sewaktu dipres terdapat tekanan yang cukup pada mold. Hal ini dapat dicapai dengan mengisikan adonan akrilik sedikit lebih banyak ke dalam mold. Jika jumlah adonan
yang dimasukkan ke dalam mold kurang maka dapat menyebabkan terjadinya shrinkage porosity.
19,34,35
d Kuring
Mold yang telah diisi dipanaskan dalam oven atau waterbath dimana besar temperatur dan lama pemanasan harus dikontrol. Jika suhu pemanasan saat kuring
terlalu rendah maka basis gigitiruan akan mengandung monomer sisa yang tinggi. Hal ini sangat penting dan harus dihindari. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi
karena dapat menyebabkan internal porositas.
34,35
Proses kuring yang paling tepat yang disarankan oleh Japan Industrial Standard’s JIS adalah pemanasan pada suhu
70°C selama 90 menit, kemudian ditingkatkan mejadi suhu 100°C selama 30 menit.
36
Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar. Kemudian kuvet dipisahkan dan resin akrilik dikeluarkan.
Memisahkan resin akrilik dari kuvet harus hati-hati untuk menghindari peregangan dan patah pada resin akrilik. Kemudian dilakukan penyelesaian akhir dan dipoles.
19,34
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan RAPP adalah:
18,30
1. Mudah didapat
2. Teknik aplikasi relatif sederhana
3. Hasil estetik yang memuaskan
4. Murah
5. Ringan
6. Daya serap dan larut cairan yang rendah
7. Dapat diperbaiki dengan mudah
Resin akrilik polimerisasi panas juga memiliki kekurangan, yaitu:
18,30
1. Penghantar termis yang rendah
2. Modulus elastisitas yang rendah
Universitas Sumatera Utara
3. Rapuh
4. Walaupun daya serap cairan dalam derajat rendah, hal tersebut dapat
mempengaruhi warna basis.
2.2.4 Sifat-Sifat
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa sifat yaitu sifat mekanis, kemis, biologis dan fisis.
2.2.4.1 Sifat Mekanis
Sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas yaitu: 1. Modulus elastisitas
Nilai modulus elastisitas untuk gigitiruan penuh dan sebagian adalah 2200- 2500Mpa. Modulus elastisitas yang tinggi sangat menguntungkan. Nilai yang tinggi
dari batas elastisitas diperlukan untuk memastikan bahwa tekanan yang dihasilkan selama menggigit dan mengunyah tidak menyebabkan perubahan bentuk yang
permanen.
25,29,32
2. Kekuatan transversal Gigitiruan harus memiliki kekuatan transversal yang cukup untuk menahan
fraktur. Kekuatan transversal resin akrilik adalah berkisar dari 78 sampai 92 Mpa.
25,31
3. Kekuatan impak Kemampuan basis gigitiruan untuk bertahan dari fraktur karena terjatuh
adalah fungsi dari kekuatan impak. Besar kekuatan impak RAPP yang dilakukan oleh Charpy adalah 0,98-1,27 joules dan Hounsfield adalah 455 Nm x 10
-4
.
25,31
4. Crazing Crazing umumnya berawal pada permukaan resin dan mengarah pada sudut
yang tepat dari gaya tarik. Retakan mikro yang terbentuk ini kemudian berlanjut secara internal. Crazing juga mungkin terbentuk sebagai hasil aksi pelarut. Crazing
akibat pelarut umumnya berasal dari kontak dengan cairan seperti etil alkohol yang terlalu lama.
19
Universitas Sumatera Utara
2.2.4.2 Sifat Kemis
Bahan basis gigitiruan harus tahan secara kimia. Bahan tidak boleh larut dalam cairan di dalam rongga mulut dan tidak tidak boleh menyerap air atau saliva
yang dapat mengubah sifat mekanis bahan tersebut dan menyebabkan gigitiruan tidak higienis.
24,25
Spesifikasi ADA No.12 memberikan petunjuk tentang pengujian dan syarat resin akrilik yang dapat diterima. Untuk menguji penyerapan air, lempeng
direndam dalam air murni selama 7 hari. Kemudian lempeng ditimbang kembali, dan nilai ini dibandingkan dengan nilai awal. Menurut persyaratan, berat yang bertambah
setelah perendaman tidak boleh melebihi 0,8 mgcm
2
.
19
2.2.4.3 Sifat Biologis
Resin harus tidak berwarna, tidak berbau, tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak berbahaya bagi jaringan mulut. Basis gigitiruan sebaiknya tidak menyebabkan
pertumbuhan jamur atau bakteri.
24,25
2.2.4.4 Sifat Fisis
Sifat fisis resin akrilik yaitu: 1.
Penghantar termis Penghantar termis resin akrilik sekitar 6x10
-4
cal.g-
1
.cm-
2
. Hal ini termasuk yang sangat rendah, dan dapat mengakibatkan masalah selama proses pembuatan
gigitiruan karena panas yang dihasilkan tidak dapat dikurangi atau dialirkan pada saat suhu meningkat. Dari sisi pasien, masalah mengenai penghantar termis yang
rendah adalah gigitiruan menutupi jaringan lunak rongga mulut dari sensasi temperatur apapun. Pasien akan mengkonsumsi minuman yang terlalu panas tanpa
menyadarinya, yang dapat membahayakan tenggorokan dan esofagus.
24,25
2. Stabilitas dimensi
Stabilitas dimensi dari resin selama proses pembuatan dan pada pemakaian sangat penting pada ketepatan dari gigitiruan dan kepuasan pasien. Tetapi panas yang
berlebihan pada proses penyelesaian dapat menyebabkan terjadinya distorsi dengan
Universitas Sumatera Utara
melepaskan tegangan sisa residual stress, penyerapan air juga dapat mempengaruhi stabilitas dimensi.
25,31
3. Porositas
Porositas dapat terjadi selama manipulasi resin akrilik. Porositas yang terdapat pada bagian dalam resin akrilik terjadi karena penguapan monomer atau berat
molekul polimer yang rendah ketika suhu resin meningkat di atas 100,8
o
C. Sedangkan porositas yang terdapat pada permukaan resin akrilik terjadi karena
kurangnya homogenitas adonan pada saat polimerisasi. Jika porositas terdapat pada permukaan resin akrilik, maka pembersihan akan sulit dilakukan. Jika porositas
terdapat pada bagian dalam resin akrilik, maka resin akan menjadi lemah.
31
Porositas juga dapat mempengaruhi stabilitas warna akrilik karena menyebabkan penyerapan
air dan pewarna makanan yang lebih banyak.
16
4. Ringan
Resin akrilik harus memiliki berat jenis yang rendah yaitu kira-kira 1,2 g cm
-3
agar gigitiruan menjadi ringan. Hal ini diperlukan untuk mengurangi gravitasi pada gigitiruan rahang atas.
24,25
5. Radiopak
Karena resin akrilik bersifat radiopak, pasien yang menelan atau menghirup fragmen dari gigitiruan yang patah pada saat kecelakaan dapat dideteksi
menggunakan radiografi.
25
6. Stabilitas warna
Resin akrilik harus cukup translusen atau transparan sehingga dapat dibuat menyerupai jaringan lunak yang digantikan. Tidak terjadi perubahan warna setelah
pembuatan dan pemakaiannya. Stabilitas warna biasanya diukur dengan menggunakan sinar UV.
7,24,31
2.3 Stabilitas Warna
Stabilitas warna adalah karakteristik wajib dari resin untuk basis gigitiruan yang ditentukan oleh berbagai standar nasional dan internasional. Perubahan warna
dari resin akrilik akan menimbulkan masalah estetis dan basis gigitiruan harus
Universitas Sumatera Utara
memiliki estetis yang bagus dengan permukaan halus, mengkilap, dan sesuai dengan jaringan lunak rongga mulut. Buyukyilmaz cit Khazil 2008 menyatakan bahwa
basis gigitiruan warnanya stabil di dalam air tetapi dapat berubah warna akibat larutan kopi dan teh. Nur Hersek cit Khazil 2008 menyatakan bahwa basis
gigitiruan resin akrilik bersifat hidrofilik yaitu dapat menyerap air dan bernoda pada permukaan karena teh. Perubahan warna pada resin akrilik dapat dipengaruhi oleh
faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan perubahan kimia dari bahan. Misalnya pada basis gigitiruan resin, perubahan warna kimia dikaitkan dengan
oksidasi aselerator amino. Amino tersier ini menyebabkan perubahan warna dari keputihan menjadi terlihat kuning. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya
penetrasi dari bahan berwarna seperti kopi, teh, dan nikotin.
5,37
Faktor lain yang mempengaruhi stabilitas warna adalah: 1.
Penyerapan Air Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa bahan hidrofilik memiliki
tingkat penyerapan air yang lebih tinggi dan diskolorasi yang lebih tinggi daripada bahan hidrofobik. Resin akrilik yang digunakan di kedokteran gigi adalah campuran
dari asam akrilik dan asam metakrilat. Golongan karboksil dalam asam akrilik menyebabkan penyerapan air.
5,23
2. Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan dari bahan restorasi cenderung menyebabkan penumpukan plak, menyerap air dan pewarna makanan. Permukaan akhir restorasi
yang halus menunjukkan stabilitas warna yang lebih baik. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki tingkat polimerisasi yang lebih tinggi sehingga warnanya lebih
stabil.
5
3. Jenis Pewarna Makanan
Berbagai jenis pewarna makanan dan bahan pewarna lainnya yang mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan warna pada bahan kedokteran
gigi seperti teh, kopi dengan atau tanpa gula, jus anggur, jus cheri, kecap, nikotin, bahan desinfeksi yang digunakan dalam obat kumur telah dipelajari selama bertahun-
tahun.
5
Universitas Sumatera Utara
4. Waktu Perendaman
Waktu perendaman mempengaruhi stabilitas warna resin akrilik karena resin akrilik akan menyerap larutan tersebut dengan lambat dalam suatu waktu.
2.4 Alat Ukur Stabilitas Warna
Perubahan warna dapat diukur melalui beberapa metode antara lain metode visual dan metode instrumental. Pada pengukuran melalui metode visual, umumnya
peneliti mengamati perubahan warna dari bahan dengan meletakkan bahan pada tempat berlatar belakang putih, kemudian perubahan warna diamati dan digolongkan
menjadi: ringan, sedang dan parah. Pengukuran perubahan warna secara visual juga dapat dilakukan dengan mengambil foto atau gambar sebelum dan sesudah perlakuan
kemudian perubahan warna diamati.
5
Perubahan warna dengan panjang gelombang di luar 350-750 nm tidak dapat terlihat secara visual oleh mata karena keterbatasan mata dalam menangkap panjang
gelombang yang terlalu kecil atau terlalu besar dan kemampuan mata menilai warna berkaitan dengan persepsi adalah sangat bervariasi. Pada pengukuran perubahan
warna secara instrumental, ada berbagai alat yang dapat digunakan untuk mengukur warna. Alat yang umum digunakan untuk mengukur stabilitas warna adalah
calorimeter,spektroskopi inframerah dan spektrofotometer UV-Vis.
5,38
2.4.1 Kalorimeter
Kalorimeter merupakan alat sensitif yang digunakan untuk mengukur intensitas warna dari suatu benda dalam kaitannya dengan komponen warna merah,
biru dan hijau dari cahaya yang dipantulkan dari suatu sampel dan umumnya hanya mengukur pada panjang gelombang yang dapat ditangkap oleh mata.
38
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Kalorimeter
2.4.2 Spektroskopi Inframerah
Inframerah merupakan salah satu dari spektrum gelombang elektromagnetik yang memiliki jumlah gelombang antara 10 sampai 14000 per cm panjang
gelombang 0.8 – 1000 µm. Area spektrum ini berada di antara spektrum microwave dan spektrum cahaya tampak. Spektrum cahaya tampak adalah panjang gelombang
yang dapat diterima oleh retina mata manusia dan dapat diterjemahkan menjadi spektrum warna, seperti warna pada pelangi . Lampu memancarkan spektrum cahaya
tampak sehingga mata kita dapat menangkap cahaya yang dipancarkannya. Meskipun demikian, lampu memancarkan gelombang dalam spektrum cahaya tampak hanya
sekitar 10 dari total gelombang elektromagnetik yang dipancarkan, sedangkan sisanya merupakan adalah gelombang inframerah yang tidak dapat kita lihat. Untuk
spektroskopi inframerah mengaplikasikan sistem FTIR Fourier Transform Infrared, di mana dengan interferometer, mekanisme pancaran spektrum elektromagnetiknya
pada range tertentu biasanya pada kisaran wavenumber 400-4000 cm
-1
terjadi secara simultan, sehingga prosesnya lebih cepat. Berbeda dengan spektroskopi ultraviolet
yang menggunakan monokromator dimana spektrum gelombang ultraviolet biasanya pada kisaran 200-800 nm dipancarkan secara berurutan.
39
Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mendapatkan spektrum inframerah dari penyerapan, emisi,
fotokonduktivitas dari zat padat, cair atau gas. Spektrometer FTIR secara bersamaan
Universitas Sumatera Utara
mengumpulkan data spektral dalam berbagai spektrum yang luas. Spektrometer FTIR memiliki keuntungan yaitu non-destruktif, dapat menganalisis multikomponen secara
cepat, dan dapat meminimumkan gangguan selama pengoperasian. Spektrometer FTIR tidak mengukur panjang gelombang satu demi satu, melainkan dapat mengukur
intensitas transmitans pada berbagai panjang gelombang secara serempak. Pada FTIR, monokromator digantikan dengan interferometer. Interferometer ini mengatur
intensitas sumber sinar inframerah dengan mengubah dari posisi cermin pemantul yang memantulkan sinar dari sumber sinar ke sampel. Jadi, keberadaan interferometer
membuat spektrometer mampu mengukur semua frekuensi optik secara serempak dengan mengatur intensitas dari semua frekuensi tunggal sebelum sinyal mencapai
detektor. Hasil scanning interferometer yang berupa interferogram tidak dapat diinterpretasikan dalam bentuk aslinya. Proses matematika transformasi fourier akan
mengubah interferogram menjadi spektrum antara intensitas dan frekuensi. Sampel yang akan dianalisis menggunakan spektroskopi inframerah dicampur dengan
senyawa garam yang tidak mengintervensi absorbansi gelombang inframerah oleh senyawa yang diidentifikasi. Jenis garam yang biasa digunakan adalah potasium
bromida KBr, yang kemudian setelah dicampur dengan sampel, dicetak dalam bentuk sebuah piringan disk. Disk inilah yang kemudian dimasukkan dalam
spektroskopi. Untuk alat FTIR modern, dengan penambahan instrumen tertentu telah mampu menganalisa sampel dalam bentuk larutan, sehingga lebih praktis.
40
Gambar 2. Instrumen Fourier Transform Infrared Spectroscopy
40
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Spektrofotometer UV – Vis