9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Kerja
Definisi kesehatan kerja mengacu pada Komisi Gabungan ILO WHO dalam Kesehatan Kerja pada tahun 1950 yang disempurnakan pada sesi ke-12
tahun 1995. Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang
setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan
kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya, dan disimpulkan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya Kurniawidjaja, 2012
Fokus utama upaya kesehatan kerja mencapai tiga tujuan : 1.
Pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas kerjanya.
2. Perbaikan kondisi lingkungan kerja dan pekerjaan yang kondusif bagi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja 3.
Pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja ke arah yang mendukung Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Juga meningkatkan
kondisi sosial yang positif dan operasi yang lancar dan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
10
Konsep budaya kerja yang dimaksudkan dalam kerangka ini adalah refleksi system nilai pokok yang diadopsi oleh perusahaan tertentu. Budaya yang
demikian itu diwujudkan dalam praktek sebagai system manajemen, kebijakan personalia, prinsip partisipasi, kebijakan pelatihan dan manajemen mutu
perusahaan. Di Indonesia, dalam Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 64 disebutkan bahwa Kesehatan Kerja ditunjukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan.
2.2 Ergonomi
Kata ergonomi berasal bahasa Yunani : ergon kerja dan nomos peraturan, hukum. Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda, seperti
Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal Research di Amerika Utara. Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis
tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap
pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Tidak jarang pula kepada ergonomi diberikan pengertian
sebagai ilmu tentang bekerja study work atau ilmu tentang kerja. Untuk ergonomi, di Indonesia digunakan pula istilah tata karya atau tata kerja
Suma’mur, 2009. Fokus ergonomi adalah pada biomekanik, kinesiologi, fisiologi kerja, dan
antropometri. Biomekanik adalah mekanisme sistem biologi, khusunya pada
Universitas Sumatera Utara
11
tubuh manusia. Pendekatan biomekanik pada desain tempat kerja yang utama mempertimbangkan kemampuan pekerja, tuntutan tugas, dan peralatan yang
terintegritas. Kinesiologi merupakan ilmu yang mempelajari pergerakan manusia dalam fungsi anatomi. Prinsip kinesiologi harus digunakan pada desain tempat
kerja untuk mecegah pergerakan yang tidak sesuai. Fisiologi kerja menggambarkan reaksi fisiologi pekerja terhadap tuntutan pekerjaannya dan
memelihara pada batasan yang aman. Antropometri berfokus pada dimensi tempat kerja, peralatan, dan material. Data antropometri terdiri dari dimensi tubuh,
jangkauan pergerakan lengantangan dan kaki, dan kemampuan kekuatan otot Pulat,1992.
Konsep dasar dari ergonomi adalah memberi keserasian atau kesesuain antara manusia dengan pekerjaannya. Intinya yaitu ergonomi bertujuan mencapai
harmonisasi antara keterbatasan manusia dengan tuntutan pekerjaannya. Hal ini dikarenakan manusia memiliki keterbatasan dari segi fisik, fisiologi dan psikologi
sedangkan saat bekerja, manusia berinteraksi dengan sebuah system yang terdiri dari manusia, peralatan kerja mesin, system kerja dan lingkungan yang notabene
memiliki karakteristik masing-masing yang mampu membahayakan manusia atau berisiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja.
Fokus perhatian ergonomi dalam sistem pekerjaan adalah manusia, karena itu tempat kerja dan alat kerja disesuaikan terhadap pekerja bukan sebaliknya.
Cara menilai kesesuaian adalah melihat aspek dari pekerjaan, peralatan, lingkungan kerja, serta interaksi diantaranya sehingga tercipta sistem kerja yang
Universitas Sumatera Utara
12
aman, efektif, dan produktif. Jika cocok mismatch, harus ada solusi ergonomi untuk menengahi.
Peranan ergonomi dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain : desain suatu sistem kerja untuk mengurasi rasa nyeri dan ngilu
pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal tersebut dapat mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja,
desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrument dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses
transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimalkan risiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat
Nurmianto, 2004. Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif. 3.
Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek, yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap system kerja yang
dilakuka sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi Tarwaka, 2004.
Universitas Sumatera Utara
13
Berdasarkan penjabaran di atas dari berbagai sumber, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup dari ergonomi berfokus pada perancangan
tugas, peralatan, area kerja, dan sistem kerja yang disesuaikan dengan kapasitas pekerja mempertimbangkan keterbatasan fisik yang bertujuan untuk
menciptakan efisiensi serta kenyamanan dalam bekerja dan mencegah darikecelakaan maupun penyakit akibat kerja.
2.3 Sikap Kerja