41 terhadap kehidupan manusia untuk menyatakan perasaan hati atau keadaan
sesuatu.
20
Berdasarkan jenis sastra Batak Toba diatas maka sejarah tentang Si Raja Lontung tergolong ke dalam jenis Turi-turian, karena mengandung arti historis
atau mitologis, yaitu berupa cerita dongeng tentang binatang, dan cerita-cerita leluhur yang sering dikisahkan dalam bentuk berupa mitos.
2.12.2 Seni musik
Seni musik pada masyarakat Batak Toba dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu musik vokal dan musik instrumen.
2.12.2.1 Musik vokal
Budaya musikal masyarakat Batak Toba tercakup dalam dua bahagian besar, yaitu musik vokal dan musik instrumental. Musik vokal pada masyarakat
Batak Toba disebut dengan ende. Dalam musik vokal tradisional, pengklasifikasiannya ditentukan oleh kegunaan dan tujuan lagu tersebut yang
dapat dilihat berdasarkan liriknya. Hutasoit yang dikutip oleh Ritha Ony membagi kelompok musik vokal menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Ende namarhadohoan, yaitu musik vokal yang diyanyikan untuk acara-
acara namarhadodoan resmi 2.
Ende siriakon, yaitu musik vokal yang dinyanyikan oleh masyarakat Batak Toba dalam kegiatan sehari-hari.
3. Ende sibaran, yaitu musik vokal yang dinyanyikan dalam kaitannya dengan
berbagai peristiwa kesedihan atau dukacita.
20
Lihat Skripsi Sarjana Tiolina Sinambela Tarombo dalam Gaya Nyanyian Pada Kebudayaan Etnis Batak Toba:Suatu Kajian Musikologis dan Tekstual. Hlm. 42-43.
Universitas Sumatera Utara
42 Berdasarkan klasifikasi jenis ende diatas, maka ende tarombo Si Raja
Lontung bukanlah merupakan salah satu jenis ende dalam Batak Toba. Ende Tarombo merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk mengkaji
tarombo yang disampaikan dengan bentuk gaya nyanyian. Masyarakat Batak Toba biasanya menyebutnya dengan ende tarombo karena sering
mendengar sehingga mereka menggunakan istilah tersebut.
2.12.2.2 Musik instrumental
Musik instrumental masyarakat Batak Toba terbagi atas dua bagian berdasarkan bentuk penyajiannya, yakni ada yang lazim digunakan dalam bentuk
ensambel, dan ada yang disajikan dalam bentuk permainan tunggal baik dalam kaitannya dengan upacara adat, religikepercayaan, maupun sebagai hiburan.
Secara umum, pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ensambel musik tradisional, yakni : gondang hasapi dan gondang sabangunan.
Yang merupakan instrumen pada Ensambel gondang hasapi terdiri dari : 1.
Hasapi ende plucked lute yaitu sejenis sebuah lute berleher pendek yang dimainkan dengan cara dipetik dan memiliki dua buah senar. Instrumen ini
sebagai pembawa melodi dan dianggap sebagai instrumen utama dalam ensambel gondang hasapi.
2. Hasapi doal plucked lute yaitu instrumen ini bentuknya sama saja dengan
hasapi ende, bedanya terletak pada peranan musikalnya yakni hasapi doal berfungsi sebagai pembawa ritem konstan.
3. Sarune etek shawn yaitu alat tiup berlidah tunggal single reed.
Fungsinya sebagai pembawa melodi. Instrumen ini masuk dalam klasifikasi
Universitas Sumatera Utara
43 aerophone yang memiliki lima lubang nada empat di atas dan satu di
bawah, Cara memainkan instrumen ini adalah dengan cara mangombus marsiulak hosa meniup secara sirkular tanpa berhenti atau disebut juga
dengan circular breathing. 4.
Garantung xylophone, yaitu alat musik pembawa melodi dan bisa juga sebagai pembawa ritem pada lagu-lagu tertentu. Bentuknya berupa bilahan
kayu dan umumnya memiliki lima buah bilah. Cara memainkannya adalah dengan cara dipukul menggunakan tongkat atau stik.
5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi yang terbuat dari plat besi atau botol kaca
yang berperan sebagai pembawa tempo atau ketukan dasar. Gondang hasapi dianggap sebagai bentuk ensambel musik yang kecil.
Penggunaannya terbatas pada ruang yang lebih kecil dan tertutup, dimainkan oleh lima orang walaupun jumlah pemusik ini dapat juga bervariasi. Jika mengacu pada
praktek pertunjukan gondang hasapi di komunitas parmalim
21
, sarune etek kadangkala bisa terdiri dari dua alat yang masing-masing dimainkan oleh satu
orang pemain. Begitu juga dengan jumlah orang yang memainkan hasapi ende atau pun hasapi doal. Dengan kata lain, jumlah pemusik keseluruhan dalam
gondang hasapi yang terdapat pada kelompok parmalim bisa mencapai enam hingga delapan orang.
22
21
Sebuah aliran kepercayaan tradisional atau perpaduan antara agama Islam dan Kristen pada masyarakat Batak Toba yang berkembang di Huta Tinggi, Laguboti, Sumatera Utara.
22
Dikutip dari Buku yang berjudul “Gondang Batak Toba” oleh Ritha Ony dan Irwansyah Harahap.
Universitas Sumatera Utara
44 Sedangkan ensambel gondang sabangunan mempunyai beberapa istilah
yang sering digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan atau gondang bolon. Komposisi alatnya terdiri dari :
1. Sarune bolon shawm, oboe, yaitu sejenis alat tiup berlidah ganda double
reed yang berperan sebagai pembawa melodi dan dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa. Instrumen ini tergolong kepada kelompok
aerophone. 2.
Taganing single headed drum, yaitu seperangkat gendang bernada bermuka satu yang tersusun atas lima buah gendang, yang berfungsi sebagai pembawa
melodi dan juga pembawa ritem variabel untuk lagu atau repertoar tertentu. Kelima gendang tersebut dibedakan sesuai dengan namanya masing-masing,
yakni odap-odap, paiduani odap, painonga, paiduani ting-ting, dan ting-ting. Instrumen ini tergolong ke dalam kelompok membranophone.
3. Gordang bolon single headed drum, yakni sebuah gendang-bas bermuka satu
yang ukurannya lebih besar dari taganing, yang berperan sebagai pembawa ritem konstan dan ritem variabel. Insrumen juga sering disebut sebagai bass
dari ensambel gondang sabangunan. Klasifikasi instrumen ini termasuk kepada kelompok membranophone.
4. Ogung gong, yaitu seperangkat gong yang terdiri dari empat buah dengan
ukuran yang berbeda-beda. Keempat buah gong tersebut diberi nama oloan, ihutan, doal, dan panggora. Masing-masing ogung sudah memiliki ritem
tertentu dan dimainkan terus menerus secara konstantidak berubah-ubah. Instrumen ini tergolong kepada kelompok idiophone.
Universitas Sumatera Utara
45 5.
Hesek, yaitu sejenis alat perkusi berupa plat besi, botol, atau benda lainnya yang dapat menghasilkan bunyi tajam untuk dijadikan sebagai pembawa
tempo. Instrumen ini tergolong kepada idiophone. 6.
Odap double headed drum, yakni sejenis gendang kecil bermuka dua dua sisi selaput gendang yang berperan sebagai pembawa ritem variabel.
Instrumen ini biasanya hanya dimainkan pada lagu atau repertoar tertentu. Instrumen ini tergolong kepada kelompok membranophone.
Gondang sabangunan pada zaman dahulu digunakan untuk setiap upacara yang berhubungan dengan adat ataupun religius. Gondang sabangunan berperan
sebagai media untuk menghubungkan manusia dengan penciptanya secara vertikal dan menghubungkan manusia dengan sesama secara horizontal
23
.
2.13 Sistem Kemasyarakatan
Ciri khas masyarakat Batak Toba adalah selalu mengikutsertakan marga nya dibelakang nama diri. Dalam kaitan ini maksudnya marga adalah nama garis
keturunan yang diambil dari Bapak atau bersifat patrilineal. Orang-orang yang mempunyai satu marga dianggap keturunan satu kakek. Berkaitan dengan hal
tersebut Napitupulu 1964:8 juga menulis bahwa turunan dari sesuatu leluhur menurut garis Bapak, selagi masih kompak dan berdiam diri di suatu tempat akan
membentuk suatu ikatan bernama marga. Mereka saling mengenal satu sama lain dan erat bergaul, yang satu memperlakukan yang lain sebagai saudara kandung.
Peranan marga pada masyarakat Batak Toba sangat penting. Sedemikian pentingnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari terutama pada saat perkenalan
23
Lihat, Martogi Sitohang, 1998 hal 23.
Universitas Sumatera Utara
46 terlebih dahulu menyebutkan marga. Dewasa ini tidak ada orang Batak Toba
tanpa marga. Melalui marga orang-orang Batak Toba dapat mengadakan partuturan mencari hubungan kekerabatan yang merupakan salah satu aspek
mendasar dalam dalihan na tolu. Secara etimologis dalihan na tolu selalu diterjemahkan sebagai tungku nan tiga, yaitu sebuah ungkapan yang menyatakan
kesatuan hubungan kekerabatan pada masyarakat Batak Toba. Secara harfiah Dalihan na tolu artinya tungku yang terdiri dari tiga buah batu, yang digunakan
untuk memasak. Konsep tersebut diterapkan pada sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: 1 dongan sabutuha
teman semarga; 2 hula-hula keluarga dari pihak istri; 3 boru keluarga dari pihak menantu laki-laki.
Menurut Sihombing 1986:103-106 pedoman bersikap dalam ketiga kelompok kekerabatan itu tergambar dalam konsep yang berupa nasehat seperti
berikut: 1.
Molo naeng ho sangap, manat mardongan tubu, artinya jika kamu ingin menjadi orang terhormat, hati-hatilah dan cermat dalam bergaul dengan
dongan sabutuha teman semarga. Dongan sabutuha dipandang oleh orang Batak sebagai dirinya sendiri dan dalam pergaulan antar mereka
sehari-hari tidak dihiraukan segi basa-basi, sehingga adik acapkali tidak hormat terhadap abangnya dan demikian juga anak terhadap pak tua dan
pakciknya, hal mana acapkali menimbulkan perasaan kurang senang di pihak yang merasa dirugikan. Untuk itu perlu diperhatikan lagi bagaimana
kedudukan dongan sabutuha dalam tarombo.
Universitas Sumatera Utara
47 2.
Molo naeng ho gabe, somba ma ho marhula-hula, artinya jika ingin berketurunan banyak hormatilah hula-hula. Hula-hula dipandang oleh
orang Batak sebagai media penengah yang sangat berkuasa untuk mendoakan hagabeon dari Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan ini telah
mendarah daging dalam diri orang Batak berdasarkan pengalaman dan kenyataan. Itulah hal yang membuat penghormatan tinggi dan menonjol
diberikan kepada Hula-hula. 3.
Molo naeng namora, elek ma ho marboru, artinya kalau ingin kaya, baik- baiklah kepada boru. Menurut Adat Batak boru itu dalam kekeluargaan
berada dibawah kita sehingga boleh kita suruh mengerjakan sesuatu tetapi tidak boleh bersifat memerintah tetapi harus bersifat membujuk
Sihombing, 1986:103-106. 2.14 Marga
2.14.1 Asal muasal marga