Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Stabilitas Warna

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Berapa nilai stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01 selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari? 2. Apakah ada perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01 dan kontrol pada masing-masing kelompok waktu? 3. Apakah ada pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01 selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna? 4. Apakah ada perbedaan pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01 selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui nilai stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01 selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari. 2. Untuk mengetahui perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01 dan kontrol pada masing- masing kelompok waktu. 3. Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01 selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna. 4. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01 selama 2 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna. Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Prostodonsia. 2. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan dasar pembuat gigitiruan agar meningkatkan kualitas bahannya. 3. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan pembersih gigitiruan untuk memproduksi pembersih gigitiruan dengan bahan alami. 4. Sebagai bahan masukan bagi dokter gigi untuk menyarankan bahan pembersih gigitiruan yang alami untuk pasien.

1.5.2 Manfaat Teoritis

1. Memperoleh data mengenai stabilitas warna RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01. 2. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak di atas tulang maksila dan mandibula di dalam mulut yang tidak termasuk anasir gigitiruan. 24,25

2.1.2 Fungsi

Fungsi basis gigitiruan adalah: 3 1. Mendukung elemen gigitiruan. 2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau linggir sisa. 3. Estetik karena warna yang alami dan mengembalikan kontur wajah penderita. 4. Menstimulasi jaringan yang berada dibawahnya. 5. Memberikan retensi dan stabilisasi pada gigitiruan.

2.1.3 Persyaratan

Basis gigitiruan harus memenuhi persyaratan berikut ini: 3 1. Adaptasi dengan jaringan baik. 2. Perubahan dimensi rendah. 3. Permukaannya keras. 4. Mudah dibersihkan 5. Warna sesuai dengan warna jaringan sekitar. 6. Bisa dilapis atau dicekatkan kembali. 7. Harganya ekonomis. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Klasifikasi

Berdasarkan bahan yang digunakan, basis gigitiruan dapat diklasifikasikan menjadi basis gigitiruan logam dan non logam. 3

2.1.4.1 Logam

Bahan ini diperkenalkan oleh Haynes 1907 dan banyak digunakan pada tahun 1973 karena memiliki kepadatan yang rendah, murah, lebih tahan terhadap noda dan korosi dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi. Bahan berbasis logam biasanya terbuat dari campuran 2 logam atau lebih yang disebut dengan aloi logam seperti kobal-kromium, kobal-kromium nikel dan nikel kromium. 26,27

2.1.4.2 Non Logam

Bahan berbasis non logam umumnya terbuat dari bahan polimer. Berdasarkan reaksi termalnya, basis non logam dapat terbagi menjadi 2 macam, yaitu polimer termoset dan polimer termoplastik. 28,29

2.1.4.2.1 Termoplastik

Resin ini dihaluskan dan dibentuk dibawah panas dan tekanan tanpa membuat perubahan pada kimianya. Resin ini dapat larut dalam pelarut organik. Polimer termoplastik akan melunak ketika dipanaskan dan mengeras kembali saat didinginkan secara reversible. Degradasi irreversible terjadi apabila pemanasan dilakukan dalam temperatur yang melewati batas ambang. Contoh polimer termoplastik yang sering digunakan pada kedokteran gigi adalah bahan nilon termoplastik. Karakteristik utama polimer termoplastik yaitu dapat berikatan dengan serat, lentur, transparan dan mempunyai kekuatan yang tinggi. 27-29

2.1.4.2.2 Termoset

Resin ini menggunakan reaksi kimia selama proses pembentukan, jadi produk akhirnya secara kimiawi berbeda dari bahan dasarnya. Polimer termoset akan menjadi keras secara permanen pada saat pembuatannya dan tidak akan melunak ketika Universitas Sumatera Utara dipanaskan kembali. Contohnya adalah cross-linked poly methyl methacrylate atau resin akrilik. 28,29 Resin akrilik pertama kali diperkenalkan oleh Wright 1937 sebagai bahan basis gigitiruan. Pada tahun 1940an, hampir semua gigitiruan dibuat dengan bahan resin. 30,31 Berdasarkan metode aktivasinya, resin akrilik dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: 1 Resin akrilik polimerisasi sinar Resin ini pertama kali diperkenalkan dalam kedokteran gigi oleh Douglas dkk. Pertama kali menggunakan sinar UV untuk menginisiasi radikal bebas. Resin ini terdiri dari matrik urethane dimethacrylate dengan sebuah kopolimer akrilik, microfine silica fillers, camphoroquinone yang bertindak sebagai inisiator polimerisasi. Resin ini polimerisasi dengan sinar biru pada panjang gelombang 400- 500 nm. 27 2 Resin akrilik polimerisasi kimia Resin ini pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi pada saat perang dunia kedua. Aktivator kimia digunakan untuk polimerisasi pada suhu ruangan. Penambahan dimetil-para-toluidin pada monomer sebelum pencampuran dan setelah pencampuran akan terbentuk radikal bebas dari benzoil peroksida oleh reaksi dimetil- para-toluidin. Konsentrasi dimetil-para-toluidin 0,75 dan maksimal konsentrasi peroksida adalah 2. Semakin kecil ukuran partikel pada polimer maka semakin cepat terjadi polimerisasi. 27 3 Resin akrilik polimerisasi panas Resin ini terdiri dari bubuk dan cairan yang selama pencampuran dan pemanasan akan menghasilkan struktur yang kaku dan padat. 32

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan dewasa ini. 18,32 Resin akrilik polimerisasi panas memiliki tingkat polimerisasi yang lebih tinggi dibandingkan resin akrilik polimerisasi sinar dan kimia sehingga warnanya lebih stabil. 5 Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Komposisi

RAPP terdiri dari bubuk dan cairan. 1. Komposisi bubuk: 19,32,33 a. Polimer; polymethyl methacrylate b. Initiator peroksida; berupa 0,2-0,5 benzoil peroksida c. Pigmen; sekitar 1 tercampur dalam partikel polimer d. Opak; titanium zinc oksida e. Plastik; dibutyl phtalate f. Serat sintetik; nilon akrilik 2. Komposisi cairan: a. Monomer; methyl methacrylate b. Stabiliser; sekitar 0,006 hidroquinon untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama penyimpanan c. Bahan untuk memacu ikatan silang; seperti etilen glikol dimetilakrilat 1-2

2.2.2 Manipulasi

Manipulasi RAPP terdiri dari pencampuran, mould lining, pengisian dan kuring. Perbandingan polimer dan monomer yang dapat diterima adalah 3 atau 3,5 : 1 berdasarkan volume dan 2 atau 2,5 : 1 berdasarkan berat. Hal ini akan memberikan monomer yang cukup untuk membasahi keseluruhan partikel polimer. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer terbasahi, sehingga saat kuring resin akrilik masih ada yang berbentuk butir-butir. Bila monomer terlalu banyak maka akan terjadi peningkatan pengerutan volume polimerisasi yang lebih besar 21 satuan volume dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada adonan resin akrilik yang seharusnya 7 volume sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai fase dough konsistensi dan akhirnya menyebabkan timbulnya porositas pada resin akrilik. Kegagalan dalam mencampur polimer dan monomer dengan benar akan mengakibatkan penurunan kekuatan, porositas, dan warna yang buruk pada gigitiruan. 24,34 Universitas Sumatera Utara a Pencampuran Fungsi monomer pada polimer adalah untuk membuat massa plastik. Bubuk dan cairan dalam perbandingan yang benar dicampur di dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai dough stage. 19,34,35 Pada saat pencampuran ada lima tahap yang terjadi yaitu: i Tahap I sandy stage : polimer meresap ke dalam monomer membentuk suatu cairan yang tidak bersatu. ii Tahap II sticky stage : permukaan polimer larut dalam monomer dan melekat dengan pot, serta berserabut bila ditarik. iii Tahap III dough or gel stage : polimer telah jenuh di dalam monomer. Massa yang lebih halus dan dough like seperti adonan. Pada tahap ini massa dapat dimasukkan ke dalam mould. Untuk mencapai tahap ini, dibutuhkan waktu kurang dari 40 menit. Kebanyakan resin membutuhkan waktu 10 menit. iv Tahap IV rubber hard stage : penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bahan akan terbentuk menjadi karet rubber like. Bahan tidak plastis lagi dan tidak dapat dimasukkan ke dalam mould. v Tahap V hard stage : selama periode tertentu, adonan menjadi keras yang disebabkan oleh penguapan monomer bebas. Secara klinis, adonan nampak amat kering dan tahan terhadap deformasi mekanik. 19,30,34,35 b Mould lining Setelah semua malam dikeluarkan dari mold dengan cara menyiramnya dengan air mendidih dan detergen, dinding mold harus diberi bahan separator cold mould seal untuk mencegah merembesnya monomer ke bahan mold dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan mold, dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik. 19,34 c Pengisian Mengisi resin akrilik ke dalam mold disebut packing. Mengisi resin ke dalam mold adalah pada tahap ke III atau dough like. Tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam pembuatan basis gigitiruan. Sewaktu melakukan pengisian resin akrilik ke dalam mold perlu diperhatikan agar mold terisi penuh dan Universitas Sumatera Utara sewaktu dipres terdapat tekanan yang cukup pada mold. Hal ini dapat dicapai dengan mengisikan adonan akrilik sedikit lebih banyak ke dalam mold. Jika jumlah adonan yang dimasukkan ke dalam mold kurang maka dapat menyebabkan terjadinya shrinkage porosity. 19,34,35 d Kuring Mold yang telah diisi dipanaskan dalam oven atau waterbath dimana besar temperatur dan lama pemanasan harus dikontrol. Jika suhu pemanasan saat kuring terlalu rendah maka basis gigitiruan akan mengandung monomer sisa yang tinggi. Hal ini sangat penting dan harus dihindari. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi karena dapat menyebabkan internal porositas. 34,35 Proses kuring yang paling tepat yang disarankan oleh Japan Industrial Standard’s JIS adalah pemanasan pada suhu 70°C selama 90 menit, kemudian ditingkatkan mejadi suhu 100°C selama 30 menit. 36 Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar. Kemudian kuvet dipisahkan dan resin akrilik dikeluarkan. Memisahkan resin akrilik dari kuvet harus hati-hati untuk menghindari peregangan dan patah pada resin akrilik. Kemudian dilakukan penyelesaian akhir dan dipoles. 19,34

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan RAPP adalah: 18,30 1. Mudah didapat 2. Teknik aplikasi relatif sederhana 3. Hasil estetik yang memuaskan 4. Murah 5. Ringan 6. Daya serap dan larut cairan yang rendah 7. Dapat diperbaiki dengan mudah Resin akrilik polimerisasi panas juga memiliki kekurangan, yaitu: 18,30 1. Penghantar termis yang rendah 2. Modulus elastisitas yang rendah Universitas Sumatera Utara 3. Rapuh 4. Walaupun daya serap cairan dalam derajat rendah, hal tersebut dapat mempengaruhi warna basis.

2.2.4 Sifat-Sifat

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa sifat yaitu sifat mekanis, kemis, biologis dan fisis.

2.2.4.1 Sifat Mekanis

Sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas yaitu: 1. Modulus elastisitas Nilai modulus elastisitas untuk gigitiruan penuh dan sebagian adalah 2200- 2500Mpa. Modulus elastisitas yang tinggi sangat menguntungkan. Nilai yang tinggi dari batas elastisitas diperlukan untuk memastikan bahwa tekanan yang dihasilkan selama menggigit dan mengunyah tidak menyebabkan perubahan bentuk yang permanen. 25,29,32 2. Kekuatan transversal Gigitiruan harus memiliki kekuatan transversal yang cukup untuk menahan fraktur. Kekuatan transversal resin akrilik adalah berkisar dari 78 sampai 92 Mpa. 25,31 3. Kekuatan impak Kemampuan basis gigitiruan untuk bertahan dari fraktur karena terjatuh adalah fungsi dari kekuatan impak. Besar kekuatan impak RAPP yang dilakukan oleh Charpy adalah 0,98-1,27 joules dan Hounsfield adalah 455 Nm x 10 -4 . 25,31 4. Crazing Crazing umumnya berawal pada permukaan resin dan mengarah pada sudut yang tepat dari gaya tarik. Retakan mikro yang terbentuk ini kemudian berlanjut secara internal. Crazing juga mungkin terbentuk sebagai hasil aksi pelarut. Crazing akibat pelarut umumnya berasal dari kontak dengan cairan seperti etil alkohol yang terlalu lama. 19 Universitas Sumatera Utara

2.2.4.2 Sifat Kemis

Bahan basis gigitiruan harus tahan secara kimia. Bahan tidak boleh larut dalam cairan di dalam rongga mulut dan tidak tidak boleh menyerap air atau saliva yang dapat mengubah sifat mekanis bahan tersebut dan menyebabkan gigitiruan tidak higienis. 24,25 Spesifikasi ADA No.12 memberikan petunjuk tentang pengujian dan syarat resin akrilik yang dapat diterima. Untuk menguji penyerapan air, lempeng direndam dalam air murni selama 7 hari. Kemudian lempeng ditimbang kembali, dan nilai ini dibandingkan dengan nilai awal. Menurut persyaratan, berat yang bertambah setelah perendaman tidak boleh melebihi 0,8 mgcm 2 . 19

2.2.4.3 Sifat Biologis

Resin harus tidak berwarna, tidak berbau, tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak berbahaya bagi jaringan mulut. Basis gigitiruan sebaiknya tidak menyebabkan pertumbuhan jamur atau bakteri. 24,25

2.2.4.4 Sifat Fisis

Sifat fisis resin akrilik yaitu: 1. Penghantar termis Penghantar termis resin akrilik sekitar 6x10 -4 cal.g- 1 .cm- 2 . Hal ini termasuk yang sangat rendah, dan dapat mengakibatkan masalah selama proses pembuatan gigitiruan karena panas yang dihasilkan tidak dapat dikurangi atau dialirkan pada saat suhu meningkat. Dari sisi pasien, masalah mengenai penghantar termis yang rendah adalah gigitiruan menutupi jaringan lunak rongga mulut dari sensasi temperatur apapun. Pasien akan mengkonsumsi minuman yang terlalu panas tanpa menyadarinya, yang dapat membahayakan tenggorokan dan esofagus. 24,25 2. Stabilitas dimensi Stabilitas dimensi dari resin selama proses pembuatan dan pada pemakaian sangat penting pada ketepatan dari gigitiruan dan kepuasan pasien. Tetapi panas yang berlebihan pada proses penyelesaian dapat menyebabkan terjadinya distorsi dengan Universitas Sumatera Utara melepaskan tegangan sisa residual stress, penyerapan air juga dapat mempengaruhi stabilitas dimensi. 25,31 3. Porositas Porositas dapat terjadi selama manipulasi resin akrilik. Porositas yang terdapat pada bagian dalam resin akrilik terjadi karena penguapan monomer atau berat molekul polimer yang rendah ketika suhu resin meningkat di atas 100,8 o C. Sedangkan porositas yang terdapat pada permukaan resin akrilik terjadi karena kurangnya homogenitas adonan pada saat polimerisasi. Jika porositas terdapat pada permukaan resin akrilik, maka pembersihan akan sulit dilakukan. Jika porositas terdapat pada bagian dalam resin akrilik, maka resin akan menjadi lemah. 31 Porositas juga dapat mempengaruhi stabilitas warna akrilik karena menyebabkan penyerapan air dan pewarna makanan yang lebih banyak. 16 4. Ringan Resin akrilik harus memiliki berat jenis yang rendah yaitu kira-kira 1,2 g cm -3 agar gigitiruan menjadi ringan. Hal ini diperlukan untuk mengurangi gravitasi pada gigitiruan rahang atas. 24,25 5. Radiopak Karena resin akrilik bersifat radiopak, pasien yang menelan atau menghirup fragmen dari gigitiruan yang patah pada saat kecelakaan dapat dideteksi menggunakan radiografi. 25 6. Stabilitas warna Resin akrilik harus cukup translusen atau transparan sehingga dapat dibuat menyerupai jaringan lunak yang digantikan. Tidak terjadi perubahan warna setelah pembuatan dan pemakaiannya. Stabilitas warna biasanya diukur dengan menggunakan sinar UV. 7,24,31

2.3 Stabilitas Warna

Stabilitas warna adalah karakteristik wajib dari resin untuk basis gigitiruan yang ditentukan oleh berbagai standar nasional dan internasional. Perubahan warna dari resin akrilik akan menimbulkan masalah estetis dan basis gigitiruan harus Universitas Sumatera Utara memiliki estetis yang bagus dengan permukaan halus, mengkilap, dan sesuai dengan jaringan lunak rongga mulut. Buyukyilmaz cit Khazil 2008 menyatakan bahwa basis gigitiruan warnanya stabil di dalam air tetapi dapat berubah warna akibat larutan kopi dan teh. Nur Hersek cit Khazil 2008 menyatakan bahwa basis gigitiruan resin akrilik bersifat hidrofilik yaitu dapat menyerap air dan bernoda pada permukaan karena teh. Perubahan warna pada resin akrilik dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan perubahan kimia dari bahan. Misalnya pada basis gigitiruan resin, perubahan warna kimia dikaitkan dengan oksidasi aselerator amino. Amino tersier ini menyebabkan perubahan warna dari keputihan menjadi terlihat kuning. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya penetrasi dari bahan berwarna seperti kopi, teh, dan nikotin. 5,37 Faktor lain yang mempengaruhi stabilitas warna adalah: 1. Penyerapan Air Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa bahan hidrofilik memiliki tingkat penyerapan air yang lebih tinggi dan diskolorasi yang lebih tinggi daripada bahan hidrofobik. Resin akrilik yang digunakan di kedokteran gigi adalah campuran dari asam akrilik dan asam metakrilat. Golongan karboksil dalam asam akrilik menyebabkan penyerapan air. 5,23 2. Kekasaran Permukaan Kekasaran permukaan dari bahan restorasi cenderung menyebabkan penumpukan plak, menyerap air dan pewarna makanan. Permukaan akhir restorasi yang halus menunjukkan stabilitas warna yang lebih baik. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki tingkat polimerisasi yang lebih tinggi sehingga warnanya lebih stabil. 5 3. Jenis Pewarna Makanan Berbagai jenis pewarna makanan dan bahan pewarna lainnya yang mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan warna pada bahan kedokteran gigi seperti teh, kopi dengan atau tanpa gula, jus anggur, jus cheri, kecap, nikotin, bahan desinfeksi yang digunakan dalam obat kumur telah dipelajari selama bertahun- tahun. 5 Universitas Sumatera Utara 4. Waktu Perendaman Waktu perendaman mempengaruhi stabilitas warna resin akrilik karena resin akrilik akan menyerap larutan tersebut dengan lambat dalam suatu waktu.

2.4 Alat Ukur Stabilitas Warna