20 disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi. Meriam 1995:85.
Dalam mendeskripsikan materi musik pada kerja laboratorium, terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl 1964:98 yaitu:
1 Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan
2 Kita dapat dengan cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas
kertas lalu mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dari kedua pendekatan tersebut penulis akan menggunakan pendekatan yang
kedua dalam menganalisis teks dan musik Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji. Pendekatan pertama tidak dilakukan karena peneliti tidak mungkin
hanya mengandalkan pendengaran dan daya ingat yang terbatas tanpa menuliskannya. Untuk mendeskripsikan bunyi musikal dari Ende Tarombo Si
Raja Lontung oleh dua penyaji, harus dilengkapi dengan analisis yang didasarkan atas materi yang terlihat dalam bentuk notasi. Oleh karena itu dalam kerja
laboratorium penulis akan melakukan transkripsi. Transkripsi adalah proses memindahkan bunyi menotasikan, mengalihkan bunyi yang didengar menjadi
simbol visual.
1.5.2.3.1 Metode transkripsi
Dalam hal ini, Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji yang telah direkam kemudian ditranskripsikan dengan menggunakan sistem penulisan notasi
Barat menggunakan program software Sibelius. Dalam penggunaan notasi Barat, penulis memperhatikan pendapat Seeger 1958:184-195 yang membedakan dua
notasi menurut tujuannya yaitu:
Universitas Sumatera Utara
21 1
Notasi Preskriptif prescriptive yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu
dapat diwujudkan oleh pemain musik. 2
Notasi Deskriptif descriptive yaitu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu
pertunjukan diwujudkan. Dalam hal ini penulis akan menggunakan notasi preskriptif dalam
pentranskripsian Ende Tarombo Si Raja Lontung. Jadi notasi yang akan dituliskan adalah garis besar dari bunyinya saja sehingga dapat diketahui bagaimana musik
itu dapat diwujudkan oleh penyaji musik Ende Tarombo Si Raja Lontung.
1.6 Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai tulisan ini maka penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu di Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah disebabkan karena lokasi tersebut merupakan tempat tinggal
penyaji Ende Tarombo Si Raja Lontung yaitu: Marsius Sitohang.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB II SEJARAH DAN ASAL-USUL SI RAJA LONTUNG
Pada bab ini akan dibahas tentang sejarah asal-usul Si Raja Lontung, untuk itu perlu dilakukan peninjauan sejarah darinya. Dalam penelitian ini digunakan
metode sejarah dengan pendekatan penelitian historis. Menurut Suryabrata dalam Metode Penelitian 1994:16 tujuan penelitian historis adalah untuk membuat
rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensintesiskan bukti-
bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Semua upaya tersebut harus melalui proses pengumpulan data. Maka dengan demikian
data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berbentuk keterangan-keterangan, kalimat-kalimat dari studi pustaka, foto-foto, serta
informasi yang berkaitan dengan bagaimana sejarah asal-usul Si Raja Lontung. Mengingat bahwa data-data yang dikumpulkan tersebut berupa dokumen-
dokumen tertulis, informasi, kejadian-kejadian, dan foto-foto yang akan dianalisis dalam tinjauan sejarah, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan
dan perilaku atau sekelompok individu atau sekelompok orang Moleong, 2007:6 Dilain pihak Koentjaraningrat 1990:29 mengatakan bahwa metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berdasarkan atas tujuannya dalam menggambarkan dan menafsirkan data yang dijumpai di
Universitas Sumatera Utara
23 lapangan. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, menentukan frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala lain dalam suatu masyarakat. Jadi dalam hal ini
penulis akan melakukan wawancara terbuka terhadap informan untuk mendeskripsikan bagaimana sejarah dari Si Raja Lontung. Penelitian ini berpusat
pada pendapat informan kunci dalam konteks studi emik.
12
Namun penulis tetap melakukan penafsiran-penafsiran sesuai dengan kaidah ilmiah dalam konteks
studi etik, yaitu identifikasi menurut peneliti yang mengacu pada konsep-konsep sebelumnya sehingga didapatkan data yang objektif Kaplan dan Manners
1999:256-8. Membincangkan sejarah asal-usul Si Raja Lontung dan turunannya penulis
menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo, yaitu; model sinkronis: untuk mengetahui gambaran lingkungan sosial, historis, fungsi dan latar belakang dan
model diakronis: untuk menggambarkan bagaimana pertumbuhan tersebut dari waktu-kewaktu, bagaimana ia tumbuh dari awal sebagai suatu gejala 1994:38.
2.1 Model Sinkronis
Menurut Vergouwen 1986:9 Desa Sabulan merupakan tempat Si Raja Lontung dilahirkan dan tinggal selama hidupnya. Sabulan adalah salah satu nama
perladangan desa yang berada di wilayah Kecamatan Sitiotio di kaki gunung Pusuk Buhit
13
, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
12
Emik native point of view mencoba menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri.
13
Samosir dibuat menjadi suatu pulau dengan menggali sebuah terusan yang memotong punggung bukit yang menyatukannya dengan Gunung Pusuk Buhit.
Universitas Sumatera Utara
24 Gambar-1. Peta Desa Sabulan
Dokumentasi Blessta Hutagaol, 2015. Konon menurut cerita rakyat atau turi-turian bahwa daerah Sabulan adalah
tempat tinggal Sariburaja bersama Siboru Pareme setelah mereka diusir dari kampungnya kemudian melahirkan Si Raja Lontung.
14
Menurut James Danandjaja 1984:4 Cerita rakyat adalah suatu karya sastra yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan
dalam bentuk relatif tetap, atau dalam bentuk baku disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang lama. Dalam hal ini kisah tentang Si Raja Lontung
merupakan sebuah cerita rakyat dalam masyarakat Batak Toba. Namun dalam penggolongannya, penulis memperhatikan jenis cerita prosa rakyat yang terbagi
atas tiga golongan utama yaitu:
14
Akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
25 1.
Mite myth, adalah cerita prosa rakyat yang benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau
makhluk setengah dewa, peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang bukan kita kenal sekarang, dan terjadi di masa lampau.
2. Legenda legend, adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang
mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci, legenda ditokohi manusia, walaupun ada kalanya
mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan sering kali dibantu oleh makhluk- makhluk gaib.
3. Dongeng folktale berupa cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-
benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat James Danandjaja, 1984:50
Berdasarkan penggolongan cerita rakyat diatas maka kisah tentang Si Raja Lontung termasuk dalam jenis Legenda. Karena dalam alur kisahnya peristiwa
tentang Si Raja Lontung adalah terjadi di bumi dan masih terdapak jejak peninggalan sejarahnya atau artefak yaitu di Desa Sabulan, Kecamatan Sitiotio,
Kabupaten Samosir dan dalam perjalanan hidupnya acapkali Si Raja Lontung beserta keturunannya melakukan permohonan kepada Debata Mulajadi Na Bolon
untuk meminta kekuatan dan kesaktian. 2.1.1 Gambaran lingkungan sosial
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai
Universitas Sumatera Utara
26 di Provinsi Sumatera Utara, maka yang merupakan wilayah administrasi
pemerintahan Kabupaten Samosir sebanyak sembilan kecamatan, yaitu: Kecamatan Pangururan, Kecamatan Simanindo, Kecamatan Ronggur Ni Huta,
Kecamatan Palipi, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Sitiotio, Kecamatan Sianjur Mulamula, dan Kecamatan Harian. Jadi Kecamatan
Sititotio merupakan salah satu wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Samosir. Kecamatan Sititotio terdiri atas beberapa desa sebagai berikut: Desa
Tamba Dolok, Desa Cinta Maju, Desa Buntu Mauli, Desa Sabulan, Desa Holbung, Desa Janji Raja, Desa Janji Maria, dan Desa Parsaoran.
Desa Sabulan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan turi-turian
pada masyarakat Batak Toba disertai dengan peninggalan sejarahnya, bahwa pada zaman dahulu kala, di desa inilah Siboru Pareme dan Si Raja Lontung berjanji
Marbulan. Sehingga desa ini dinamakan Desa Sabulan. Berdasarkan profil desa pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa Sabulan tahun 2008-2013, Desa Sabulan adalah desa yang sangat bersejarah bagi seluruh orang Batak secara khusus bagi keturunan pomparan Siboru
Pareme dan Si Raja Lontung yaitu yang terdiri dari tujuh orang putera dan satu orang puteri. Masing-masing puteranya bernama:Sinaga, Situmorang, Pandiangan,
Nainggolan, Simatupang, Aritonang, Siregar. Sedangkan puterinya bernama Si Boru Anak Pandan. Ia menikah dua kali dengan marga Sihombing kemudian
Simamora.
15
15
Akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.2 Letak astronomis dan geografis
Wilayah Kecamatan Sitiotio mempunyai letak astronomis dan geografis
16
sebagai berikut: Tabel-1. Letak Astronomis dan Geografis Kecamatan Sitiotio
No. Letak Astronomis dan
Geografis Kecamatan Sitiotio Statistik
1. Letak Astronomis
2º30´-2º45´LU dan 98º30´-98º45´BT 2.
Luas Wilayah Daratan 50, 76 Km² atau 3,51 dari total luas
daratan Kabupaten Samosir. 3
Batas Wilayah: Utara
Selatan Barat
Timur Kecamatan Palipi Kabupaten
Samosir Kecamatan Pollung Kabupaten
Humbahas Kecamatan Harian Kabupaten
Samosir Kecamatan Baktiraja Kabupaten
Humbahas 4.
Ketinggian Diatas Permukaan Laut
904-2.157 Meter 5.
Jarak Kantor Camat Ke Kantor Bupati Samosir
22 KM Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011
2.1.3 Luas wilayah
Pembagian wilayah Desa Sabulan dibagi menjadi 3 tiga dusun yaitu sebagai berikut:
16
Letak astronomis adalah adalah letak suatu tempat dilihat dari posisinya di garis lintang dan di garis bujur yang dinyatakan dalam angka. Sedangkan Letak Geografis adalah letak suatu
tempat dilihat dari keadaan sebenarnya di permukaan bumi.
Universitas Sumatera Utara
28 Tabel-2 Luas Wilayah Desa Sabulan per Dusun
No. Dusun
Jumlah kampung huta
Luas wilayah Km²
Persentase Luas
1. I
10 3,8
31, 54 2.
II 10
4,10 34, 02
3. III
17 4,15
34,44 Sumber: Rencana Pembangunan Jangka menengah Desa RPJMDes Desa
Sabulan tahun 2008-2013. 2.1.4
Jumlah penduduk
Kecamatan Sitiotio merupakan kecamatan dengan persentase penduduk terkecil dari total penduduk Kabupaten Samosir yakni hanya 5.95 penduduk
Kabupaten Samosir berdomisili di Kecamatan Sitiotio, hal ini disebabkan karena Kecamatan Sitiotio merupakan kecamatan terjauh di Kabupaten Samosir dan
akses untuk menjangkau setiap wilayah desa di Kecamatan Sitiotio sangat terbatas karena hampir seluruh wilayah berbatasan langsung dengan Danau Toba.
Berdasarkan desa di Kecamatan Sitiotio, Desa Sabulan merupakan desa dengan persentase penduduk terbanyak dari total penduduk Kecamatan Sitiotio yakni
16.09. Hal ini dikarenakan Desa Sabulan merupakan ibukota Kecamatan sekaligus merupakan desa yang paling mudah diakses dari ibukota kabupaten.
Desa Sabulan sebagai Ibukota Kecamatan Sitiotio didiami sekitar 16.09 dari total penduduk Kecamatan Sitiotio dengan kepadatan penduduk yaitu mencapai
135.45 jiwakm². Yang berarti setiap 1 km² wilayah Desa Sabulan didiami oleh sekitar 135 jiwa penduduk. Sedangkan Desa Janji Maria merupakan desa dengan
distribusi persentase terkecil dari total penduduk Kecamatan Sitiotio. Hanya 8.97 penduduk Kecamatan Sitiotio tinggal di wilayah Desa Janji Maria, hal ini
Universitas Sumatera Utara
29 disebabkan karena Desa Janji Maria merupakan desa yang paling jauh dari
ibukota Kecamatan Sitiotio yakni sekitar 17 km dari ibukota Kecamatan Sitiotio.
Tingkat kepadatan penduduk selama periode tahun 2010-2011 meningkat dari yang sebelumnya 140 jiwakm² menjadi 142 jiwakm². Artinya bahwa setiap
km² wilayah daratan Kecamatan Sitiotio ditempati oleh penduduk rata-rata sekitar 142 orang. Penduduk Kecamatan Sitiotio hingga tahun 2011 diperkirakan
mencapai 7.191 jiwa dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga per rumah tangga sebesar 4 jiwa rumah tangga.
Tabel-3 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, dan Anggota Rumah Tangga menurut Desa di Kecamatan Sitiotio
Keterangan: RT = Rumah tangga . ART = Anggota rumah Tangga Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011
Dari keseluruhan penduduk Kecamatan Sitiotio berdasarkan status kependudukannya adalah bervariasi. Menurut Vergouwen 1986:136-137
penghuni kampung isi ni huta terdiri atas si pendiri kampung sipungka huta No.
Desa Penduduk
jiwa Kepadatan
Jiwakm RT
Rata-rata ART RTnya.
1. Tamba Dolok
908 134,72
236 3, 85
2. Cinta Maju
1010 148, 08
251 4, 03
3. Buntu Mauli
669 121, 58
180 3, 72
4. Sabulan
1157 135, 45
297 3, 89
5. Holbung
891 150, 98
226 3, 94
6. Janji Raja
1043 165, 29
250 4, 18
7. Janji Maria
645 108, 40
145 4, 44
8. Parsaoran
868 173, 61
191 4, 54
Jumlah 7191
113.811 1776
4, 05
Universitas Sumatera Utara
30 dan anggota marga penumpang parripe. Lebih lanjut Vergouwen menjelaskan
bahwa parripe tidak banyak ikut campur dalam urusan kampung tersebut. Karena mereka belum lama berada di kampung tersebut. Mereka hanya orang yang
bergantung kepada tempat isterinya berasal. Namun seiring bergantinya satu generasi, maka marga parripe tadi dapat berubah menjadi marga boru.
Khusus Desa Sabulan sebagai tempat penelitian penulis, hasil wawancara dengan Rammes Situmorang yang merupakan salah satu aparat Desa Sabulan
mengatakan bahwa saat ini marga-marga yang menjadi penduduk di desa tersebut adalah Marga Situmorang, Pandiangan dan Sinaga sebagai marga asal si pendiri
kampung sipungka huta, dan marga yang paling banyak adalah Situmorang. Hal ini dikarenakan pernah suatu ketika terjadilah banjir yang sangat besar melanda
Desa Sabulan. Banjir tersebut menyebabkan Desa Sabulan hancur luluh lantah beserta isinya sehingga penduduknya bermigrasi keluar Desa Sabulan.
Penduduknya kala itu adalah marga keturunan Raja Lontung yaitu Sinaga, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, Siregar dan marga Situmorang.
Selang beberapa lama setelah banjir tersebut berlalu, Situmorang kembali lagi ke Desa Sabulan dan berketurunan disitu. Hal ini didukung dengan tulisan W. M
Hutagalung 1991:64 yang mengatakan bahwa: “Ianggo Situmorang, mulak do jolo tu luat Sabulan jala marpinompari
disi” Artinya: Bahwa marga Situmorang kembali ke Sabulan dan berketurunan
disitu. Marga lainnya membentuk pemukiman baru diluar Sabulan. Namun marga
Situmorang kembali ke Desa Sabulan, sehingga beberapa marga lain yang sudah
Universitas Sumatera Utara
31 sempat bermukim ditempat lain ikut kembali pulang ke Desa Sabulan. Yaitu
marga Pandiangan dan Sinaga. Sedangkan yang merupakan marga pendatang parripe adalah: Nainggolan, Siregar, Sihombing, Tamba, Manalu, Sitinjak,
Sihite dan Ambarita.
2.1.5 Sistem religi
Masyarakat Batak Toba, baik secara pribadi maupun berkelompok mengakui adanya kuasa di luar kuasa manusia. Dalam menghormati kuasa
tersebut mereka mempunyai cara penyembahan yang berbeda sesuai dengan kesanggupan memahami makna kuasa tersebut. Motif setiap penghormatan
ditujukan untuk mendapat perlindungan agar terhindar dari bahaya, baik bahaya alam, penyakit maupun serangan binatang buas. Demikian pula untuk maksud
mendapat restu, baik dalam perkawinan maupun usaha mencari rezeki dilaksanakan melalui pemujaan. Dalam setiap pelaksanaannya, Injil dan adat
berjalan berdampingan. Pada mulanya Injil diberitakan ditengah-tengah dunia yang penuh dengan
adat kebudayaan serta berhadapan dengan adat kebudayaan suatu masyarakat atau suku-suku. Dalam pertemuan Injil dan adat tersebut, secara khusus adalah dengan
unsur-unsur adat kebudayaan, yang terdiri dari: sistem Religius dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi masyarakat, sistem bahasa, sistem kesenian,
dsb. Adat merupakan hal yang sangat penting dalam suatu masyarakat, apalagi
di dalam masyarakat Batak. Sebelum Kekristenan memasuki tanah Batak, adatlah yang menjadi hukum sekaligus aturan paling tinggi diakui. Adat batak adalah
Universitas Sumatera Utara
32 aturan-aturan tentang beberapa segi kehidupan masyarakat Batak yang tumbuh
dari usaha orang di dalam masyarakat tersebut, sebagai kelompok sosial untuk mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya. Jadi di dalamnya
termuat pula peraturan-peraturan hukum yang melingkupi dan mengatur hidup bersama daripada masyarakat Batak.
17
Hanya saja tata-tata adat masyarakat Batak sebelum masuknya Kristen, mengandung sisi lain yang berhubungan erat dengan bidang lain dari tradisi,
khususnya yang mitis-agamawi dan yang berkaitan dengan pemujaan nenek moyang. Hal ini sependapat dengan Lothar Schreiner dalam bukunya yang
mendasar Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak. Lothar Schreiner
18
berpendapat, adat sebagai tata tertib yang diciptakan oleh nenek moyang dan mempunyai dasar agamawi, yakni pemujaan-pemujaan yang biasa
dilakukan oleh nenek moyang dalam agama suku. Melalui perjumpaannya dengan Injil, harus dapat membebaskan adat
tersebut dari sifat agamawinya yang berkaitan dengan pemujaan-pemujaan nenek moyang, misalnya, penyembahan kepada Debata Mulajadi Nabolon. Apabila
demikian, adat dapat diterima dan tidak bertentangan dengan Injil. Dengan demikian adat dapat dipraktekkan oleh orang-orang Kristen sebagai tata tertib
sosial yang bebas dari dasar agamawinya. Adat itu tidak dapat memperbaharui hati.
Dengan bertitik tolak pada pandangan dan pernyataaan tersebut, penulis berkesimpulan bahwa adat yang memiliki dan membuahkan nilai-nilai positif
17
R. Van Dijk, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Vorkink-Van Hoeve, Bandung:hlm. 6.
18
Lothar Schreiner, Adat dan Injil:Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, BPK-GM, Jakarta 2003:hlm. 226
Universitas Sumatera Utara
33 dalam tata kehidupan masyarakat Batak dapat atau bahkan perlu tetap
dipertahankan. Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam mempertahankan itu adalah bahwa adat itu harus dilepaskan dari sifat agamawinya. Supaya hubungan
antara Injil dan dan adat dapat berjalan berdampingan Pada masa kini, umumnya masyarakat Batak Toba menganut agama
Kristen Protestan dan Katolik. Penyebaran agama Kristen, awalnya dimulai oleh Pendeta Burton dan Ward dari Gereja Baptis Inggris tahun 1824. Kedua pendeta
ini mencoba memperkenalkan Injil di kawasan Silindung sekitar Tarutung sekarang. Kehadiran mereka tidak diterima oleh masyarakat Batak Toba.
Kemudian tahun 1834 Kongsi Zending Boston Amerika Serikat, mengirimkan dua orang pendeta, yaitu Munson dan Lymann. Kedua misionaris ini dibunuh oleh
penduduk di bawah pimpinan Raja Panggalamei, di Lobupining, sekitar Tarutung, pada bulan Juli 1834. Tahun 1849, Kongsi Bibel Nederland mengirim ahli bahasa
Dr. H.N. van der Tuuk untuk menyelidiki budaya Batak. Ia menyusun Kamus Batak-Belanda, dan menyalin sebagian isi Alkitab ke bahasa Batak. Tujuan utama
Kongsi Bibel Nederland ini adalah merintis penginjilan ke Tanah Batak melalui budaya. Tahun 1859, Jemaat Ermelo Belanda dipimpin oleh Ds. Witeveen
mengirim pendeta muda G. Van Asselt ke Tapanuli Selatan. Ia tinggal di Sipirok sambil bekerja di perkebunan Belanda. Kemudian disusul oleh para pendeta dari
Rheinische Mission Gesellschaft RMG, pada masa sekarang menjadi Verenigte Evangelische Mission VEM, dipimpin Dr. Fabri. Penginjilan sampai saat ini
berjalan lambat. Kemudian tahun 1862 datanglah pendeta RMG, yang kemudian diterima oleh masyarakat Batak Toba, yaitu Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Di
Universitas Sumatera Utara
34 bawah pimpinannya misi penginjilan terjadi dengan pesat. Sampai dekade-dekade
awal abad kedua puluh, sebagian besar etnik Batak Toba telah menganut agama Kristen Protestan.
19
Begitulah proses penyebaran agama Kristen di Tanah Batak yang awalnya dimulai oleh Pendeta Burton dan Ward dari Gereja Baptis Inggris tahun 1824
yang mencoba memperkenalkan Injil di kawasan Silindung sekitar Tarutung sekarang hingga tersebar ke berbagai daerah sekitarnya termasuk di wilayah
Kecamatan Sitiotio dimana merupakan tempat lahir dan besarnya Si Raja Lontung adalah sebagai berikut. Menurut Buku Statistik Kecamatan Sitiotio 2011,
sebagian besar penduduk di Kecamatan Sitiotio menganut agama Kristen Protestan yaitu 63,23 dari total penduduk Kecamatan Sitiotio. Sedangkan
sisanya menganut agama Katolik.
2.1.6 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan di Desa Sabulan masih tergolong sangat minim dan memprihatinkan. Karena masih didapati adanya penduduk yang putus sekolah,
masih buta huruf dan melek huruf. Hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan tabel sebagai berikut.
19
Buku Masyarakat Kesenian Indonesia oleh Muhammad Takari dkk Tahun 2008 hlm. 112-113.
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel-4 Indikator Pendidikan Tahun di Desa Sabulan 2011
Sumber: Pendataan KPMD Tim Perumus RPJM-Desa.
2.1.7 Curah hujan
Kecamatan Sitiotio diguyur hujan sebanyak 144 hari selama tahun 2011 Berikut adalah tabel banyaknya curah hujan dan hari hujan di Kecamatan Sitiotio
menurut bulan. Indikator Pendidikan
Jumlah Laki-laki
Perempuan Total
1. Partisipasi Pendidikan a. Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Status pendidikan
1 Tidak belum pernah Sekolah 76
60 136
2 Masih Sekolah a. SD
68 70
138 b. SMTP
80 75
155 c. SMTA
75 76
151 d. Diploma Sarjana
70 60
130 3 Tidak Sekolah lagi
35 40
75
b. Penduduk 10 tahun ke atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
1 Tidak Belum pernah Sekolah
30 30
60 2 Tidak Belum Tamat SD
28 20
48 a. SD
20 15
35 b. SMTP
15 20
35 c. SMTA
25 18
43 d. Diploma Sarjana
35 19
54
2. Angka Buta Huruf 2011 4
5 9
3. Angka Melek Huruf 2011 6
3 9
Universitas Sumatera Utara
36 Tabel-5 Banyaknya Curah Hujan Ch dan Hari Hujan Hh di Kecamatan Sitiotio
menurut bulan No.
Nama Bulan Curah Hujan Ch
Hari Hujan Hh 1.
Januari 179 mm
12 2.
Februari 211 mm
9 3.
Maret 240 mm
15 4.
April 205 mm
13 5.
Mei 113 mm
9 6.
Juni 73 mm
6 7.
July 5 mm
2 8.
Agustus 203 mm
15 9.
September 114 mm
11 10.
Oktober 167 mm
20 11.
November 241 mm
17 12.
Desember 192 mm
15 Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011
2.1.8 Jumlah perusahaan
Selama periode tahun 2008-2011, jumlah perusahaan usaha berdasarkan surat izin usaha perdagangan SIUP yang diterbitkan di Kecamatan Sitiotio
menunjukkan perubahan yang signifikan dan sebagian besar peningkatan tersebut dikarenakan peningkatan jumlah perusahaan usaha kecil. Berikut ini adalah tabel
Jumlah perusahaan usaha di Kecamatan Sitiotio tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
37 Tabel-6 Jumlah perusahaan usaha di Kecamatan Sitiotio
Uraian Tahun
2008 2009
2010 2011
Menurut golongan perusahaan usaha besar
- -
1 1
Perusahaan Usaha Menengah
1 3
4 4
Perusahaan Usaha Kecil -
12 8
8 Koperasi
- 3
3 2
Perorangan -
1 1
- Badan Usaha Lainnya
- -
- 1
Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011
2.1.9 Hasil-hasil bumi
Masyarakat di tanah Batak umumnya hidup dari hasil pertanian. Kesuburan tanah dan faktor alam mendukung usaha pertanian di daerah itu
khususnya di Kecamatan Sitiotio. Hasil-hasil Bumi di Kecamatan Sitiotio terdiri atas produksi tanaman pangan yaitu: padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi
jalar. Dan produktivitas sektor pertaniannya yaitu: kelapa, kopi, coklat, dan kemiri.
Tabel-7 Statistik Tanaman Pangan Kecamatan Sitiotio Jenis tanaman
Tahun 2010
2011 Padi
Luas Panen ha 532
837 Produksi ton
3032 4784
Jagung Luas Panen ha
28 224
Produksi ton 121
941 Kacang
Luas Panen ha 24
2
Universitas Sumatera Utara
38 Tanah
Produksi ton 27
2 Ubi Kayu
Luas Panen ha 31
9 Produksi ton
465 135
Ubi Jalar Luas Panen ha
10 10
Produksi ton 140
140 Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011
Tabel-8 Produktivitas Sektor Pertanian di Kecamatan Sitiotio Jenis Tanaman
Luas lahan Ha Produksi ton
Kelapa 1, 52
4, 22 Kopi
215, 55 24, 34
Cokelat 18, 7
36, 25 Kemiri
13, 00 171, 80
Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011 2.10 Keadaan Alam
Topografi wilayah Kecamatan Sitiotio adalah daerah pegunungan dan perbukitan yang terjal dengan dikelilingi sebagian Danau Toba. Ketinggiannya
berada di antara 904 - 2.157 meter di atas permukaan laut. Struktur tanahnya labil dan berada pada jalur gempa tektonik dan vulkanik.
Tabel-9 Kondisi Topografi Kecamatan Sitiotio No.
Kemiringan Persentase
1. Datar
± 5 2.
Landai ± 7
3. Miring
± 20 4.
Terjal ± 68
Sumber: Kantor camat Desa Sabulan 2015.
Universitas Sumatera Utara
39
2.11 Sarana Kesehatan Umum
Kecamatan Sitiotio masih minim akan sarana kesehatan umum. Berikut adalah tabel banyaknya sarana kesehatan umum menurut jenis dan desa yang ada
di Kecamatan Sitiotio pada tahun 2011. Tabel-10 Banyaknya sarana kesehatan umum menurut jenis dan desa di
Kecamatan Sitiotio
No. Desa
Puskesmas Puskesmas
Pembantu Polindes
Posyandu 1.
Tamba Dolok -
1 -
1 2.
Cinta Maju -
1 1
2 3.
Buntu Mauli -
- 1
1
4. Sabulan
1 1
- 2
5. Holbung
- -
1 1
6. Janji Raja
- -
1 3
7. Janji Maria
- -
1 1
8. Parsaoran
- 1
- 1
Jumlah 1
4 5
12
Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011
2.12 Seni
2.12.1 Seni sastra
Sebelum sastra tertulis ditemukan di tanah Batak, cerita-cerita yang cukup tinggi nilainya untuk diteladani telah dikenal seperti: cerita tentang binatang,
cerita untuk pelipur lara, cerita tentang kebodohan seseorang si bisuk na oto dalam masyarakat, dan cerita mitos lainnya.
Cerita kepercayaan orang Batak Toba tentang dewa-dewa dilukiskan dalam mitos, sesuai dengan alam pikiran orang-orang primitif seperti cerita
Universitas Sumatera Utara
40 tentang terjadinya bumi dan segala isinya. Adapun jenis sastra Batak Toba,
seperti: 1.
Tonggo-tonggo yaitu semacam doa yang diucapkan oleh datu atau iman agama Batak.
2. Andung-andung yaitu sejenis sastra berupa curahan perasaan sewaktu
meratapi jenazah orang yang dikasihi. Biasanya menggunakan ungkapan- ungkapan tertentu yang tidak lazim dalam kehidupan sehari-hari bahasa
halus. 3.
Huling-hulingan atau hutinsa disebut juga teka-teki. Kalau teka-teki itu memerlukan jawaban berupa cerita dinamakan torhan-torhanan.
4. Turi-turian yaitu semacam sastra yang mengandung arti historis atau
mitologis, seperti cerita dongeng tentang binatang, cerita-cerita leluhur yang sering dikisahkan berupa mitos, seperti mitos terjadinya manusia
Batak, Danau Toba, dan lain-lain. 5.
Umpama yaitu suatu bentuk penyajian sastra yang bermakna sebagai teladan kebijaksanaan, hukum-hukum lisan, dialog-dialog resmi dalam
upacara adat. 6.
Umpasa yaitu suatu bentuk penyajian sastra yang dari bentuknya agak sulit dibedakan dengan umpama, tetapi dari isinya, umpasa lebih berkesan
religius, dalam arti lebih menekankan hal-hal yang bersifat rahmat, kurnia, dan sebagainya.
7. Tudoson yaitu suatu bentuk penyajian sastra yang berupa
perbandingan.Berbagai pemisahan dalam alam dijadikan suatu bandingan
Universitas Sumatera Utara
41 terhadap kehidupan manusia untuk menyatakan perasaan hati atau keadaan
sesuatu.
20
Berdasarkan jenis sastra Batak Toba diatas maka sejarah tentang Si Raja Lontung tergolong ke dalam jenis Turi-turian, karena mengandung arti historis
atau mitologis, yaitu berupa cerita dongeng tentang binatang, dan cerita-cerita leluhur yang sering dikisahkan dalam bentuk berupa mitos.
2.12.2 Seni musik
Seni musik pada masyarakat Batak Toba dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu musik vokal dan musik instrumen.
2.12.2.1 Musik vokal