Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Keluhan Muskuloskeletal Pada Pemetik Kopi

40 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan tahun 2015 No 1 Jenis Kelamin Laki-laki Jumlah Jiwa 93 Persentase 46,97 2 Perempuan Jumlah 105 198 53,03 100,00 Dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa penduduk sebanyak 105 jiwa dengan persentase 53,03 sedangkan laki-laki sebanyak 93 jiwa dengan persentase 46,97. Jumlah penduduk Dusun Banua berdasarkan Profil Desa tahun 2014 adalah 198 jiwa yang terdiri dari 93 orang laki-laki dan 105 orang perempuan serta 72 kepala keluarga.

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Jumlah penduduk Dusun Banua berdasarkan Profil Desa tahun 2014 adalah 198 jiwa dengan gambaran penduduk menurut kelompok umur dapat lebih jelas dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan tahun 2015. No Kelompok Umur Tahun JumlahJiwa Persentase 1 2-9 11 5,56 2 10-17 22 11,11 3 18-25 29 14,65 4 5 6 7 8 9 10 26-33 34-41 42-49 50-57 58-62 66-73 73-80 22 40 33 19 10 10 2 11,11 20,20 16,67 9,60 5,05 5,05 1,01 Jumlah 198 100,00 Universitas Sumatera Utara 41 Dari Tabel 4.2 Dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 34-41 tahun yaitu sebesar 40 jiwa 20,20 , dan jumlah kelompok umur yang paling sedikit adalah golongan umur 73-80 tahun yaitu sebesar 2 jiwa 1,01 .

c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Jenis Pekerjaan

Penduduk di Dusun Banua memiliki jenis pekerjaan yang beraneka ragam. Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan tahun 2015 No Pekerjaan JumlahJiwa Persentase 1 Petani 129 79,14 2 Pegawai 8 4,91 3 4 Wiraswasta Buruh Bangunan 13 10 7,98 6,13 5 Pensiunan 3 1,84 Jumlah 163 100 Dari Tabel 4.3. dapat dijelaskan bahwa mata pencarian penduduk Dusun Banua yang paling banyak adaah petani yaitu sebanyak 129 jiwa dengan persentase 79,14 dan mata pencarian terkecil adalah pensiunan sebanyak 3 jiwa dengan persentase 1,84 .

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasana yang tersedia di Dusun Banua masih sangat minim. Sarana dan prasarana kurang menunjang pembangunan masyarakat desa. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis fasilitas umum yang tersedia baik fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, maupun fasilitas peribadatan. Universitas Sumatera Utara 42 Ditambah lagi, semua sarana dan prasarana yang ada di dusun ini belum dapat dicapai dengan kendaraan umum karena tidak adanya kendaraan umum yang melewati Dusun Banua tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana di Dusun Banua tahun 2015 No Sarana Prasarana Unit 1 Gereja 2 2 Mesjid 3 Puskesmas 1 4 SMA 5 SMP 6 SD 1 7 TK Jumlah 4

4.2 Karakteristik Petani Pemetik Kopi

Petani pemetik kopi yang dimaksud disini adalah seluruh pemetik kopi yang berada di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan dan bekerja selama 8 jam per hari. Karakteristik petani pemetik kopi dalam penelitian ini terdiri dari umur petani, jenis kelamin petani, pendidikan terakhir petani, dan masa kerja petani.

4.2.1 Umur

Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan petani dalam melaksanakan kegiatan memetik kopi. Semakin tua umur petani kemampuan kerja cenderung semakin menurun, yang akhirnya dapat mempengaruhi hasil pemetikan kopi yang diperoleh petani itu sendiri. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan kondisi fisik Universitas Sumatera Utara 43 petani tersebut. Adapun keadaan umur petani pemetik kopi di daerah penelitian dapat dilihat dari table 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5. Karakteristik Umur Pemetik Kopi di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan tahun 2015 No Kelompok Umur Tahun JumlahJiwa Persentase 1 23-30 7 23,33 2 31-38 6 20,00 3 4 5 6 7 39-46 47-54 55-62 63-70 70 Jumlah 1 6 3 6 1 30 3,33 20,00 10,00 20,00 3,33 100,00 Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah petani pemetik kopi terbesar berada pada kelompok umur 23-30 sebanyak 7 orang atau 23,33 . Sedangkan yang terkecil pada kelompok umur 39-46 tahun dan 70 tahun dengan jumlah masing- masing 1 orang atau 3,33 .

4.2.2 Jenis Kelamin

Karakteristik jenis kelamin petani pemetik kopi di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan tahun 2105 dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6. Karakteristik Jenis Kelamin Pemetik Kopi di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan tahun 2015 No Jenis Kelamin JumlahJiwa Persentase 1 Laki-laki 15 50 2 Perempuan Jumlah 15 30 50 100 Universitas Sumatera Utara 44 Berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa terdapat persamaan jumlah petani pemetik kopi yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yaitu sebanyak 15 orang 50.

4.2.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan petani sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam memahami teknik bertani yang dapat diperoleh dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi pada usaha taninya tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani sampel yang ada di Dusun Banua bervariasi dari Tingkat SD, SMP, STM, SMK dan SMA. Lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut ini : Tabel 4.7. Karakteristik Tingkat Pendidikan Pemetik Kopi Dusun Banua Desa Purba Sipinggan tahun 2015 No Tingkat Pendidikan JumlahJiwa Persentase 1 SD 8 26,67 2 SMP 11 36,67 3 STMSMA SMK 11 36,67 Jumlah 30 100 Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani responden rata-rata berkisar pada tingkat SMP dan STMSMASMK. Untuk jumlah petani responden yang terbesar ialah pada tingkat SMP dan STMSMASMK yang memiliki jumlah yang sama sebanyak 11 orang atau 36,67 dari jumlah keseluruhan, sedangkan yang terkecil berada pada tingkat SD yaitu sebanyak 8 orang atau 26,67 dari jumlah keseluruhan petani pemetik kopi. Universitas Sumatera Utara 45

4.2.4 Masa Kerja

Karakteristik masa kerja petani pemetik kopi di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8. Karakteristik Masa Kerja Pemetik Kopi Di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan Tahun 2015 No Masa Kerja Tahun JumlahJiwa Persentase 1 3-8 8 26.67 2 3 4 9-14 15-20 21-26 4 4 1 13,33 13,33 3,33 5 6 27-32 33 9 4 30,00 13,33 Jumlah 30 100,00 Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai masa kerja memetik kopi terbanyak ialah pada kelompok 27-32 tahun sebanyak 9 orang atau 30,00 , sedangkan untuk masa kerja yang terkecil berada pada kelompok 21-26 tahun sebanyak 1 orang.

4.3 Sikap Kerja Pemetik Kopi

4.3.1 Sikap Kerja Posisi Berdiri pada Proses Memetik Kopi

Berdasarkan pengamatan selama proses memetik buah kopi, para petani membagi wilayah pemetikan dimana satu orang memetik satu barisan kopi sampai ke ujung barisan. Sehingga apabila sudah habis satu barisan buah kopi dipetik, petani memulai memetik dengan barisan baru lagi. Jumlah barisan pohon kopi berbeda-beda dari ladang satu dengan ladang lainnya tergantung luas ladang tersebut. Pohon kopi diatur sedemikian hingga dengan hitungan jarak per pohon 1x1m agar pohon tidak terlalu berdekatan. Universitas Sumatera Utara 46 Pada saat musim panen kopi tiba, para pemilik ladang kopi meminta bantuan para warga yang sudah biasa di pekerjakan untuk memetik kopi. Dimana para petani pemetik kopi tersebut bekerja dari jam 09.00-17.00 dengan upah kerja Rp 60.000,00 per hari. Selama musim panen, sistem pemetikan buah kopi berjalan secara berangsur-angsur dimana pemetikan dilakukan selama seminggu, kemudian diperlukan waktu sela seminggu untuk berhenti memetik buah kopi sehingga petani mulai memetik kembali di minggu berikutnya. Hal ini dikarenakan buah kopi akan matang kembali seminggu kemudian setelah pohon kopi tersebut di petik. Sehingga dalam sekali panen dapat dilakukan proses pemetikan hasil buah kopi sebanyak tiga 3 kali. Namun hal ini tidak dapat dipastikan terjadi di setiap panen, tergantung banyaknya buah kopi yang dihasilkan oleh pohon kopi tersebut. Faktor cuaca menentukan banyak tidaknya buah yang di hasilkan karena pohon kopi akan menghasilkan buah yang banyak di musim penghujan, sedangkan cuaca sekarang ini tidak menentu. Proses memetik buah kopi itu sendiri tidak ada aturan yang mengharuskan dilakukan oleh petani. Namun pemetikan buah haruslah sampai semua bagian buah terpetik agar tidak menghambat pertumbuhan buah selanjutnya. Buah yang dipetik adalah buah kopi yang sudah masak, ditandai dengan warna buah yang sudah merah. Sikap kerja petani pemetik kopi selama bekerja adalah sikap kerja posisi berdiri. Petani memetik buah kopi yang sudah matang dari atas hingga ke bawah pohon. Posisi berdiri petani tersebut berubah-ubah disesuaikan posisi buah yang di petik. Apabila buah yang dipetik sejajar dengan posisi tangan petani maka Universitas Sumatera Utara 47 petani berdiri dengan posisi tegak dengan lengan terangkat. Posisi leher pada saat memetik adalah lurus kedepan dan berputar ke kiri dan kanan mencari buah kopi. Gambar 4.1 Sikap Kerja Posisi Berdiri Tegak Gambar 4.2 Posisi Lengan Terangkat ke Atas Universitas Sumatera Utara 48 Kondisi lainnya apabila buah yang di petik berada di atas, maka petani kopi tersebut berdiri dengan posisi tangan dan leher menengadah ke atas. Selain itu posisi lengan atas terangkat ke atas menjauhi tubuh Gambar 4.3. Proses menengadahan ini berlangsung ± 1 menit untuk satu pohon. Hal ini di sesuaikan dengan tinggi pohon kopi tersebut. Apabila tinggi pohon kopi melebihi tinggi tubuh petani, maka tidak jarang petani melakukan posisi jinjit selama ± 1 menit per pohon Gambar 4.4. Gambar 4.3 Sikap Kerja Posisi Leher Menengadah Ke Atas Universitas Sumatera Utara 49 Gambar 4.4 Sikap Kerja Berdiri Posisi Jinjit Pohon kopi yang di tanam di Dusun Banua ini adalah jenis kopi ateng dan arabika, dimana berdasarkan hasil pengamatan tinggi pohon kopi tersebut tidak terlalu jauh berbeda dengan tinggi rata-rata para petani. Hal ini disuaikan juga dengan umur pohon kopi tersebut. Apabila umur pohon kopi tersebut sudah melebihi umur 10 tahun, maka tinggi pohon kopi tersebut jauh di atas tinggi tubuh petani pada umumnya. Pohon kopi yang sudah berumur lebih dari 10 tahun menghasilkan buah tidak sebanyak pohon kopi yang masih muda. Pertumbuhan pohon kopi tersebut sudah tidak teratur menjulang ke atas. Oleh karena itu petani biasanya menarik ranting pohon kopi dengan satu tangan dan menahannya, sedangkan tangan lainnya memetik buah kopi Gambar 4.5. Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 4.5 Posisi Tangan Petani Pemetik Kopi Sikap kerja posisi berdiri lainnya yang di lakukan petani pemetik kopi adalah berdiri dengan posisi membungkuk dan memiringkan badan pada saat mengambil buah kopi yang berada di bagian bawah. Posisi buah kopi yang berada di bawah dimana tidak sejajar dengan posisi tangan petani ketika berdiri. Hal ini mengharuskan petani mengambil posisi membungkuk. Dimana posisi batang tubuh membungkuk, leher menekuk ke bawah berputar kiri kanan dan lengan tangan menjulur ke bawah mencari buah kopi Gambar 4.6 dan 4.7. Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata petani melakukan posisi membungkuk tersebut memakan waktu ± 2 menit sehingga apabila dijumlahkan selama memetik buah kopi dalam satu pohon petani menghabiskan waktu ± 4 menit. Universitas Sumatera Utara 51 Gambar 4.6 Sikap Kerja Berdiri Posisi Membungkuk Gambar 4.7 Sikap Kerja Berdiri Posisi Memi ringkan Badan Universitas Sumatera Utara 52 Sikap kerja petani untuk memetik buah kopi yang berada di bawah adalah sikap kerja posisi jongkok sambil mengitari pohon kopi tersebut Gambar 4.8. Posisi jongkok ini bertahan ± 1 menit. Gambar 4.8 Sikap kerja posisi jongkok 4.3.2 Sikap Kerja Posisi Berdiri Pada Proses Pengangkatan Hasil Pemetikan Kopi Selama melakukan kegiatan memetik buah kopi, para petani membawa ember masing-masing untuk menampung buah kopi. Ember tersebut dibawa dengan satu tangan selama proses memetik buah kopi sehingga berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Apabila ember tersebut sudah penuh maka buah tersebut di satukan ke dalam karung goni yang biasanya diletakkan di pinggir ladang kopi tersebut. Universitas Sumatera Utara 53 Ember yang digunakan bervariasi bentuk dan ukuran. Ada yang menggunakan ember hitam berukuran 5 kg dan ada yang menggunakan ember besar bekas cat dinding. Ember tersebut bermuatan 5 kg apabila terisi penuh dan petani mampu memperoleh hasil memetik kopi sebanyak 3 ember selama sehari. Sehingga rata-rata dalam satu hari masing-masing petani mampu memperoleh hasil petikan kopi sebanyak 10-15 kg per orang. Gambar 4.9 Hasil Petik Buah Kopi Yang Belum Terisi Penuh Gambar 4.10 Sikap kerja mengangkat hasil buah kopi Universitas Sumatera Utara 54

4.4 Keluhan Muskuloskeletal Pada Pemetik Kopi

Untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map yang ditanyakan sesaat setelah bekerja. Hasil dari pemetaan keluhan muskuloskletal yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.9. sebagai berikut: Tabel 4.9. Keluhan Muskuloskeletal Terbesar Pada Petani Pemetik Kopi Di Dusun Banua Desa Purba Sipinggan Tahun 2015 No Bagian Tubuh No NBM Keluhan Total Sakit Tidak Sakit 1 Betis kiri 22 28 93,33 2 6,67 30 100 2 Betis kanan 23 28 93,33 2 6,67 30 100 3 Leher atas 0 26 86,67 4 13,33 30 100 4 Punggung 5 26 86,67 4 13,33 30 100 5 Leher bawah 1 24 80,00 6 20,00 30 100 6 Pinggang 7 24 80,00 6 20,00 30 100 7 Bahu kiri 2 16 53,33 14 46,67 30 100 8 Lengan atas kiri 4 16 53,33 14 46,67 30 100 9 Bahu kanan 3 14 46,67 16 53,33 30 100 10 Lengan atas kanan 6 14 46,67 16 53,33 30 100 11 Pergelangan tangan kiri 14 12 40,00 18 60,00 30 100 12 Tangan kiri 16 12 40,00 18 60,00 30 100 13 Tangan kanan 17 12 40,00 18 60,00 30 100 14 Pergelangan tangan kanan 15 10 33,33 20 66,67 30 100 15 Bawah pinggang 8 8 26,67 22 73,33 30 100 16 Lengan bawah kiri 12 8 26,67 22 73,33 30 100 17 Lengan bawah kanan 13 6 20,00 24 80,00 30 100 18 Bokong 9 4 13,33 26 86,67 30 100 19 Siku kiri 10 4 13,33 26 86,67 30 100 20 Siku kanan 11 4 13,33 26 86,67 30 100 21 Paha kiri 18 4 13,33 26 86,67 30 100 22 Paha kanan 19 4 13,33 26 86,67 30 100 23 Lutut kiri 20 4 13,33 26 86,67 30 100 24 Lutut kanan 21 4 13,33 26 86,67 30 100 25 Pergelangan kaki kiri 24 2 6,67 28 93,33 30 100 26 Pergelangan kaki 2 6,67 28 93,33 30 100 Universitas Sumatera Utara 55 kanan 25 27 Telapak kaki kiri 26 2 6,67 28 93,33 30 100 28 Telapak kaki kanan 27 2 6,67 28 93,33 30 100 Berdasarkan tabel 4.6. di atas, dapat diketahui bahwa petani pemetik kopi mengalami keluhan muskuloskeletal terbanyak yaitu keluhan pada betis kiri dan kanan sebanyak 28 orang 93,33, leher atas sebanyak 26 orang 86,67, punggung sebanyak 26 orang 86,67, leher bawah sebanyak 24 orang 80, bahu kiri sebanyak 16 orang 53,33, lengan atas kiri sebanyak 16 orang 53,33. Universitas Sumatera Utara 56

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Sikap Kerja Pada Proses Memetik Kopi

Berdasarkan pengamatan, para petani pemetik kopi melakukan sikap kerja berdiri. Petani pemetik kopi melakukan kegiatan memetik kopi dengan posisi berdiri menengadahkan leher dan leher berputar ke kiri dan kanan. Proses ini terjadi berulang-ulang dengan durasi ± 1 menit untuk setiap pohonnya dan berpindah ke pohon berikutnya. Sikap kerja dengan menengadah leher dan leher berputar ke kiri kanan adalah sikap kerja tidak ergonomi dimana terjadi kejanggalan pada postur tubuh. Menurut Humantech 1995, posisi normal leher adalah lurus dan tidak miringmemutar ke samping kiri atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical. Humantech 1995 juga mengatakan postur leher menyimpang apabila melakukan rotasi berputar, refleksi mendekati tubuh dan ekstensi menjauhi tubuh. Berdasarkan pengamatan terhadap petani pemetik kopi, terlihat terjadi kejanggalan pada potur leher ketika memetik buah kopi dimana mereka sering melakukan rotasi, refleksi, dan ekstensi pada leher pada saat mencari buah kopi yang akan di petik, terutama buah kopi yang berada di dalam pohon dan buah kopi yang berada di bagian atas pohon dimana tinggi pohon lebih tinggi dibandingkan tinggi tubuh petani. Berdasarkan pendapat yang diungkapkan Humantech 1995 tentang postur tubuh yang ergonomis dalam bekerja, posisi leher menunduk dan Universitas Sumatera Utara