah ibu yang datang dinyatakan terdapat 4 orang yang menunjukkan IVA positif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini guna mengetahui bagaimana perilaku ibu tersebut dalam pemanfaatan metode IVA sebagai upaya deteksi dini kanker serviks.

1.2. Perumusan Masalah

Untuk menggambarkan perilaku para ibu rumah tangga usia subur terhadap pemanfaatan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) sebagai upaya


(20)

deteksi dini terhadap kanker serviks di Desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa Deli Serdang Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan perilaku para ibu rumah tangga usia subur terhadap pemanfaatan metode IVA di Puskesmas Tanjung Morawa dalam upaya deteksi dini kanker serviks di Desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa Deli Serdang Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden/ibu rumah tangga usia subur yaitu umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan di desa Dagang Kerwan Kecamatan Tanjung Morawa,

2. Untuk menggambarkan pengetahuan ibu rumah tangga usia subur dalam pemanfaatan metode IVA untuk mencegah Kanker Serviks di desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa

3. Untuk menggambarkan sikap ibu rumah tangga usia subur dalam pemanfaatan metode IVA untuk mencegah Kanker Serviks di desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa

4. Untuk menggambarkan tindakan ibu rumah tangga usia subur terhadap pemanfaatan metode IVA untuk mencegah Kanker Serviks di desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa


(21)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas agar dapat memberikan informasi yang lebih banyak lagi mengenai bahaya dan pencegahan Kanker Serviks kepada masyarakat.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat mengenai bahaya dan pencegahan Kanker Serviks.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan pustaka dalam bidang kesehatan khususnya mengenai pencegahan kanker serviks bagi peneliti lain.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Defenisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.


(23)

Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2003) : a. Pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(24)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Purwanto (1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri ciri sikap (Purwanto, 1999) adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.


(25)

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan dengan jelas.

Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

4. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

5. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 1999).

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Menerima (Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


(26)

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi.

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)


(27)

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), ada tiga factor yang merupakan penyebab perilaku, yaitu factor pendorong (predisposing) seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai yang berkenaan dengan motivasi seseorang untuk bertindak. Factor kedua adalah factor pendukung (enabling) yaitu tersedianya fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung dan memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Factor ketiga adalah factor penguat (reinforcing) seperti keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan dan juga termasuk undang-undang atau peraturan-peraturan baik yang dari pusat maupun kebijakan daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.1.3. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1. Perubahan alamiah

Sebagian perubahan alamiah disebabkan oleh perubahan alam yang terjadi. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga akan mengalami perubahan.

2. Perubahan terencana

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek 3. Kesediaan untuk berubah

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang akan mengadopsi


(28)

inovasi tersebut dengan cepat dan sebagian mengadopsi secara lambat. Hal ini menegaskan bahwa setiap orang di dalam suatu masyarakat mempunyai kesediaan untuk berubah.

2.2. Teori Mengenai pemanfaatan pelayanan 2.2.1.Teori Andersen

Menurut Andersen yang dikutip Notoadmodjo (2003), bahwa faktor-faktor yang menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristics), karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecendrungan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan ke dalam ciri-ciri :

a) Varibel demografi (umur, status perkawinan, jumlah keluarga, jenis kelamin), variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, suku bangsa agama).

b) Kepercayaan dan sikap terhadap pelayanan kesehatan.

2. Karakteristik pendukung (enabling characteristics), karakteristik ini akan menimbulkan suatu kondisi yang memungkinkan orang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan atau setidak-tidaknya mereka siap untuk memanfaatkannya, beberapa faktor harus tersedia untuk menunjang pelaksanaannya seperti faktor kemampuan (penghasilan, simpanan,dll) dan dari komunita (fasilitas pelayanan kesehatan)


(29)

3. Karakteristik kebutuhan (need characteristics), faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencoba pelayanan kesehatan dapat terwujud di dalam tindakan itu ila dirasakan sebagai kebutuhan.

2.3. Definisi Kanker Serviks

Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan hormon sehingga menyebabkan tumbuhnya daging pada tubuh yang normal. Pertumbuhan daging yang tidak normal ini dapat terjadi pada jaringan mana saja termasuk pada alat kelamin wanita, khususnya leher rahim (serviks) (Anonim,2009).

Kanker serviks adalah (kanker leher rahim) adalah berkembangnya sel kanker yang menyelimuti leher rahim, dimana ini berlangsung lama. Sebelum menjadi kanker, sel kanker mengalami perubahan, dimana tanda perubahan mengidentifikasikan kanker mungkin berkembang.

2.3.1.Penyebab kanker serviks

Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. HVP adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai "The Silent Killer" (Anonim,2009)

Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau


(30)

di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.

Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital Anda.

Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV (Anonim,2009).

2.3.2.Faktor Resiko Kanker Serviks

Beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko seorang perempuan terkena kanker serviks adalah (Bertiani E.Sukaca,2009) :

1. Menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda.

Hubungan seksual pada usia muda yaitu kurang 15 tahun dapat meningkatkan resiko relatif sebanyak 12 kali untuk terkena kanker serviks. Serviks yang belum matang (immatur) dari wanita muda (20 tahun ke bawah), hanya diliputi lapisan sel halus, oleh karena itu mempunyai daya tahan rendah terhadap


(31)

infeksi Human Pappiloma Virus (HPV) yang ditularkan pada waktu berhubungan seksual.

2. Pasangan seksual lebih dari satu (multipatner sex)

Perilaku bergonta ganti pasangan dapat meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi Human Pappiloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih.

3. Trauma kronis pada serviks

Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (paritas) adanya infeksi dan iritasi menahun. Diperkirakan resiko 3-5kali lebih besar pada wanita yang sering partus untuk terjadi kanker serviks. Robekan pada bagian leher rahim yang tipis kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya suatu peradangan dan selanjutnya berubah menjadi kanker.

4. Higiene

Alat genital yang kurang bersih, akan mempermudah terjadinya servisitas yang dipercaya erat kaitannya dengan terjadinya kanker serviks, misalnya melakukan hubungan seks saat mentruasi.

5. Kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi oral lebih dari 4 atau 5 tahun dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan perempuan sensitif terhadap HPV yang dapat


(32)

menyebabkan peradangan pada genitalia sehingga beresiko untuk terkena kanker serviks.

6. Merokok

Tembakau adalah bahan pemicu karsinogenik yang paling baik. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Wanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun local sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.

7. Paritas

Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat. Sebab dapat menimbulkan perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim dan dapat

berkembang menjadi keganasan. 2.3.3.Gejala Klinik Kanker Serviks

Pada kanker serviks gejala yang sering ditemukan adalah keputihan, pendarahan sentuh, dan pengeluaran cairan encer. Pada awal penyakit sering tidak terdapat gejala apapun. Jika ditemukan keputihan kemungkinan kanker serviks perlu diwaspadai walaupun gejala tersebut bukanlah gejala khas dari kanker serviks dan pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan dari kemaluan setelah melakukan senggama (perdarahan pasca senggama), jika lebih berat lagi dapat terjadi perdarahan yang tidak teratur (metrorhagia).


(33)

Pada keadaan yang lebih lanjut dapat terjadi pengeluaran cairan kekuningan kadang-kadang bercampur darah dan berbau sangat busuk dari liang senggama. Muka penderita tampak pucat karena terjadi perdarahan dalam waktu yang lama. Anemia yang sering ditemukan sebagai akibat perdarahan-perdarahan pervagina dan akibat penyakit, berat badan biasanya baru menurun pada stadium klinim III (Harahap, R.E, 1984).

Rasa nyeri di daerah bagian pinggul atau di ulu hati dapat disebabkan oleh tumor yang terinfeksi atau radang panggul. Rasa nyeri di daerah pinggang dan punggung dapat terjadi karena terbendungnya saluran kemih sehingga ginjal menjadi membengkak (hidronefrosis) atau karena penyebaran tumor kelenjar getah bening di sepanjang tulang belakang (para aorta). Juga pada stadium lanjut dapat timbul rasa nyeri di daerah panggul,disebabkan penyebaran tumor ke kelenjar getah bening dinding panggul. Timbulnya perdarahan dari saluran kemih dan perdarahan dari dubur dapat disebabkan oleh penyebaran tumor ke kandung kemih dan ke rektum.

Semakin lanjut dan bertambah parahnya penyakit, penderita kanker serviks akan menjadi kurus, anemia, malaise, nafsu makan hilang (anoreksia), gejala uremia, syok dan dapat sampai meninggal dunia.

2.3.4. Stadium Klinik Dan Prognosis Kanker Serviks 2.3.4.1.Stadium klinik

Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan.


(34)

Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang dianjurkan oleh International Federation Of Gynecology and Obstetricts (IFGO), yaitu sebagai berikut :

1. Stadium 0, stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor masih dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks.

2. Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun. Stadium I dibagi menjadi :

- Stadium IA1, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.

- Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.

- Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.

- Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.

3. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium II dibagi menjadi :

- Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.

- Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.


(35)

4. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih.

5. Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi : - Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung

kemih dan recktum.

- Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru.

2.3.4.2. Prognosis Kanker Serviks

Makin tinggi stadium klinik kanker serviks maka prognosisnya semakin buruk. Untuk itu program pencegahan kanker tingkat I dan II harus ditingkatkan. Program pencegahan tingkat I yaitu penerangan kepada masyarakat. Sedangkan tingkat II yaitu pemeriksaan kolposkopi dan sediaan apusan vagina.

2.3.5.Diagnosa Kanker Serviks

Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati, sehingga dengan membuat diagnosis sedini mungkin dan memulai pengobatan yang sesuai, hasil yang diperoleh akan lebih baik sehingga jumlah perempuan yang meninggal akibat kanker dapat berkurang atau dicegah. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Ada berberapa metode untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:


(36)

1. Pap smear

Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.

2. IVA

IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode ini bisa didapatkan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.

3. Thin prep

Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.

4. Kolposkopi

Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi —


(37)

pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.

2.3.6.Pencegahan Kanker Serviks 2.3.6.1. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah pencegahan awal kanker yang utama. Hal ini untuk menghindarai faktor resiko yang dapat dikontrol. Cara0cara pencegahan primer adalah sebagai berikut (Dalimartha.S, 2004) :

1. Tundalah berhubungan seksual sampai batas usia di atas remaja

Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang perempuan benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum, tetapi juga tergantung pada kematangan sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah perempuan berusia 20 tahun ke atas. Terutama untuk perempuan yang masih di bawah 16 tahun memiliki resiko yang sangat tinggi terkena kanker serviks bila telah melakukan hubungan seks.

2. Batasi jumlah pasangan

Resiko terkena kanker serviks lebih tinggi pada perempuan yang berganti-ganti pasangan seks daripada dengan yang tidak. Hal ini terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papiloma Virus (HPV). 3. Hindari kebiasaan mencuci vagina terlalu sering

Douching atau cuci vagina dapat menyebabkan iritasi di serviks. Iritasi yang

berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya berubah menjadi sel kanker. Sebaiknya pencucian vagina tidak


(38)

dilakukan secara rutin, kecuali bila ada indikasi, misalnya infeksi yang memerlukan pencucian zat-zat kimia atas saran dokter.

4. Hindari kebiasaan menaburi talk

Pemakaian talk pada vagina perempuan usia subur bisa memicu terjadinya kanker di daerah serviks dan ovarium (indung telur), karena pada usia subur sering ovulasi dan saat ovulasi dipastikan terjadi perlukaan di ovarium. Bila partikel talk masuk dan menempel di atas luka, menumpuk dan mengendap maka akan menjadi benda asing yang berubah sifat menjadi kanker.

5. Melakukan vaksinasi HPV

Vaksin dapat dilakuka sebelum remaja. Bisa dilakukan saat umur 9 tahun. Hal ini dilakukan agar terhindar dari kanker yang mematikan ini

6. Hindarilah rokok

Zat yang terkandung dalam nikotin yang ada pada rokok akan mempermudah selaput sel lender sel-sel tubuh bereaksi. Sedangkan isi daerah serviks adalah lendir. Dengan begitu resiko untuk berkembangnya sel yang abnormal akan semakin mudah. Wanita perokok beresiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok.

7. Makanlah makan yang mengandung vitamin C, Beta Karoten dan Asam Folat

Vitamin C, beta karoten dan asam folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa serviks. Kekurangan vitamin C, beta karoten dan asam folat bisa menyebabkan timbulnya kanker serviks.


(39)

2.3.6.1. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan kasus-kasus dini sehingga kemungkina penyembuhan dapat ditingkatkan, termasuk skrining, deteksi dini (pap’s smear/IVA) dan pengobatan.

Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining, dimana dengan program ini dapat memperoleh keuntungan yaitu : memperbaiki prognosis pada sebagian penderita sehingga terhindar dari kematian akibat kanker, tidak diperlukan pengobatan radikal untuk mencapai kesembuhan, adanya perasaan tentram bagi mereka yang menunjukka hasil negative dan penghematan biaya karena pengibatan yang relatif murah.

Selain dengan skrining dapat dilakukan pula program deteksi dini dengan paps smear atau IVA, hal ini harus rutin dilakukan oleh wanita yang sudah pernah berhubungan seksual atau menikah untuk mendeteksi keberadaan sel-sel kanker agar dapat ditangani segera ke pengobatan selanjutnya sebelum terlambat.

Adapun pengobatan yang dilakukan pada penderita kanker serviks sebagai pencegahan tingkat sekunder adalah :

1. Operasi (bedah)

Pada prinsipnya operasi sebagai pengobatan apabila kanker belum menyebar yang tujuannya agar kanker tidak kambuh lagi. Operasi terutama dilakukan untuk kuratif disamping tujuan paliatif ( meringankan). Operasi dilakukan pada karsinoma in situ dan mikrovasif, dalam operasi tumor dibuang dengan konisasa, koagulasi, atau histerktomi. Khusus karsinoma mikrovasif banyak ahli ginekoligik memilih tindakan histerektomi radikal (seluruh rahim diangkat berikut seperti vagina, serta


(40)

penggantung rahim akan dipotong hingga sedekat mungkin dengan dinding panggul ). Pada perempuan yang masih menginginkan anak atau penderita yang menolak histerektomi dapat dipertimbangkan konisasi atau elektrokoagulasi.

Pada karsinoma invasive stadium IB dan IIA, lebih banyak dipilih tindakan operasi pengangkatan rahim secara total berikut kelenjar getah bening sekitarnya (histerektomi radikal ) (Anonim,2009).

2. Radioterapi

Radioterapi adalah terapi untuk menghancurkan kanker dengan sinar ionisasi,. Kerusakan yang terjadi akibat sinar tidak terbatas pada sel-sel normal di sekitarnya, terapi kerusakan pada sel kanker umumnya lebih besar daripada sel normal, karena itu perlu diatur dosis radiasi sehingga kerusakan jaringan yang normal minimal dan dapat pulih kembali.

Radioterapi dilakukan pada karsinoma invasive stadium lanjut (IIB, III, IV). Terapi biasanya hanya bersifat paliatif (mengurangi atau mengatasi keluhan penderita), dititikberatkan pada radiasi eksternal dan internal. Kemajuan teknologi radioterapi pada saat ini dimana radiasi dapat diarahkan pada massa tumor secara akurat, sehingga pemberian dosis tinggi tidak memberikan penyulit yang berarti. Pada stadium IV lebih banyak memilih mutilasi eksentaris total yaitu mengangkat kantong kemih, rectum dan dibuat uretra dan anus tiruan (praetor naturalis)

3. Khemoterapi

Khemoterapi ialah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika. Pada umumnya sitostatika hanya merupakan terapi anjuvant (terapi tambahan yaitu : terapi yang bertujuan untuk menghancurkan


(41)

sisa-sisa sel kanker yang mikroskopik yang mungkin masih ada) setelah terapi utama dilakukan. Khematerapi yang sering digunakan pada karsinoma serviks adalah Methotrexate, Cyclophospahanimide, Adiamycin dan Mitomicin-C. sitostatika biasanya diberi kombinasi.

2.4. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah metode deteksi dini kanker serviks yang sesuai untuk negara berkembang termasuk Indonesia. Tekniknya cukup sederhana, yaitu dengan mengaplikasikan asam asetat 3-5% pada serviks. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium. Dengan munculnya bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. (Trisilia,2010).

2.4.5. Cara Kerja IVA :

1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.

2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).

3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.

4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.

5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.


(42)

6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih. 2.4.6. Keunggulan IVA Dibandingkan Papsmear:

1. Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat pengambil sampel jaringan, preparat, regen, mikroskop, dll)

2. Tidak memerlukan teknisi lab khusus untuk pembacaan hasil tes

3. Hasilnya langsung diketahui, tidak memakan waktu berminggu-minggu 4. Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinggi dari

papsmear (sekitar 75%), meskipun dari segi spesifikitas (kepastian) lebih rendah (sekitar 85%).


(43)

2.11. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kerangka pikir yang tertera di atas sesuai dengan teori Andersen yang ia sempurnakan bersama koleganya Newman (1957) yang menggambarkan bahwa factor pendorong yaitu demografi informan (umur, agama), struktur sosial (suku, pendidikan, dan pekerjaan) akan mempengaruhi faktor penguat pada informan yaitu sumber daya keluarga (pendapatan) dan sumber daya masyarakat yaitu kemampuan informan dalam menjangkau layanan kesehatan yang dimaksud (fasilitas dan biaya) . Faktor pendorong dan faktor penguat akan menimbulkan rasa butuh dari informan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan setidaknya mempersiapkan informan dalam pemanfaatan pelayanan IVA di Puskesmas.

Predisposing:

1. Demografi informan (Umur, agama) 2. Struktur sosial

(suku, pendidikan, pekerjaan)

3. Pengetahuan 4. Sikap dan

keyakinan informan terhadap pelayanan kesehatan

Enabling: 1. Sumber daya

masyarakat (tersedianya fasilitas, ketercapaian pelayanan dan biaya) Tindakan Pemanfaatan Layanan Iva Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks Karakteristik kebutuhan : 1. Kebutuhan

yang dirasakan (perasaan subjektif terhadap penyakit, kepercayaan, pengalaman)


(44)

Alasan penggunaan teori Andersen dan Newman (1957) karena :

1. Teori ini memang bercerita tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti Rumah sakit, Puskesmas, Pustu, dll sehingga lebih sinkron dengan penelitian yang dilakukan.

2. Ada banyak faktor yang dikaji jika menggunakan teori ini, jadi lebih banyak variable yang dibahas, mengetahui penyebabnya dan melihat seperti apa kondisi masyarakat di lokasi penelitian. Hasil penelitian akan lebih dalam jika dibandingkan dengan menggunakan teori yang lain.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3. 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode wawancara mendalam (indepth interview). 3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dengan alasan :

1. Desa Dagang Kerawan merupakan wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa yang memiliki fasilitas metode IVA.

2. Peneliti sudah cukup mengenal desa tersebut karena pernah melakukan kegiatan PBL selama kurang lebih dua bulan di desa tersebut, jadi akan lebih memudahkan pada saat melakukan penelitian.

3. Dari hasil survei awal peneliti, di desa tersebut terdapat cukup banyak ibu-ibu yang menikah di usia muda yang sangat beresiko terkena kanker serviks.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2010 3.3. Pemilihan Informan

Informan adalah ibu rumah tangga usia subur yang telah menggunakan layanan IVA dan juga yang belum menggunakan layanan IVA. Pemilihan informan dilakukan dengan cara snowballing.


(46)

Informan pertama yang diambil peneliti adalah orang yang sudah dikenal oleh peneliti sebagai pengguna IVA, kemudian dari informan inj peneliti meminta rekomendasi untuk diperkenalkan dengan ibu rumah tangga lain yang juga menggunakan IVA. Untuk ibu yang belum menggunakan IVA dipilih berdasarkan rekomendasi dari informan kunci yang pertama dengan syarat ibu rumah tangga usia subur dan dipilih sesuai angka kesesuaian dan kecukupan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan panduan pertanyaan yang telah disusun, seluruh informan diwawancarai pada tempat dan waktu yang terpisah. Peneliti menggunakan alat bantu tulis dan tape recorder. Seluruh wawancara dilakukan di rumah masing-masing informan dengan terlebih dahulu menyesuaikan waktu dengan informan agar tidak menganggu aktivitas informan.

Hari pertama penelitian dilakukan pada hari Senin tanggal 15 November 2010 , peneliti memulai penelitian dengan menyelesaikan terlebih dahulu segala administrasi demi kelancaran penelitian, dimulai dengan surat ijin melakukan penelitian di Desa Dagang Kerawan Kecamatan Tanjung Morawa. Setelah mengurus semua administrasi yang diperlukan, peneliti langsung menuju rumah informan pertama yang letak rumahnya tidak jauh dari kantor Kepala Desa, peneliti meminta ijin untuk melakukan wawancara yang sebenarnya sudah disepakati pada saat melakukan survei pendahuluan. Wawancara berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.

Hari berikutnya peneliti mendatangi rumah informan kedua yang sudah ditunjukkan oleh informan pertama, wawancara juga berjalan lancar seperti


(47)

sebelumnya. Hari selanjutnya, peneliti mendatangi rumah informan ketiga yang sudah direkomendasikan informan pertama yang juga merupakan pengguna IVA seperti informan pertama dan kedua, wawancara juga berjalan lancar, hanya saja sempat terhenti sekitar 15 menit karena informan kedatangan tamu, tetapi setelah itu wawancara kembali dilanjutkan sampai selesai.

Hari berikutnya peneliti mendatangi informan keempat, namun informan tersebut tidak berada di rumah, oleh karena itu peneliti melanjutkan mendatangi rumah informan kelima dan berencana akan kembali lagi ke rumah informan sebelumnya setelah menyelesaikan wawancara dengan informan kelima. Di hari yang sama, peneliti mendatangi kembali rumah informan keempat dan ternyata beliau sudah berada di rumah, peneliti sangat disambut dengan ramah oleh informan tersebut dan wawancara dilakukan dengan lancar tanpa hambatan apapun. Di hari berikutnya, peneliti mendatangi rumah informan yang keenam, tetapi peneliti disuruh menunggu sebentar karena informan hendak menjemput anaknya dari sekolah terlebih dahulu. Kurang lebih 20 menit menunggu akhirnya informan pulang dan bersedia untuk diwawancarai sampai selesai. Setelah mewawancarai informan yang keenam, peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian karena informasi yang didapat sudah mencukupi dan tidak ada informasi yang baru lagi didapatkan.

3.5. Definisi istilah 1. Demografi informan :

a. Umur adalah lama hidup informan yang dihitung melalui ulang tahun terakhir informan dalam tahun pada saat penelitian dilakukan


(48)

2. Struktur sosial :

a. Suku adalah etnis informan

b. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terakhir ditamatkan oleh informan

c. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan responden baik itu formal maupun informal yang dilakukan di luar maupun di dalam rumah sebagai sumber penghasilan 3. Pengetahuan adalah pemahaman informan tentang kanker serviks, penyebab

dan pencegahannya, dan juga pengetahuan mengenai IVA

4. Sikap adalah bagaimana reaksi dan penilaian informan terhadap penyakit kanker serviks dan metode deteksi dini kanker serviks IVA

5. Fasilitas pelayanan adalah segala bentuk sarana dan prasarana yang informan dapatkan ketika memanfaatkan layanan metode IVA

6. Ketercapaian pelayanan adalah seberapa jauh jarak antara tempat tinggal informan dengan tempat pelayanan

7. Biaya adalah dana yang informan keluarkan untuk mandapatkan pelayanan IVA 8. Kebutuhan yang dirasakan adalah perasaan subjektif informan terhadap

penyakit kanker serviks

9. Tindakan adalah perlakuan informan dalam pemanfaatan layanan metode IVA sebagai upaya dteksi dini kanker serviks.


(49)

3.6. Metode Analisa Data

Data hasil wawancara mendalam diolah dengan menggunakan metode EZ-TEXT dan dianalisis dengan menggunakan analisi domain, yaitu dengan menjelaskan secara mendalam berdasarkan jawaban dan keterangan informan. Dan kemudian akan dinarasikan dalam bentuk cerita dari jawaban yang diperoleh dari informan.


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang memiliki luas wilayah 80,73 km2 dan terdiri dari 16 desa.

Penelitian dilakukan di Desa Dagang Kerawan. Gambaran umum Desa dagang Kerawan yaitu:

a. Luas wilayah : 1,96 km2

b. Jumlah dusun : 4 dusun

c. Jumlah Penduduk : 5313 jiwa d. Jumlah sarana kesehatan :

Posyandu : 2 buah

Balai Pengobatan Swasta : 1 buah Rumah Bersalin Swasta : 1 buah

Praktek Bidan : 4 buah

Rumah Sakit : 1 buah

4.2. Gambaran Umum Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini diperoleh 6 orang informan yang merupakan ibu rumah tangga usia subur di Desa Dagang Kerawan, berdasarkan karakteristik yang meliputi : nama, umur, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pemakaian IVA sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini :


(51)

Tabel 4.1 Distribusi Informan Berdasarkan Karakteristik No Informan Umur

(tahun)

Agama Suku Pendidikan terakhir

Pekerjaan Pemanfaatan IVA

1 1 33 Islam Aceh SMA IRT Pernah

2 2 38 Islam Jawa SMA IRT Pernah

3 3 40 Islam Jawa SMA IRT Pernah

4 4 27 Islam Jawa Diploma PNS Tidak

Pernah

5 5 47 Islam Jawa SMA IRT Tidak

Pernah

6 6 32 Islam Jawa SMP IRT Tidak

Pernah

Dari tabel 4.1 di atas memperlihatkan bahwa informan berjumlah 6 orang dimana seluruhnya adalah ibu rumah tangga usia subur di Desa Dagang Kerawan. Informan keseluruhannya beragama Islam dan dari 6 informan, 5 informan dengan suku Jawa, 1 informan suku Aceh. Dari 6 informan, 4 informan memiliki pendidikan terakhir SMA, 1 informan dengan pendidikan terakhir Diploma dan 1 informan lagi dengan pendidikan terakhir SMP. Sebagian besar informan berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan 1 informan berprofesi sebagai pegawau negeri sipil. 3 dari 6 informan sudah pernah melakukan pemeriksaan IVA dan 3 informan lagi belum pernah sama sekali melakukan pemeriksaan IVA.


(52)

4.3. Faktor Predisposisi

Distribusi informan berdasarkan faktor predisposisi adalah sebagai berikut : 4.3.1. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Kanker Serviks

Matriks 4.1. Distribusi pengetahuan Informan tentang Kanker Serviks

Informan 1 Kanker serviks tu yang kanker di leher rahim kan kalo gak salah, ada ibu tengok gambarnya, astaghfirullah ngeri kali dek, jangan sampe kena lah. Ibu tau pertama tentang penyakit itu dari apa yaa...pokoknya bacaan-bacaan gitu lah kalo gak salah, kayak brosur-brosur trus dari orang puskesmas juga ada.

Pokoknya tu penyakit yang gejalanya gatal-gatal, sakit pas melakukan hubungan ma suami, trus kalo dah parah harus dioperasi sampe diangkat rahimnya..(sambil meringis ngeri)

mmmm....penyakit itu bisa ada kalo kita gak bersih ngerawat bagian wanita kita, pola makan yang sembarangan, trus banyak kali ganti-ganti pasangan dalam berhubungan suami istri, banyak melahirkan juga bisa tu, ada ibu dengar pas orang puskesmas ngadain penyuluhan tempo hari.

Informan 2 Kanker serviks itu kanker yang nyerang rahim ntah leher atau dinding rahim lupa ibu, penyakit itu bisa nurun ke anak dek, pokonya penyakit yang bahaya kali lah. Ibu pertama dengar tentang kanker serviks di tivi trus penyuluhan juga ada.

Gejala-gejala hmmm..apa ya, lupa-lupa ibu soalnya dah lama kali, kalo gak salah keputihan yang sampe ijo dan bau gitu kan, pendarahan waktu berhubungan trus bisa meninggal kalo dah sampe stadium tinggi. Penyebab penyakit ni banyak yang ibu ingat kalo kita kurang menjaga kebersihan, si suami suka jajan di luar trus bawa penyakit buat istri, hahahaha..(sambil tertawa), banyak lagi sebenarnya tapi itu yang ibu ingat. Penyakit itu bisa dicegah juga lho dek, kalo orang yang mau nikah biasanya harus dikasih vaksin dulu, ada vaksinnya sekarang tapi mahal sekitar 100.000 lebih gitu lah. Informan 3 Kanker serviks, hmmm...kelainan yang kayak tumor di rahim kan.

ibu tau itu dari tivi kalau gak salah, dari penyuluhan orang puskesmas juga ada, dikasih liat waktu itu gambar-gambarnya, yang dari masih belum parah sampe yang udah parah kali. penyebabnya ya gonta ganti pasangan itulah kayak HIV juga, trus kebersihan lah ya yang mungkin gak dijaga, kan awalnya gatal-gatal gitu kan, keputihannya bau dan warnanya ijo kental gitu, trus tumbuh


(53)

jamur-jamur juga, kalau gitu kan pasti masalah kebersihannya yang bermasalah, softex juga bisa lho itu jadi sebab, kata orang-orang softex-softex yang ntah merk-merk apa itu dari bahan daur ulang, kan bahaya itu untuk kita. bisa dicegah, semua penyakit bisa dicegah cuma ya kadang-kadang ada malasnya juga kita kan..hahahaha...yang males ganti softex lah, yang males jaga-jaga makan lah.

Informan 4 Kanker serviks ya tumor-tumor yang ada di rahim gitu kan, kayak model-model jamuran gitu, bahaya buat peranakkan karena bisa-bisa diangkat rahimnya kalau udah parah. Ada pernah baca-baca di majalah atau koran gitu lah makanya tau, susah jelasinnya tapi tau penyakit apa itu. Kalau gak salah penyebabnya karena kurang menjaga kebersihan bagian kewanitaan, kalau basah pas habis buang air gak pernah di lap sampe kering jadinya lembab disitu lah kumannya tumbuh jadi kanker tadi yakan? aduh bingung bilangnya tapi ngertilah hahaha..kalau ditanya gini gak tau-tau kali bahasanya untuk bilangkannya apa. Bisa aja dicegah dengan bagus-bagus jaga kebersihan diri. oh ya (tiba-tiba teringat sesuatu), kemarin juga ada yang nawar-nawarkan brosur tentang softex yang harganya mahal itu, disitu ada ditunjukkin gambar-gambarnya kek mana kanker rahim itu.

Informan 5 Eemmhhh..kalau gak salah kanker dinding rahim ya, yang bisa sampe merambat kemana-mana itu kan. ibu sich pertama kali liat di tivi, ada emang yang penyuluhan tapi ya dengernya sambil lalu aja, masuk kuping kiri keluar kuping kanan namanya juga bukan itu aja yang perlu diurus, banyak kerjaan yang lain. gak ngerti-ngerti kali lah apa penyebabnya, tapi tanda-tanda awalnya yang gatel-gatel itu ya, trus keputihan yang sampe kentel dan warnanya gak putih kayak biasa lagi, iya gitu?ibu gak tau-tau ini hahahaha...

Informan 6 Kanker rahim ya? yang awalnya gatal-gatal itu, trus keputihan, hmmm lupa dek, sebenarnya dah tau mungkin tapi lupa..hahaha..kalau penyebabnya ya pasti kurang bersih lah, pakai celana ketat bisa juga yakan. pertama kali dapet info-info tentang itu dari baca-baca, saya suka tu liat-liat selebaran apa gitu trus dari internet juga ada pernah.

Dari matriks 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa dari ke 6 informan, 3 informan yang pernah menggunakan IVA memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kanker serviks, karena mereka dapat menjelaskan seperti apa penyakit kanker serviks itu, bagaimana gejala, bahaya dan apa yang menjadi faktor resikonya, bahkan


(54)

salah satu informan diantaranya mengetahui bagaimana pencegahan primer agar tidak terkena kanker serviks, yaitu dengan cara vaksinasi.

Sementara itu 3 informan lainnya yang belum pernah menggunakan layanan metode IVA, sebenarnya memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai kanker serviks, hanya saja pengetahuan yang mereka miliki masih terbatas pada informasi umum yang mungkin diperoleh masyarakat umum mengenai kanker serviks.

4.3.2. Matriks Pengetahuan Informan Mengenai Deteksi Dini Kanker Serviks Matriks 4.2. Distribusi pengetahuan Informan mengenai deteksi dini kanker

serviks

Informan 1 Deteksi dini tu kayak yang pap's smear dan IVA itu kan? bagus kali lah itu dek, jadi cepat tau kita kena apa enggak.gak sakit pun, murah lagi.

Informan 2 Itulah dia salah satu buat cegahnya, kita jadi tau apa kita dah kena atau enggak, cuma kalo untuk kalian-kalian ni yang masih gadis gak boleh tapi pakek vaksin yang ibu bilang tadi bisa. bagus kali lah ada pemeriksaan kayk gitu. cepat tau cepat ngobatin kan, gak sampe yang kayak di gambar-gambar itu, berdarah-darah, luka-luka kayak jamur ya ampun janganlah..

Informan 3 Deteksi dini tu bisa ncegah kita kena kanker serviks itu tadi, kan kita periksa jadi tau apa ada kelainan sama rahim kita atau enggak. kalau gak ada ya syukur tapi kalau ada jadi cepat-cepat bisa berobat kan sebelum maaf cakap rahimnya sampe diangkat, trus habis operasi pun belum tentu sembuh total, jadi mending tau sebelum parah yakan.

Informan 4 Gak pernah dengar kakak. mungkin kalau dijelasin teringatlah, ada sich yang penyuluhan tempo hari cuma gak teringat-teringat kali apa aja yang dijelasin. mungkin yang untuk-untuk liat kita kena kanker serviks atau enggak itu ya. tau sich, cuma tau-tau gitu aja. bagus sebenarnya tapi gimana ya, kakak ngerasa kalau ada yang kayak-kayak gitu pasti selain positifnya, negatifnya juga ada. ntahlah petugasnya yang salah atau gimana. pokonya kalau ilmu kesehatan ini kakak rasa aneh-aneh ajalah yang ada.hehehe..jangan tersinggung kau ya dek, tapi emamng betul kan? dibilang ini bisa mencegah, ini bisa mengobati tapi sama aja ujung-ujungnya, makanya lebih bagus jaga-jaga ajalah sendiri asal gak macem-macem.


(55)

Informan 5 Hah, apa itu? ga tau ibu dek,hahahaha....

Informan 6 Apa itu? yang disedot-sedot itu ya untuk ngebersihin??aduh, gak tau dek, gak pernah denger.

Dari matriks di atas dapat dilihat dari 6 informan, 3 informan pengguna layanan metode IVA pernah mendengar dan memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai deteksi dini kanker serviks, mereka bisa menjelakan bahawa deteksi dini kanker serviks adalah suatu metode untuk mengetahui apakah seseorang mengidap penyakit kanker serviks atau tidak, dan bila dinyatakan positif dapat dilakukan pengobatan secara cepat dan tepat hingga tak sampai berujung pada kematian, salah satu informan bahkan langsung dapat memberikan contoh dari metode deteksi dini tersebut.

Sementara itu, 3 informan lainnya yang belum pernah sama sekali menggunakan layanan metode IVA, 1 informan pernah mendengar tapi tidak telalu paham bagaimana yang disebut deteksi dini kanker serviks, sedangkan 2 informan lagi sama sekali tidak pernah mendengar mengenai deteksi dini kanker serviks tersebut.


(56)

4.3.3. Matriks Pengetahuan Informan Tentang Metode Layanan IVA

Matriks 4.3. Distribusi pengetahuan Informan tentang metode layanan IVA

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa 3 informan yang pernah menggunakan layanan metode IVA memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai layanan metode IVA karena mereka bisa menjelaskan bahwa IVA merupakan layanan untuk mendeteksi secara dini keberadaan kanker serviks dengan penggunaan asam asetat yang diolesi pada leher rahim.

Sedangkan 3 informan lainnya yang belum pernah menggunakan layanan metode IVA sama sekali tidak mengetahui apa itu layanan metode IVA, tapi 1

Informan 1

Kayak yang ibu bilang tadilah, IVA tu yang untuk periksa dini kanker serviks yang diolesin asam apa gitu di rahim kita, dah gitu nunggu bentar ja dah tau kita apa hasilnya.

Informan 2

IVA itu untuk deteksi dini kanker serviks, pas periksa rahim kita diolesi asam, gak perlu nunggu lama udah ada hasilnya kita kena kanker serviks atau enggak. tapi untuk kayak kalian ini yang masih gadis gak boleh dulu, bahaya hahahaa...(tertawa geli), untuk kalian ini itu lah suntik vaksin tadi yang ibu bilang.

Informan 3

IVA ya kayak pap's smear itu lah, untuk mengetahui dini juga. cuma ini bisa gratis hahaha...kalau pap's smear oalah cuma orang-orang kaya aja yang bisa periksa. Ibu taunya pas orang puskesmas datang kesini ngadain periksa gratis, banyak juga kemarin yang ikut, tapi tetap aja agak-agak isin, hahahaha..(tertawa geli), padahal yang periksa perempuan juga ya kan.

Informan 4

IVA?? apa itu, gak pernah denger kakak. apa yang dimasuk-masukkan itu apa namanya mmmmm..(sambil berfikir) paps's smear. kemarin itu ada memang penyuluhan tentang itu kayaknya tapi gak denger-denger kali, cuma sekilas aja dah gitu pergi karena sibuk.

Informan 5

Gak tau juga ibu dek, belum pernah dengar. Baru inilah dengar,emang yang kayak gimana itu?...(peneliti sedikit menjelaskan). oh yang itu, ada sich diajak waktu itu sama bu ati yang kader itu buat periksa, tapi mmoh dek.

Informan 6

Apa lagi itu? gak pernah dengar juga, dari tivi paling cuma sekilas aja tentang kanker ini makanya gak mudeng kali.


(57)

informan diantaranya sebenarnya mengetahui karena pernah diajak oleh petugas kesehatan, hanya saja dia lupa bahwa informasi mengenai IVA sudah pernah didapat. 4.3.4. Matriks Sikap Informan Terhadap Pelayanan Metode IVA

Matriks 4.4. Distribusi sikap informan terhadap pelayanan metode IVA

Informan 1 Ih seneng kali ada yang kayak gitu, bagus lah pokoknya, cuma kan dek kita agak risih namanya aja" itu" diperiksa malulah tapi daripada-daripada ya kan? hahahaha...(tertawa geli)

Informan 2 Bagus lah pastinya, senang ada layanan kayak gitu, udah g ribet, cepet, gratis lagi. tapi masih banyak juga lho yang gak mau. kayak pas ada datang ke desa ini pertama kali, dah banyak yang mau periksa eh begitu liat pakek disuruh ganti sama sarung segala dan tiduran kayak orang melahirkan pada berlarian orang-orang ini...hahahaha, geli mungkin, wajar lah kita ini kan orang Indonesia kalau yang kayak gitu-gitu masih malu dan risih aja bawaannya, tapi kalau ibu sich "mbo' loss aja" yang penting gak penasaran lagi yakan. ni aja kalau datang lagi mau ibu, mau kali pun. kalau mesti ke puskesmas males kali dek, dan lagian kata petugasnya waktu periksa kemarin baru harus periksa lagi 5 tahun setelahnya. gak taulah sekarang gimana apa 3 tahun sekali apa 5 tahun sekali.

Informan 3 Seneng lah ada yang kayak gitu-gitu, enaknya nanti ada datang lagi. gak sakit pun kok, cuma bentar udah selesai. baguslah pokonya IVA itu.

Informan 4 Kalau IVA yang kayak adek bilang tadi ya baguslah, cuma kan udah kakak bilang kalau yang kayak-kayak gini pasti ada efek negatifnya, makanya agak gimana gitu ya. kakak sich kalau dibilang bagus ya ikut aja, baguslah berarti, orang gak tau-tau yakan. cuma emang gak pernah periksa pakek IVA jadi gak ngeh kali. Mungkin karena belum punya anak kali kakak ya makanya masih risih kali kalau periksa-periksa itu, kalau orang yang dah punya anak pasti gak malu lagi lah, orang pas melahirkan malah lebih parah lagi, hahahaha...

Informan 5 Ibu ya kalau yang gitu-gitu bukannya apa-apa tapi takut, takut kali kalau semisal tau kita kena. Enggak siap kali ibu, nanti gak semangat lagi pulak hidup ini ibu rasa jadi mending enggak usah.Bagus sich emang, jadi bisa periksa dan bisa diobati cepet-cepet kalau tau ada apa-apa, tapi liat nanti lah kalau ibu, untuk sekarang ini sumpah takut kali ibu kalau periksa-periksa gitu.


(58)

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa 3 informan pengguna layanan metode IVA memberi sikap yang positif terhadap adanya layanan metode IVA, mereka mengatakan bahwa layanan metode IVA cukup praktis, murah bahkan terkadang gratis dan juga mudah.

Sementara itu, 3 informan lain yang belum pernah menggunakan layanan metode IVA juga menyikapi positif adanya layanan seperti IVA, meskipun begitu sampai sekarang mereka tidak menggunakan layanan metode IVA karena beberapa alasan, 1 informan menyatakan ragu untuk memeriksakan diri dengan menggunakan layanan seperti IVA karena takut efek samping yang akan didapat nantinya, 1 informan menyatakan bahwa dia takut bila setelah memeriksakan diri dengan menggunakan layanan metode IVA dan hasilnya positif kanker serviks, dia tidak yakin siap secara mental untuk menerima vonis tersebut, karenanya informan tersebut lebih memilih untuk tidak memeriksakan diri. 1 informan lagi menyatakan bahwa layanan metode IVA sangat penting, meski takut akan hasilnya tetapi lebih baik periksa sejak dini daripada diketahui setelah parah, dan informan tersebut belum pernah menggunakan layanan metode IVA untuk memeriksakan diri disebabkan tidak pernah sama sekali mendapat informasi tentang metode IVA tersebut.

Informan 6 Kalau yang kayak adek jelasin tadi bagus lah, kakak positif aja nganggapnya. Penting itu kayaknya untuk perempuan. Kalau takut sih takut juga misalnya denger hasilnya kita udah kena, lemes juga ya kan, tapi gak boleh gitu juga lah kan demi kesehatan daripada taunya pas udah kayak di gambar-gambar itu.


(1)

tindakan bila ia merasakan tindakan tersebut bukan sekedar keharusan tapi kebutuhan.

Sementara itu, 2 dari 3 informan yang belum pernah melakukan pemeriksaan dini menggunakan layanan metode IVA menyatakan bahwa mereka juga sebenarnya membutuhkan layanan seperti metode IVA, tetapi terlihat tidak sebutuh yang dirasakan informan lainnya, seperti ungkapan informan beriku ini :

“Kakak butuh sich tapi males dek kakak kalau periksa-periksa gitu, kalau periksa dan berobat biasa aja males kadang-kadang apalagi ini.”

“Kan udah ibu bilang tadi, ibu tau bahayanya, ibu tau pentingnya meriksain diri, dan butuh sebenarnya tapi takut sama hasilnya masih bikin ibu gak mau periksa.”

Ungkapan informan di atas menunjukkan bahwa sebenarnya mereka tahu bahwa sebenarnya mereka tahu pentingnya memeriksakan diri, hanya saja kebutuhan yang dirasakan belum begitu kuat untuk bisa mendorong mereka agar berperilaku seperti yang diharapkan karena masih terhalang minimnya pengetahuan yang dimiliki dan perasaan takut yang sebenarnya menunjukkan mereka belum begitu memahami betapa beresikonya mereka terkena kanker serviks.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Pengetahuan 3 informan pengguna IVA berada pada tahapan memahami karena mampu menjelaskan mengenai kanker serviks dan layanan metode IVA engan baik dibanding 3 informan lainnya yang pengetahuannya bisa dikategorikan berada pada tahapan tahu kare,na dapat menjelaskan mengenai kanker serviks, namun hanya secara umum saja.

2. 3 informan pengguna layanan metode IVA memberi sikap yang positif terhadap layanan metode IVA, mereka yakin layanan metode IVA mampu mencegah diri mereka dari bahayanya kanker serviks. Sementara itu, 3 informan yang belum pernah menggunakan layanan metode IVA juga menyikapi layanan tersebut dengan cukup positif, hanya saja perasaan takut dan malu masih menghalangi mereka untuk memeriksakan diri, hal ini menunjukkan bahwa informan tersebut belum begitu memahami untuk apa dihadirkannya layanan seperti metode IVA yang sebenarnya bisa sangat berguna bagi para wanita dalam pencegahan terhadap penyakit kanker serviks.

3. 3 informan yang pernah menggunakan layanan metode IVA sangat mengerti betapa berbahayanya kanker serviks bagi diri mereka, karena itu mereka mau melakukan deteksi dini dan menyatakan kesiapan untuk melakukan pemeriksaan dengan rutin. Sedangkan 3 informan yang belum pernah menggunakan layanan metode IVA cukup mengerti bahaya kanker serviks


(3)

bagi wanita, hanya saja pengetahuan yang mereka miliki tidak sebaik ketiga informan lainnya yang menggunakan layanan metode IVA, karena itu mereka masih enggan untuk memeriksakan diri.

6.2. Saran

1. Diharapkan bagi para ibu rumah tangga, khususnya ibu rumah tangga usia subur untuk lebih peduli mengenai kesehatan reproduksinya dan mau memeriksakan diri sedini mungkin.

2. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat melakukan promosi kesehatan mengenai kanker serviks dan layanan metode IVA agar para masyarakat khususnya ibu rumah tangga usia subur mau dan mampu untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya menggunakan layanan metode IVA.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Kanker Serviks Penyebab Utama Kematian,

http//: lawan US kanker serviks penyebab utama kematian, diakses 21 Mei 2010

Artati, D.K, 2005. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Menurut Teori Andersen, http//

Azis, F.M, 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Balai penerbit FKUI, Jakarta.

Budipramana, E, 2010. Teknik IVA Mudah dan Murah Deteksi Kanker Serviks, http//: bali post.com, diakses 20 Juli 2010

Bustan, M.N, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Dalimartha, S, 2004. Deteksi Dini Kanker dan Diplasia Anti Kanker. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Diananda, R, 2009. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Penerbit Katahati, Yogyakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2010. Rekapitulasi Cakupan Deteksi

Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara

Kompas, 2 010. Informasi Akurat Kanker Serviks Belum Meluas, http//: female kompas.com, diakses 25 Mei 2010

______, 2010. 52 Juta Perempuan Indonesia Beresiko Kanker Serviks, http//: kompas.com, diakses 25 Mei 2010

______,2009. Kebiasaan Buruk yang Memicu Kanker Serviks, http//: kompas.com, diakses 25 Mei 2010

Kosmo ,2009. Beda Metode Papsmear dan IVA,

http//: kesehatan kompas.com, diakses 25 Mei 2010 Majalah kesehatan, 2010. Dengan IVA Intip Vagina Anda,

http//: majalah kesehatan.com, diakses 19 Juli 2010

Moleong, L.J, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.


(5)

Muzaman, F, 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Nasution, F.S, 2008. Karakteristik Penderita Kanker Serviks yang Dirawat Inap

di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2003-2007. Skripsi FKM USU, Medan.

Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Saragih, J.M, 1999. Karakteristik Penderita Kanker Serviks yang Dirawat di

RSU Dr. Pirngadi Tahun 1994-1996. Skripsi FKM USU, Medan.

Shangkay, 2010. Gejala dan Faktor Penyebab Kanker Serviks

http//: id.shvoong.cong/medicine-and-health/gynecologi, diakses 7 Desember 2010

Setiadi, E, 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Harifah Yumilda, 2009. Mengenal, Mencegah dan Mendeteksi Dini Kanker

Serviks

http//: charisma.de/index.php.com, diakses 7 Desember 2010


(6)

PEDOMAN WAWANCARA A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Agama :

4. Suku :

5. Pendidikan terakhir : 6. Pekerjaan :

7. Alamat :

B. Pertanyaan

I. Faktor Predisposisi

1. Apa yang anda ketahui mengenai kanker serviks?

2. Bagaimana menurut anda mengenai deteksi dini terhadap kanker serviks?

3. Apa yang anda ketahui mengenai layanan metode IVA? 4. Bagaimana sikap anda terhadap layanan metode IVA?

II. Faktor Enabling

1. Menurut anda dimana saja dapat memperoleh layanan IVA? 2. Seberapa jauh jarak tempat tinggal anda dengan tempat pelayanan

metode IVA?apakah itu menjadi masalah buat anda? 3. Seberapa besar biaya yang harus anda keluarkan jika ingin

menggunakan pelayanan metode IVA?apakah terlalu memberatkan anda?

4. Bagaimanakah sikap petugas dalam memberi pelayanan terhadap pasien yang memeriksakan diri?

III. Kebutuhan yang dirasakan

1. Apakah anda merasa bahwa penyakit kanker serviks sangat mengancam para wanita ?

2. Apakah anda sendiri merasa beresiko terkena kanker serviks? 3. Seberapa pentingkah dilakukannya deteksi secara dini penyakit

kanker serviks menurut anda?

4. Apakah anda sendiri merasa perlu untuk memeriksakan diri menggunakan layanan metode IVA?

Catatan : setiap pertanyaan akan diprobing