13
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perkembangan bisnis yang semakin pesat menuntut perusahaan harus berkompetisi dalam mempertahankan usahanya, maka pada saat
itu pula perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan informasi yang menyangkut tentang segala kegiatan perusahaannya. Informasi merupakan suatu
kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor untuk pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap dan akurat dapat
membantu investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara tepat sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Bagi para investor, informasi
yang disampaikan oleh manajemen perusahaan dijadikan sebagai alat analisis dan pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan. Sementara bagi manajemen,
keterbukaan informasi dimaksudkan untuk menunjukkan keseriusan dalam mengelola perusahaan secara profesional, sehingga dapat mempengaruhi para
investor dalam mengambil keputusan investasi Hadi dan Sabeni, 2002:6. Informasi yang didapat investor dari manajemen perusahaan yaitu berupa laporan
keuangan tahunan. Menurut Guthrie dan Mathews dalam Sembiring, 2005:5, salah satu jenis
informasi pengungkapan sukarela yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan.
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan muncul dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan para pengguna laporan keuangan terhadap dampak
Universitas Sumatera Utara
14 dari kegiatan bisnis perusahaan. Pada prinsipnya Corporate Social Responsibility
tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomi, sosial, dan lingkungan,
serta para pemangku kepentingan stakeholders. Corporate Social Responsibility timbul sebagai akibat dari adanya keberadaan perusahaan-perusahaan yang
aktivitasnya selain memberi banyak manfaat tetapi, menimbulkan banyak dampak negatif.
Tanggung jawab sosial dari perusahaan merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan stakeholders, termasuk di dalamnya
adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor. Global Compact Initiative 2002
menyebut pemahaman ini dengan 3P profit, people, planet, yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba profit, tetapi juga mensejahterakan orang people, dan
menjamin keberlanjutan hidup dalam planet ini Nugroho, 2007. Pandangan dalam dunia usaha di mana perusahaan hanya bertujuan untuk
mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat diterima lagi. Karena
perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan perhatiannya kepada lingkungan sosial. Perusahaan diharapkan tidak hanya
mementingkankepentingan manajemen dan pemilik modal investor dan kreditor tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungannya Purnasiwi,
2011. Semakin ketatnya persaingan, banyak perusahaan semakin menyadari
Universitas Sumatera Utara
15 pentingnya menerapkan program corporate social responsibility sebagai bagian
dari strategi bisnisnya. Di Indonesia, praktik corporate social responsibility telah mendapat
perhatian yang cukup besar Utama 2007:9, menyatakan bahwa perkembangan corporate social responsibility terkait dengan semakin parahnya kerusakan
lingkungan yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim.
Beberapa fenomena kasus di Indonesia yang terkait dengan permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang
memperhatikan kondisi dan lingkungan sekitarnya, khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai contoh,
PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan
saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi
yang terjadi Wibisono 2007:15. Kasus pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut
yang mengakibatkan tercemarnya laut, sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokat akibat operasional PT. Newmon
Minahasa Raya tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan masalah internasional Fauzi, 2008.
Dari kasus tersebut terlihat masih ada perusahaan yang belum peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, dikeluarkannya beberapa
Universitas Sumatera Utara
16 peraturan pemerintah yang mendorong praktik dan pengungkapan corporate
social responsibility di Indonesia. Salah satunya adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, pasal 66 dan 74. Pasal 66 ayat 2
bagian c berisi bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan.Pada
pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas berisi tentang perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan segala
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Berbagai penelitian yang terkait dengan pengungkapan Corporate Social
Responsibility perusahaan menunjukkan terdapatnya beragam faktor. Tipe industri telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek
pengungkapan sosial perusahaan. Dalam penelitian Devina 2004 variabel tipe industri yang dikelompokkan ke dalam industri high-profile dan industri low-
profile memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang bertipe high-
profile akan berupaya untuk memperluas lingkup pengungkapan sosial. Sedangkan hasil penelitian dari Adawiyah 2013:94 yang menyatakan bahwa tipe
industri tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Ukuran dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak.
Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif Fama dan Jesen,
Universitas Sumatera Utara
17 1983. Hubungan antara, dewan komisaris dengan pengungkapan Corporate
Social Responsibility juga menunjukkaan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring 2005 dan Safitri 2010 menyatakan bahwa
ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sedangkan hasil penelitian dari Jurica Lucyanda dan Lady
Gracia Prilia 2012, menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Penelitian yang menghubungkan pengungkapan corporate social responsibility dengan profitabilitas telah banyak dilakukan. Diantaranya oleh
Devina 2004 dan Diba 2012, menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan corporate social
responsibility. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini 2006, menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
corporate social responsibility. Penelitian ini mengacu pada penelitian Ira Robiah Adawiyah 2013 yang
telah terlebih dahulu meneliti tentang pengaruh tipe industri, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility
studi empiris pada perusahaan go public yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode 2008-2012. Ada beberapa variabel pada penelitian sebelumnya yang
tidak digunakan adalah ukuran perusahaan dan leverage. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ira Robiah Adawiyah 2013
terletak pada variabel, sampel, dan tahun penelitian. Penelitian ini menggunakan
Universitas Sumatera Utara
18 variabel tipe industri, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan juga terdapat
variabel moderating kepemilikan institusional. Dengan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Dewan Komisaris, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility dengan Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderating pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah