26 pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis,tembakau
dan rokok, makana dan minuman, media dan komunikasi, energy listrik, enggenering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata. Sedangkan perusahaan
yang termasuk ke dalam industri low-profile adalah bangunan, keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil,
produk personal, dan produk rumah tangga.
2.4. Ukuran Dewan Komisaris
Menurut Fama dan Jensen 1983, ukuran dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian tertinggi, yang bertanggungjawab untuk memonitor
tindakan manajemen puncak. Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan
yang berkaitan dengan perusahaan lebih objektif dibanding perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan.
Teori agensi telah digunakan secara luas dalam penelitian tentang dewan komisaris, hal ini dilakukan dengan membagi tipe anggota dewan komisaris
menjadi dua, yaitu outside dan inside directors Arifin, 2002. Dewan komisaris yang terdiri dari inside dan outside director akan memiliki akses informasi khusus
berharga yang dapat membantu dewan komisaris dan menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian Fama dan Jensen, 1983.
Sedangkan menurut Mulyadi 2002 fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen
direksi dan bertanggungjawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi
Universitas Sumatera Utara
27 tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan
pengendalian intern perusahaan. Coller dan Gregory 1999 menyatakan bahwa semakin besar jumlah
anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif.
2.5. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk meghasilkan keuntungan, baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun yang berasal dari
kegiatan-kegiatan non operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan suatu keuntungan perusahaan. Profitabilitas yang tinggi juga menunjukkan suatu
perusahaan tersebut bekerja dengan baik. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menilai sehat tidaknya suatu perusahaan
selain faktor modal, kualitas aktiva, manajemen, dan likuiditas. Profitabilitas sebagai sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas,
manajemen aset, dan utang pada hasil operasi. Menurut Houston 2010:146, rasio profitabilitas terdiri dari :
1. Margin Laba atas Penjualan Profit Margin on Sales
Rasio ini mengukur laba bersih per dolar penjualan; dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan.
Rumusan :
Margin Laba atas Penjualan =
L P
X 100 2. Pengembalian atas Total Aset Return on Assets- ROA
Return on Assets adalahrasio laba bersih terhadap total aset. Rumusan :
Pengembalian atas total aset –ROA =
L
X 100
Universitas Sumatera Utara
28 3. Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba
Rasio kemampuan dasar untuk mengahsilkan laba basic earning- BEP adalah rasio yang menunjukkan kemampuan aset perusahaan
dalam menghasilkan laba operasi; dihitung dengan membagi EBIT dengan total aset.
Rumusan : Rasio kemampuan dasar untuk
Menghasilkan laba BEP =
E I
X 100 4. Pengembalian Ekuitas Biasa Return on Equity -ROE
Return on Equity adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.
Rumusan :
Pengembalian atas ekuitas biasa- ROE=
L E
I
X 100
Analisis rasio profitabilitas yang peneliti teliti adalah dengan menggunakan ROA.ROA merupakan metode pengukuran yang objektif yang
didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan.
2.6. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga
merupakan sarana untuk memonitor manajemen Djakman dan Machmud, 2008. Menurut Tarjo 2008 kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi.
Universitas Sumatera Utara
29 Menurut Coffey dan Fryxell 1991 menemukan bahwa tingkat
pengungkapan corporate social performance yang tinggi akan menarik investor, khususnya investor institusional. Kepemilikan institusional memiliki peranan
penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.Keberadan investor institusional dianggap mampu menjadi
mekanisme pengawasan yang efektif dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba Jensen dan
Meckling, 1976.
2.7. Penelitian Terdahulu