Pengaruh Lama Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Terhadap Stabilitas Warna

(1)

EKSTRAK BUAH LERAK 0,01% TERHADAP

STABILITAS WARNA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi skripsi dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

FANY YUNITA SUMARTIN NIM: 100600134

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Tahun 2014

Fany Yunita Sumartin

Pengaruh Lama Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Terhadap Stabilitas Warna

xiii + 69 Halaman

Bahan dasar basis gigitiruan yang paling sering digunakan dalam bidang Kedokteran Gigi adalah resin akrilik. Resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) memenuhi persyaratan sebagai bahan basis gigitiruan karena tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi jaringan, sifat fisis dan estetis cukup baik, harga relatif murah, dapat direparasi, dan pembuatannya lebih mudah. Sesuai dengan anjuran pemerintah untuk membudidayakan tanaman tradisional, maka sekarang banyak bahan-bahan dari tanaman obat yang dijadikan bahan desinfeksi tradisional. Lerak (Sapindus Rarak DC) merupakan tanaman tradisional yang mudah diperoleh, namun lerak mengandung flavonoid yang dapat menyebabkan perubahan warna pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak buah lerak 0,01% dan akuades selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari dengan ukuran sampel berdiameter 50mm dan tebal 0,5 mm untuk uji stabilitas warna. Jumlah total sampel sebanyak 50 sampel.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan RAPP dalam perendaman ekstrak buah lerak 0,01% dan kontrol selama 2 hari dengan nilai p = 0,025 (p < 0,05), selama 3 hari dengan nilai p = 0,030 (p < 0,05), selama 4 hari dengan nilai p = 0,014 (p < 0,05), selama 5 hari dengan nilai p = 0,024 (p < 0,05), dan selama 7 hari dengan nilai p = 0,034 (p < 0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna dengan nilai p =


(3)

terhadap stabilitas warna selama 2 hari dan 3 hari dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 2 hari dan 4 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 2 hari dan 5 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 2 hari dan 7 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 3 hari dan 4 hari (kelompok H) dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 3 hari dan 5 hari dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 3 hari dan 7 hari (kelompok J) dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 4 hari dan 5 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 4 hari dan 7 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 5 hari dan 7 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak lerak terhadap stabilitas warna.


(4)

EKSTRAK BUAH LERAK 0,01% TERHADAP

STABILITAS WARNA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi skripsi dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

FANY YUNITA SUMARTIN NIM: 100600134

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Juli 2014

Pembimbing : Tanda Tangan

Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros


(6)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS ANGGOTA : 1. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros 2. Ariyani, drg., MDSc


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Praktis ... 7

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Basis Gigitiruan ... 8

2.1.1 Pengertian ... 8

2.1.2 Fungsi ... 8

2.1.3 Persyaratan ... 8

2.1.4 Klasifikasi ... 9

2.1.4.1 Logam ... 9

2.1.4.2 Non Logam ... 9

2.1.4.2.1 Termoplastik ... 9

2.1.4.2.2 Termoset ... 9


(8)

2.2.1 Komposisi ... 11

2.2.2 Manipulasi ... 11

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan ... 13

2.2.4 Sifat-Sifat ... 14

2.2.4.1 Sifat Mekanis ... 14

2.2.4.2 Sifat Kemis ... 15

2.2.4.3 Sifat Biologis ... 15

2.2.4.4 Sifat Fisis ... 15

2.3 Stabilitas Warna ... 16

2.4 Alat Ukur Stabilitas Warna ... 18

2.4.1 Kalorimeter ... 18

2.4.2 Spektroskopi Inframerah ... 19

2.4.3 Spektrofotometer UV-Vis ... 21

2.5 Metode Pembersihan Gigitiruan ... 22

2.5.1 Metode Mekanis ... 23

2.5.2 Metode Kemis ... 24

2.5.3 Gabungan ... 26

2.6 Lerak ... 26

2.6.1 Saponin ... 27

2.6.2 Alkaloid ... 28

2.6.3 Polifenol ... 29

2.6.4 Tanin ... 29

2.6.5 Flavonoid ... 29

2.7 Landasan Teori ... 31

2.8 Kerangka Konsep ... 32

2.9 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 34

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 34

3.2.1 Sampel Penelitian ... 34

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 34

3.3 Variabel Penelitian ... 35

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 35

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 35

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 35

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 36

3.3.2 Definisi Operasional ... 36

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

3.4.1 Tempat Penelitian ... 38

3.4.1.1 Tempat Pembuatan Ekstrak Buah Lerak ... 38

3.4.1.2 Tempat Pembuatan Sampel ... 38

3.4.1.3 Tempat Pengujian Sampel ... 38

3.4.2 Waktu Penelitian ... 38


(9)

3.5.1 Alat Penelitian ... 38

3.5.2 Bahan Penelitian ... 39

3.6 Cara Penelitian ... 40

3.6.1 Pembuatan Ekstrak Buah Lerak 0,01% ... 40

3.6.2 Pembuatan Sampel ... 42

3.6.2.1 Pembuatan Mold ... 42

3.6.2.2 Pengisian Resin Akrilik Pada Mold ... 43

3.6.2.3 Kuring ... 44

3.6.2.4 Penyelesaian ... 45

3.6.3 Perendaman Sampel ... 45

3.6.4 Pengukuran Stabilitas Warna Sampel ... 46

3.7 Analisis Data ... 48

3.8 Kerangka Operasional ... 49

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Stabilitas Warna Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Selama 2, 3, 4, 5 dan 7 Hari ... 50

4.2 Perbedaan Stabilitas Warna Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman dalam Akuades dan Ekstrak Buah Lerak 0,01% Pada Masing-Masing Kelompok Waktu ... 53

4.3 Pengaruh Lama Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Selama 2, 3, 4, 5 dan 7 Hari ... 53

4.4 Perbedaan Pengaruh Lama Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Selama 2, 3, 4, 5 dan 7 Hari ... 54

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Rancangan Penelitian ... 56

5.2 Hasil Penelitian ... 56

5.2.1 Stabilitas Warna Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Selama 2, 3, 4, 5 Dan 7 Hari ... 56

5.2.2 Perbedaan Stabilitas Warna Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman dalam Akuades Dan Ekstrak Buah Lerak 0,01% Pada Masing-Masing Kelompok Waktu ... 59

5.2.3 Pengaruh Lama Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Selama 2, 3, 4, 5 dan 7 Hari. ... 60

5.2.4 Perbedaan Pengaruh Lama Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Selama 2, 3, 4, 5 dan 7 Hari ... 61


(10)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 63 6.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 ... D

efinisi operasional variabel bebas ... 36 2 ... D

efinisi operasional variabel terikat ... 36 3 ... D

efinisi operasional variabel terkendali ... 37 4 ... N

ilai absorbansi, nilai rerata dan simpangan baku resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak

0,01% dan kontrol akuades selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari ... 52 5 ... P

erbedaan stabilitas warna basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam akuades dan ekstrak buah lerak

0,01% pada masing-masing kelompok waktu ... 53 6 ... P

engaruh lama perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari ... 54 7 ... P

erbedaan pengaruh lama perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 ... K

alorimeter ... 19 2 ... I

nstrumen Fourier Transform Infrared Spectroscopy ... 20 3 ... B

uah lerak, pohon lerak, dan buah lerak yang sudah dikeringkan ... 27 4 ... S

ampel penelitian ... 34 5 ... B

uah lerak ... 41 6 ... P

otongan buah lerak ... 41 7 ... P


(13)

8 ... A

lat penyaring. ... 41 9 ... L

erak yang direndam dengan alkohol 70% ... 41 10 ... P

enyaringan dengan kertas saring whatman No. 24 ... 41 11 ... M

old yang dihasilkan ... 43 12 ... P

engisian resin akrilik pada mold ... 44 13 ... W

aterbath (Fili Manfredi, Italia) ... 44 14 ... S

ampel kontrol yang direndam dalam akuades ... 46 15 ... S

ampel yang direndam dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01% ... 46 16 ... S

ampel yang dibuat menjadi serpihan kecil ... 47 17 ... U

V-Vis Spektrofotometer UV Mini 1800 Shimadzu ... 47 18 ... W


(14)

19 ... P enempatan wadah tabung pada UV-Vis Spektrofotometer UV Mini

1800 Shimadzu ... 47 20 ... P

enempatan resin akrilik polimerisasi panas yang telah dilarutkan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Analisis statistik

2 Surat permohonan izin penelitian ke Laboratoriun Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU

3 Surat permohonan izin penelitian ke Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU


(16)

Tahun 2014

Fany Yunita Sumartin

Pengaruh Lama Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Buah Lerak 0,01% Terhadap Stabilitas Warna

xiii + 69 Halaman

Bahan dasar basis gigitiruan yang paling sering digunakan dalam bidang Kedokteran Gigi adalah resin akrilik. Resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) memenuhi persyaratan sebagai bahan basis gigitiruan karena tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi jaringan, sifat fisis dan estetis cukup baik, harga relatif murah, dapat direparasi, dan pembuatannya lebih mudah. Sesuai dengan anjuran pemerintah untuk membudidayakan tanaman tradisional, maka sekarang banyak bahan-bahan dari tanaman obat yang dijadikan bahan desinfeksi tradisional. Lerak (Sapindus Rarak DC) merupakan tanaman tradisional yang mudah diperoleh, namun lerak mengandung flavonoid yang dapat menyebabkan perubahan warna pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak buah lerak 0,01% dan akuades selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari dengan ukuran sampel berdiameter 50mm dan tebal 0,5 mm untuk uji stabilitas warna. Jumlah total sampel sebanyak 50 sampel.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan RAPP dalam perendaman ekstrak buah lerak 0,01% dan kontrol selama 2 hari dengan nilai p = 0,025 (p < 0,05), selama 3 hari dengan nilai p = 0,030 (p < 0,05), selama 4 hari dengan nilai p = 0,014 (p < 0,05), selama 5 hari dengan nilai p = 0,024 (p < 0,05), dan selama 7 hari dengan nilai p = 0,034 (p < 0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna dengan nilai p =


(17)

terhadap stabilitas warna selama 2 hari dan 3 hari dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 2 hari dan 4 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 2 hari dan 5 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 2 hari dan 7 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 3 hari dan 4 hari (kelompok H) dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 3 hari dan 5 hari dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 3 hari dan 7 hari (kelompok J) dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 4 hari dan 5 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 4 hari dan 7 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05), kelompok yang direndam dalam ekstrak buah lerak selama 5 hari dan 7 hari dengan nilai p = 0,0001 (p < 0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak lerak terhadap stabilitas warna.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan fungsi jaringan rongga mulut yaitu dengan mempertahankan efisiensi pengunyahan, meningkatkan fungsi bicara dan estetis dari jaringan yang digantikan.1-3 Gigitiruan terdiri dari anasir dan basis gigitiruan. Anasir gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang berfungsi menggantikan gigi asli yang telah hilang. Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi untuk mendukung anasir gigitiruan.3

Bahan dasar basis gigitiruan yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah resin akrilik. Resin akrilik terbagi menjadi resin akrilik polimerisasi panas, sinar dan kimia. Resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) memenuhi persyaratan sebagai bahan basis gigitiruan karena tidak bersifat toksik, tidak mengiritasi jaringan, sifat fisis dan estetis cukup baik, harga relatif murah, dapat direparasi, dan pembuatannya lebih mudah.4 Resin akrilik lebih estetis daripada bahan berbasis logam karena warnanya menyerupai struktur rongga mulut. Warna yang sesuai dengan jaringan rongga mulut adalah salah satu hal yang paling diinginkan dari suatu bahan, pemeliharaan warna untuk jangka waktu yang lama dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan bahan.5 Stabilitas warna merupakan kemampuan suatu bahan kedokteran gigi untuk mampu mempertahankan warna aslinya selama pengolahan dan tidak berubah warna pada saat pemakaian.5-7 Perubahan warna dari resin dapat mengakibatkan masalah estetik.7

Selama penggunaannya, gigitiruan selalu berkontak dengan saliva, minuman dan makanan sehingga gigitiruan merupakan tempat terbentuknya noda, karang gigi dan plak karena kurangnya pemeliharaan kebersihan gigitiruan resin akrilik. Bahkan dengan pembersihan dan perawatan yang rutin, rata-rata suatu gigitiruan hanya dapat digunakan 5-7 tahun saja karena gigitiruan akhirnya akan bernoda. Seiring berjalannya waktu maka akan terjadi perubahan alami yang muncul pada struktur


(19)

wajah dan mulut karena resorbsi tulang alveolar yang memerlukan penyesuaian untuk gigitiruan.8 Pada pemakaian gigitiruan resin akrilik, mukosa akan tertutup sehingga menghalangi pembersihan permukaan mukosa maupun permukaan gigitiruan oleh lidah dan saliva sehingga terjadi akumulasi plak pada gigitiruan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembersihan gigitiruan.4

Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kemis. Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan penyikatan, sedangkan pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan dalam larutan desinfektan, alkali peroksida, alkali hipoklorit dan enzim. Selain bahan tersebut, ada juga bahan tradisional yang digunakan sebagai desinfektan seperti ekstrak bunga rosella, ekstrak buah lerak, dan propolis.4

The World Health Organization (WHO) telah mendorong pencarian bahan dan produk yang berasal dari hewan, tumbuhan, dan sumber-sumber mineral. Banyak tanaman yang terkenal karena sifat medis dan antimikrobanya. Upaya telah diarahkan untuk mencari produk pembersih alternatif dengan biaya rendah dan dapat digunakan dengan aman oleh masyarakat.9 Sesuai dengan anjuran pemerintah untuk membudidayakan tanaman tradisional, maka sekarang banyak bahan-bahan dari tanaman obat yang dijadikan bahan desinfeksi tradisional.4

Lerak (Sapindus Rarak DC) merupakan tanaman tradisional yang mudah diperoleh. Udarno cit Santoso dkk (2009) menyatakan bahwa buah lerak mengandung senyawa saponin, alkaloid, polifenol, antioksidan, flavonoid dan tanin.10,11 Manfaat buah lerak yaitu sebagai bahan pencuci pakaian, perhiasan, dan pembasmi hama (biopeptisida).12 Selain sebagai bahan pembersih dan biopeptisida, buah lerak dapat digunakan sebagai dentin conditioner atau cairan pembersih gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Yatmi RI dkk (2013), menyatakan efektifitas ekstrak buah lerak sama dengan dentin conditioner dari bahan kimia sebagai bahan pembersih gigi yang telah dipreparasi.13 Irham cit Santoso (2003) menyatakan bahwa ekstrak buah lerak memiliki daya antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Penelitian mengenai efek antibakteri buah lerak terhadap Streptococcus mutans juga dilakukan oleh Yanti N dan Irham F (2009) yang menyatakan bahwa larutan irigasi ekstrak buah lerak 0,01%


(20)

lebih efektif dibandingkan dengan larutan irigasi buah lerak 0,008%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulinah cit Santoso dkk (2005), ekstrak buah lerak juga menunjukkan aktivitas yang kuat dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans serta memiliki sifat bakterisida dan fungisida yang baik. Menurut Namira U (2013), penggunaan ekstrak buah lerak 0,01% sebagai pembersih gigitiruan lebih efektif dibandingkan klorheksidin terhadap Candida albicans.11,14,15

Resin akrilik, selain memiliki sifat yang menguntungkan, juga mempunyai kekurangan, seperti mudah patah ketika jatuh pada permukaan yang keras, menyerap cairan seperti air, bahan kimia dan sisa makanan. Akrilik memiliki porositas dan kemampuan menyerap cairan yang dapat menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna basis gigitiruan karena cairan rongga mulut dan pembersih gigitiruan telah dilaporkan. Terjadinya penyerapan zat warna cairan dalam resin akrilik merupakan salah satu faktor penyebab perubahan warna pada resin akrilik.7,16-19

Penelitian mengenai perubahan warna resin akrilik dengan tanaman tradisional sebagai pembersih gigitiruan pernah dilakukan dengan menggunakan ekstrak bunga rosella. Menurut Thalib dkk (2013), bunga rosella mengandung pigmen antosianin yang membentuk flavonoid. Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid.16 Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herbal, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan.20 Dalam penelitiannya, tidak ada perbedaan perubahan warna yang signifikan antara perendaman karena waktu kontak yang tidak terlalu lama yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit sekali seminggu, dan 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dua kali seminggu selama satu bulan sehingga zat warna alami dalam ekstrak kelopak bunga rosella, yaitu antosianin, belum berdifusi ke dalam akrilik dan menyebabkan perubahan warna yang berarti pada resin akrilik.16 Selain ekstrak bunga rosella, menurut Krell (1996) propolis memiliki efek antibiotik karena adanya kandungan bioflavonoid dalam propolis. Karena propolis memiliki efek antibiotik, maka propolis dapat


(21)

digunakan sebagai pembersih gigitiruan. Penelitian yang dilakukan Wardhana dkk (2010) tentang efek lama perendaman lempeng RAPP dalam larutan propolis obat kumur terhadap perubahan warna selama 8 jam dan 16 jam diperoleh hasil perubahan warna yang signifikan.21

Penelitian yang dilakukan Aditiana dkk (2011) tentang pengaruh perendaman dalam minuman rosella terhadap warna RAPP selama 37 jam dan 49 jam diperoleh hasil yang tidak signifikan karena jumlah pigmen antosianin (komponen flavonoid) dan waktu yang digunakan untuk perendaman belum cukup untuk menyebabkan perubahan warna pada resin akrilik.22 Subramanya dan Muttagi (2011) menyatakan adanya perubahan warna resin akrilik sewarna gigi yang signifikan pada perendaman ekstrak teh dan kopi selama 15 hari. Terjadinya perubahan warna diakibatkan oleh kandungan flavonoid, fenol, saponin, dan tanin.23 Menurut Crispin dan Caputo (1979), semakin banyak porositas maka akan semakin banyak absorbsi sehingga ikatan partikel bahan perendam semakin kuat.21 Penelitian mengenai perubahan warna resin akrilik yang disebabkan oleh flavonoid juga dilakukan oleh Larasati dkk (2012), yang menyatakan adanya perubahan warna RAPP yang direndam pada jus strawberry yang mengandung ellagic acid, malic acid dan anthocyani (komponen flavonoid) selama 8 jam.17

1.2 Permasalahan

Kerja sama yang baik antara pasien dan dokter gigi akan mempengaruhi keberhasilan pemakaian gigitiruan. Membersihkan gigitiruan secara rutin akan meningkatkan kenyamanan penggunaan gigitiruan. Bahan pembersih gigitiruan digunakan untuk membersihkan gigitiruan dari mikroorganisme agar tidak menyebabkan infeksi mukosa seperti denture stomatitis yang diakibatkan oleh Candida albicans. Bahan pembersih yang digunakan seharusnya tidak merubah sifat mekanis dan fisis dari gigitiruan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa beberapa larutan disinfektan dan cairan rongga mulut dapat menyebabkan perubahan pada sifat mekanis dan fisis basis gigitiruan resin akrilik dan anasir gigitiruan. Beberapa


(22)

komponen dari larutan tersebut akan menembus ke bahan dan tidak dapat sepenuhya dihilangkan dengan pembilasan.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor 381/MENKES/SK/III/2007 tentang kebijakan obat tradisional, maka banyak yang membuat bahan pembersih gigitiruan dari alam. Namira U (2013) menyatakan ekstrak lerak 0,01% adalah salah satu bahan pembersih gigitiruan tradisional yang terbukti lebih efektif menekan pertumbuhan Candida albicans dibandingkan bahan pembersih klorheksidin. Kandungan flavonoid yang terdapat pada buah lerak dikhawatirkan dapat mempengaruhi stabilitas warna dari basis gigitiruan. Sampai saat ini belum ada penelitian tentang pengaruh perendaman ekstrak lerak sebagai pembersih gigitiruan terhadap stabilitas warna RAPP.

Beberapa penelitian tentang bahan pembersih yang mengandung flavonoid menunjukkan terdapat pengaruh terhadap stabilitas warna gigitiruan. Terjadinya penyerapan zat warna cairan dalam resin akrilik merupakan salah satu faktor penyebab perubahan warna pada resin akrilik.

Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis merasa perlu untuk meneliti apakah ada pengaruh perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% terhadap stabilitas warna. Pemakaian ekstrak buah lerak 0,01% sebagai bahan pembersih gigitiruan yang efektif adalah dengan merendam gigitiruan selama 5 menit setiap hari, sedangkan pemakaian gigitiruan yang ideal yaitu selama 5-7 tahun. Sehingga dari perhitungan didapatkan 2 hari perendaman identik dengan pemakaian gigitiruan selama 1 tahun, 3 hari identik dengan 2 tahun, 4 hari identik dengan 3 tahun, 5 hari identik dengan 4 tahun dan 7 hari identik dengan 5 tahun.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh waktu perendaman bahan basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak lerak selama 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari dan 7 hari terhadap stabilitas warna, sehingga dapat dibuktikan bahwa dalam waktu berapa lama ekstrak buah lerak 0,01% dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan tanpa mengurangi sifat fisis gigitiruan tersebut.


(23)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapa nilai stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari?

2. Apakah ada perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01% dan kontrol pada masing-masing kelompok waktu?

3. Apakah ada pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna?

4. Apakah ada perbedaan pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui nilai stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari.

2. Untuk mengetahui perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01% dan kontrol pada masing-masing kelompok waktu.

3. Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna.

4. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna.


(24)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Prostodonsia.

2. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan dasar pembuat gigitiruan agar meningkatkan kualitas bahannya.

3. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan pembersih gigitiruan untuk memproduksi pembersih gigitiruan dengan bahan alami.

4. Sebagai bahan masukan bagi dokter gigi untuk menyarankan bahan pembersih gigitiruan yang alami untuk pasien.

1.5.2 Manfaat Teoritis

1. Memperoleh data mengenai stabilitas warna RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01%.

2. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak di atas tulang maksila dan mandibula di dalam mulut yang tidak termasuk anasir gigitiruan.24,25

2.1.2 Fungsi

Fungsi basis gigitiruan adalah:3 1. Mendukung elemen gigitiruan.

2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau linggir sisa.

3. Estetik karena warna yang alami dan mengembalikan kontur wajah penderita.

4. Menstimulasi jaringan yang berada dibawahnya. 5. Memberikan retensi dan stabilisasi pada gigitiruan.

2.1.3 Persyaratan

Basis gigitiruan harus memenuhi persyaratan berikut ini:3 1. Adaptasi dengan jaringan baik.

2. Perubahan dimensi rendah. 3. Permukaannya keras. 4. Mudah dibersihkan

5. Warna sesuai dengan warna jaringan sekitar. 6. Bisa dilapis atau dicekatkan kembali.


(26)

2.1.4 Klasifikasi

Berdasarkan bahan yang digunakan, basis gigitiruan dapat diklasifikasikan menjadi basis gigitiruan logam dan non logam.3

2.1.4.1 Logam

Bahan ini diperkenalkan oleh Haynes (1907) dan banyak digunakan pada tahun 1973 karena memiliki kepadatan yang rendah, murah, lebih tahan terhadap noda dan korosi dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi. Bahan berbasis logam biasanya terbuat dari campuran 2 logam atau lebih yang disebut dengan aloi logam seperti kobal-kromium, kobal-kromium nikel dan nikel kromium.26,27

2.1.4.2 Non Logam

Bahan berbasis non logam umumnya terbuat dari bahan polimer. Berdasarkan reaksi termalnya, basis non logam dapat terbagi menjadi 2 macam, yaitu polimer termoset dan polimer termoplastik.28,29

2.1.4.2.1 Termoplastik

Resin ini dihaluskan dan dibentuk dibawah panas dan tekanan tanpa membuat perubahan pada kimianya. Resin ini dapat larut dalam pelarut organik. Polimer termoplastik akan melunak ketika dipanaskan dan mengeras kembali saat didinginkan secara reversible. Degradasi irreversible terjadi apabila pemanasan dilakukan dalam temperatur yang melewati batas ambang. Contoh polimer termoplastik yang sering digunakan pada kedokteran gigi adalah bahan nilon termoplastik. Karakteristik utama polimer termoplastik yaitu dapat berikatan dengan serat, lentur, transparan dan mempunyai kekuatan yang tinggi.27-29

2.1.4.2.2 Termoset

Resin ini menggunakan reaksi kimia selama proses pembentukan, jadi produk akhirnya secara kimiawi berbeda dari bahan dasarnya. Polimer termoset akan menjadi keras secara permanen pada saat pembuatannya dan tidak akan melunak ketika


(27)

dipanaskan kembali. Contohnya adalah cross-linked poly (methyl methacrylate) atau resin akrilik.28,29 Resin akrilik pertama kali diperkenalkan oleh Wright (1937) sebagai bahan basis gigitiruan. Pada tahun 1940an, hampir semua gigitiruan dibuat dengan bahan resin. 30,31 Berdasarkan metode aktivasinya, resin akrilik dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

1) Resin akrilik polimerisasi sinar

Resin ini pertama kali diperkenalkan dalam kedokteran gigi oleh Douglas dkk. Pertama kali menggunakan sinar UV untuk menginisiasi radikal bebas. Resin ini terdiri dari matrik urethane dimethacrylate dengan sebuah kopolimer akrilik, microfine silica fillers, camphoroquinone yang bertindak sebagai inisiator polimerisasi. Resin ini polimerisasi dengan sinar biru pada panjang gelombang 400-500 nm.27

2) Resin akrilik polimerisasi kimia

Resin ini pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi pada saat perang dunia kedua. Aktivator kimia digunakan untuk polimerisasi pada suhu ruangan. Penambahan dimetil-para-toluidin pada monomer sebelum pencampuran dan setelah pencampuran akan terbentuk radikal bebas dari benzoil peroksida oleh reaksi dimetil-para-toluidin. Konsentrasi dimetil-para-toluidin 0,75% dan maksimal konsentrasi peroksida adalah 2%. Semakin kecil ukuran partikel pada polimer maka semakin cepat terjadi polimerisasi.27

3) Resin akrilik polimerisasi panas

Resin ini terdiri dari bubuk dan cairan yang selama pencampuran dan pemanasan akan menghasilkan struktur yang kaku dan padat.32

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan dewasa ini. 18,32 Resin akrilik polimerisasi panas memiliki tingkat polimerisasi yang lebih tinggi dibandingkan resin akrilik polimerisasi sinar dan kimia sehingga warnanya lebih stabil.5


(28)

2.2.1 Komposisi

RAPP terdiri dari bubuk dan cairan. 1. Komposisi bubuk:19,32,33

a. Polimer; poly(methyl methacrylate)

b. Initiator peroksida; berupa 0,2-0,5% benzoil peroksida c. Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polimer d. Opak; titanium/ zinc oksida

e. Plastik; dibutyl phtalate f. Serat sintetik; nilon/ akrilik 2. Komposisi cairan:

a. Monomer; methyl methacrylate

b. Stabiliser; sekitar 0,006% hidroquinon untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama penyimpanan

c. Bahan untuk memacu ikatan silang; seperti etilen glikol dimetilakrilat (1-2%)

2.2.2 Manipulasi

Manipulasi RAPP terdiri dari pencampuran, mould lining, pengisian dan kuring. Perbandingan polimer dan monomer yang dapat diterima adalah 3 atau 3,5 : 1 berdasarkan volume dan 2 atau 2,5 : 1 berdasarkan berat. Hal ini akan memberikan monomer yang cukup untuk membasahi keseluruhan partikel polimer. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer terbasahi, sehingga saat kuring resin akrilik masih ada yang berbentuk butir-butir. Bila monomer terlalu banyak maka akan terjadi peningkatan pengerutan volume polimerisasi yang lebih besar (21% satuan volume) dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada adonan resin akrilik yang seharusnya (7% volume) sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai fase dough (konsistensi) dan akhirnya menyebabkan timbulnya porositas pada resin akrilik. Kegagalan dalam mencampur polimer dan monomer dengan benar akan mengakibatkan penurunan kekuatan, porositas, dan warna yang buruk pada gigitiruan.24,34


(29)

a) Pencampuran

Fungsi monomer pada polimer adalah untuk membuat massa plastik. Bubuk dan cairan dalam perbandingan yang benar dicampur di dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai dough stage. 19,34,35

Pada saat pencampuran ada lima tahap yang terjadi yaitu:

(i) Tahap I (sandy stage) : polimer meresap ke dalam monomer membentuk suatu cairan yang tidak bersatu.

(ii) Tahap II (sticky stage) : permukaan polimer larut dalam monomer dan melekat dengan pot, serta berserabut bila ditarik.

(iii) Tahap III (dough or gel stage) : polimer telah jenuh di dalam monomer. Massa yang lebih halus dan dough like (seperti adonan). Pada tahap ini massa dapat dimasukkan ke dalam mould. Untuk mencapai tahap ini, dibutuhkan waktu kurang dari 40 menit. Kebanyakan resin membutuhkan waktu 10 menit.

(iv) Tahap IV (rubber hard stage) : penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bahan akan terbentuk menjadi karet (rubber like). Bahan tidak plastis lagi dan tidak dapat dimasukkan ke dalam mould.

(v) Tahap V (hard stage) : selama periode tertentu, adonan menjadi keras yang disebabkan oleh penguapan monomer bebas. Secara klinis, adonan nampak amat kering dan tahan terhadap deformasi mekanik. 19,30,34,35

b) Mould lining

Setelah semua malam dikeluarkan dari mold dengan cara menyiramnya dengan air mendidih dan detergen, dinding mold harus diberi bahan separator (cold mould seal) untuk mencegah merembesnya monomer ke bahan mold dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan mold, dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.19,34

c) Pengisian

Mengisi resin akrilik ke dalam mold disebut packing. Mengisi resin ke dalam mold adalah pada tahap ke III atau dough like. Tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam pembuatan basis gigitiruan. Sewaktu melakukan pengisian resin akrilik ke dalam mold perlu diperhatikan agar mold terisi penuh dan


(30)

sewaktu dipres terdapat tekanan yang cukup pada mold. Hal ini dapat dicapai dengan mengisikan adonan akrilik sedikit lebih banyak ke dalam mold. Jika jumlah adonan yang dimasukkan ke dalam mold kurang maka dapat menyebabkan terjadinya shrinkage porosity.19,34,35

d) Kuring

Mold yang telah diisi dipanaskan dalam oven atau waterbath dimana besar temperatur dan lama pemanasan harus dikontrol. Jika suhu pemanasan saat kuring terlalu rendah maka basis gigitiruan akan mengandung monomer sisa yang tinggi. Hal ini sangat penting dan harus dihindari. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi karena dapat menyebabkan internal porositas.34,35 Proses kuring yang paling tepat yang disarankan oleh Japan Industrial Standard’s (JIS) adalah pemanasan pada suhu 70°C selama 90 menit, kemudian ditingkatkan mejadi suhu 100°C selama 30 menit.36

Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar. Kemudian kuvet dipisahkan dan resin akrilik dikeluarkan. Memisahkan resin akrilik dari kuvet harus hati-hati untuk menghindari peregangan dan patah pada resin akrilik. Kemudian dilakukan penyelesaian akhir dan dipoles.19,34

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan RAPP adalah: 18,30

1. Mudah didapat

2. Teknik aplikasi relatif sederhana 3. Hasil estetik yang memuaskan 4. Murah

5. Ringan

6. Daya serap dan larut cairan yang rendah 7. Dapat diperbaiki dengan mudah

Resin akrilik polimerisasi panas juga memiliki kekurangan, yaitu:18,30 1. Penghantar termis yang rendah


(31)

3. Rapuh

4. Walaupun daya serap cairan dalam derajat rendah, hal tersebut dapat mempengaruhi warna basis.

2.2.4 Sifat-Sifat

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki beberapa sifat yaitu sifat mekanis, kemis, biologis dan fisis.

2.2.4.1 Sifat Mekanis

Sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas yaitu: 1. Modulus elastisitas

Nilai modulus elastisitas untuk gigitiruan penuh dan sebagian adalah 2200-2500Mpa. Modulus elastisitas yang tinggi sangat menguntungkan. Nilai yang tinggi dari batas elastisitas diperlukan untuk memastikan bahwa tekanan yang dihasilkan selama menggigit dan mengunyah tidak menyebabkan perubahan bentuk yang permanen.25,29,32

2. Kekuatan transversal

Gigitiruan harus memiliki kekuatan transversal yang cukup untuk menahan fraktur. Kekuatan transversal resin akrilik adalah berkisar dari 78 sampai 92 Mpa.25,31

3. Kekuatan impak

Kemampuan basis gigitiruan untuk bertahan dari fraktur karena terjatuh adalah fungsi dari kekuatan impak. Besar kekuatan impak RAPP yang dilakukan oleh Charpy adalah 0,98-1,27 joules dan Hounsfield adalah 455 Nm x 10-4.25,31

4. Crazing

Crazing umumnya berawal pada permukaan resin dan mengarah pada sudut yang tepat dari gaya tarik. Retakan mikro yang terbentuk ini kemudian berlanjut secara internal. Crazing juga mungkin terbentuk sebagai hasil aksi pelarut. Crazing akibat pelarut umumnya berasal dari kontak dengan cairan seperti etil alkohol yang terlalu lama.19


(32)

2.2.4.2 Sifat Kemis

Bahan basis gigitiruan harus tahan secara kimia. Bahan tidak boleh larut dalam cairan di dalam rongga mulut dan tidak tidak boleh menyerap air atau saliva yang dapat mengubah sifat mekanis bahan tersebut dan menyebabkan gigitiruan tidak higienis.24,25 Spesifikasi ADA No.12 memberikan petunjuk tentang pengujian dan syarat resin akrilik yang dapat diterima. Untuk menguji penyerapan air, lempeng direndam dalam air murni selama 7 hari. Kemudian lempeng ditimbang kembali, dan nilai ini dibandingkan dengan nilai awal. Menurut persyaratan, berat yang bertambah setelah perendaman tidak boleh melebihi 0,8 mg/cm2.19

2.2.4.3 Sifat Biologis

Resin harus tidak berwarna, tidak berbau, tidak toksik, tidak mengiritasi dan tidak berbahaya bagi jaringan mulut. Basis gigitiruan sebaiknya tidak menyebabkan pertumbuhan jamur atau bakteri.24,25

2.2.4.4 Sifat Fisis

Sifat fisis resin akrilik yaitu: 1. Penghantar termis

Penghantar termis resin akrilik sekitar 6x10-4 cal.g-1.cm-2. Hal ini termasuk yang sangat rendah, dan dapat mengakibatkan masalah selama proses pembuatan gigitiruan karena panas yang dihasilkan tidak dapat dikurangi atau dialirkan pada saat suhu meningkat. Dari sisi pasien, masalah mengenai penghantar termis yang rendah adalah gigitiruan menutupi jaringan lunak rongga mulut dari sensasi temperatur apapun. Pasien akan mengkonsumsi minuman yang terlalu panas tanpa menyadarinya, yang dapat membahayakan tenggorokan dan esofagus. 24,25

2. Stabilitas dimensi

Stabilitas dimensi dari resin selama proses pembuatan dan pada pemakaian sangat penting pada ketepatan dari gigitiruan dan kepuasan pasien. Tetapi panas yang berlebihan pada proses penyelesaian dapat menyebabkan terjadinya distorsi dengan


(33)

melepaskan tegangan sisa (residual stress), penyerapan air juga dapat mempengaruhi stabilitas dimensi.25,31

3. Porositas

Porositas dapat terjadi selama manipulasi resin akrilik. Porositas yang terdapat pada bagian dalam resin akrilik terjadi karena penguapan monomer atau berat molekul polimer yang rendah ketika suhu resin meningkat di atas 100,8oC. Sedangkan porositas yang terdapat pada permukaan resin akrilik terjadi karena kurangnya homogenitas adonan pada saat polimerisasi. Jika porositas terdapat pada permukaan resin akrilik, maka pembersihan akan sulit dilakukan. Jika porositas terdapat pada bagian dalam resin akrilik, maka resin akan menjadi lemah.31 Porositas juga dapat mempengaruhi stabilitas warna akrilik karena menyebabkan penyerapan air dan pewarna makanan yang lebih banyak.16

4. Ringan

Resin akrilik harus memiliki berat jenis yang rendah yaitu kira-kira 1,2 g cm-3 agar gigitiruan menjadi ringan. Hal ini diperlukan untuk mengurangi gravitasi pada gigitiruan rahang atas.24,25

5. Radiopak

Karena resin akrilik bersifat radiopak, pasien yang menelan atau menghirup fragmen dari gigitiruan yang patah pada saat kecelakaan dapat dideteksi menggunakan radiografi.25

6. Stabilitas warna

Resin akrilik harus cukup translusen atau transparan sehingga dapat dibuat menyerupai jaringan lunak yang digantikan. Tidak terjadi perubahan warna setelah pembuatan dan pemakaiannya. Stabilitas warna biasanya diukur dengan menggunakan sinar UV. 7,24,31

2.3 Stabilitas Warna

Stabilitas warna adalah karakteristik wajib dari resin untuk basis gigitiruan yang ditentukan oleh berbagai standar nasional dan internasional. Perubahan warna dari resin akrilik akan menimbulkan masalah estetis dan basis gigitiruan harus


(34)

memiliki estetis yang bagus dengan permukaan halus, mengkilap, dan sesuai dengan jaringan lunak rongga mulut. Buyukyilmaz cit Khazil (2008) menyatakan bahwa basis gigitiruan warnanya stabil di dalam air tetapi dapat berubah warna akibat larutan kopi dan teh. Nur Hersek cit Khazil (2008) menyatakan bahwa basis gigitiruan resin akrilik bersifat hidrofilik yaitu dapat menyerap air dan bernoda pada permukaan karena teh. Perubahan warna pada resin akrilik dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan perubahan kimia dari bahan. Misalnya pada basis gigitiruan resin, perubahan warna kimia dikaitkan dengan oksidasi aselerator amino. Amino tersier ini menyebabkan perubahan warna dari keputihan menjadi terlihat kuning. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya penetrasi dari bahan berwarna seperti kopi, teh, dan nikotin. 5,37

Faktor lain yang mempengaruhi stabilitas warna adalah: 1. Penyerapan Air

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa bahan hidrofilik memiliki tingkat penyerapan air yang lebih tinggi dan diskolorasi yang lebih tinggi daripada bahan hidrofobik. Resin akrilik yang digunakan di kedokteran gigi adalah campuran dari asam akrilik dan asam metakrilat. Golongan karboksil dalam asam akrilik menyebabkan penyerapan air.5,23

2. Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan dari bahan restorasi cenderung menyebabkan penumpukan plak, menyerap air dan pewarna makanan. Permukaan akhir restorasi yang halus menunjukkan stabilitas warna yang lebih baik. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki tingkat polimerisasi yang lebih tinggi sehingga warnanya lebih stabil.5

3. Jenis Pewarna Makanan

Berbagai jenis pewarna (makanan dan bahan pewarna lainnya) yang mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan warna pada bahan kedokteran gigi seperti teh, kopi (dengan atau tanpa gula), jus anggur, jus cheri, kecap, nikotin, bahan desinfeksi yang digunakan dalam obat kumur telah dipelajari selama bertahun-tahun.5


(35)

4. Waktu Perendaman

Waktu perendaman mempengaruhi stabilitas warna resin akrilik karena resin akrilik akan menyerap larutan tersebut dengan lambat dalam suatu waktu.

2.4 Alat Ukur Stabilitas Warna

Perubahan warna dapat diukur melalui beberapa metode antara lain metode visual dan metode instrumental. Pada pengukuran melalui metode visual, umumnya peneliti mengamati perubahan warna dari bahan dengan meletakkan bahan pada tempat berlatar belakang putih, kemudian perubahan warna diamati dan digolongkan menjadi: ringan, sedang dan parah. Pengukuran perubahan warna secara visual juga dapat dilakukan dengan mengambil foto atau gambar sebelum dan sesudah perlakuan kemudian perubahan warna diamati.5

Perubahan warna dengan panjang gelombang di luar 350-750 nm tidak dapat terlihat secara visual oleh mata karena keterbatasan mata dalam menangkap panjang gelombang yang terlalu kecil atau terlalu besar dan kemampuan mata menilai warna berkaitan dengan persepsi adalah sangat bervariasi. Pada pengukuran perubahan warna secara instrumental, ada berbagai alat yang dapat digunakan untuk mengukur warna. Alat yang umum digunakan untuk mengukur stabilitas warna adalah calorimeter,spektroskopi inframerah dan spektrofotometer UV-Vis.5,38

2.4.1 Kalorimeter

Kalorimeter merupakan alat sensitif yang digunakan untuk mengukur intensitas warna dari suatu benda dalam kaitannya dengan komponen warna merah, biru dan hijau dari cahaya yang dipantulkan dari suatu sampel dan umumnya hanya mengukur pada panjang gelombang yang dapat ditangkap oleh mata.38


(36)

Gambar 1. Kalorimeter

2.4.2 Spektroskopi Inframerah

Inframerah merupakan salah satu dari spektrum gelombang elektromagnetik yang memiliki jumlah gelombang antara 10 sampai 14000 per cm (panjang gelombang 0.8 – 1000 µm). Area spektrum ini berada di antara spektrum microwave dan spektrum cahaya tampak. Spektrum cahaya tampak adalah panjang gelombang yang dapat diterima oleh retina mata manusia dan dapat diterjemahkan menjadi spektrum warna, seperti warna pada pelangi . Lampu memancarkan spektrum cahaya tampak sehingga mata kita dapat menangkap cahaya yang dipancarkannya. Meskipun demikian, lampu memancarkan gelombang dalam spektrum cahaya tampak hanya sekitar 10% dari total gelombang elektromagnetik yang dipancarkan, sedangkan sisanya merupakan adalah gelombang inframerah yang tidak dapat kita lihat. Untuk spektroskopi inframerah mengaplikasikan sistem FTIR (Fourier Transform Infrared), di mana dengan interferometer, mekanisme pancaran spektrum elektromagnetiknya pada range tertentu (biasanya pada kisaran wavenumber 400-4000 cm-1) terjadi secara simultan, sehingga prosesnya lebih cepat. Berbeda dengan spektroskopi ultraviolet yang menggunakan monokromator dimana spektrum gelombang ultraviolet (biasanya pada kisaran 200-800 nm) dipancarkan secara berurutan.39

Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mendapatkan spektrum inframerah dari penyerapan, emisi, fotokonduktivitas dari zat padat, cair atau gas. Spektrometer FTIR secara bersamaan


(37)

mengumpulkan data spektral dalam berbagai spektrum yang luas. Spektrometer FTIR memiliki keuntungan yaitu non-destruktif, dapat menganalisis multikomponen secara cepat, dan dapat meminimumkan gangguan selama pengoperasian. Spektrometer FTIR tidak mengukur panjang gelombang satu demi satu, melainkan dapat mengukur intensitas transmitans pada berbagai panjang gelombang secara serempak. Pada FTIR, monokromator digantikan dengan interferometer. Interferometer ini mengatur intensitas sumber sinar inframerah dengan mengubah dari posisi cermin pemantul yang memantulkan sinar dari sumber sinar ke sampel. Jadi, keberadaan interferometer membuat spektrometer mampu mengukur semua frekuensi optik secara serempak dengan mengatur intensitas dari semua frekuensi tunggal sebelum sinyal mencapai detektor. Hasil scanning interferometer yang berupa interferogram tidak dapat diinterpretasikan dalam bentuk aslinya. Proses matematika transformasi fourier akan mengubah interferogram menjadi spektrum antara intensitas dan frekuensi. Sampel yang akan dianalisis menggunakan spektroskopi inframerah dicampur dengan senyawa garam yang tidak mengintervensi absorbansi gelombang inframerah oleh senyawa yang diidentifikasi. Jenis garam yang biasa digunakan adalah potasium bromida (KBr), yang kemudian setelah dicampur dengan sampel, dicetak dalam bentuk sebuah piringan (disk). Disk inilah yang kemudian dimasukkan dalam spektroskopi. Untuk alat FTIR modern, dengan penambahan instrumen tertentu telah mampu menganalisa sampel dalam bentuk larutan, sehingga lebih praktis.40

Gambar 2. Instrumen Fourier Transform Infrared Spectroscopy 40


(38)

2.4.3 Spektrofotometer UV – Vis

Spektrofotometer Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran panjang gelombang menggunakan alat spektrofotometer melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.41

Pemakaian spekrofotometer UV-Vis dalam analisis kuantitatif mempunyai beberapa keuntungan:

a. Dapat digunakan untuk banyak zat organik dan anorganik. Ada kalanya beberapa zat harus diubah dahulu menjadi senyawa berwarna sebelum dianalisa.

b. Selektif. Pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari panjang gelombang untuk zat yang dicari.

c. Mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan kesalahan relatif sebesar 1%-3%.

d. Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

e. Penggunaan spektrofotometri dapat dilakukan untuk benda cair dan padat seperti air laut, lumpur, dan batuan.42

Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.


(39)

Hal – hal yang perlu diperhatikan:41

a. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna

Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna.

b. Panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.

Rumus hukum Lambert-Beer:7 A= Ɛ.b.C

Dimana A = absorbansi spesimen C = konsentrasi material Ɛ = koefisien absorbansi b = ketebalan spesimen

c. Kalibrasi panjang gelombang dan absorban

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorbsi oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang didapatkan lebih teliti.41

2.5 Metode Pembersihan Gigitiruan

Setelah gigitiruan dimasukkan ke dalam mulut, lapisan glikoprotein dengan cepat terbentuk. Lapisan tipis ini menjadi terkontaminasi dengan debris di mulut dan berbagai mikroorganisme yang menyerupai plak pada gigi asli. Selanjutnya


(40)

kalsifikasi akan terjadi dan membentuk noda. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat terjadi dan jika organisme Candida terlibat akan menyebabkan iritasi mukosa. Untuk alasan tersebut, maka dokter gigi menyarankan untuk membersihkan gigitiruan setiap hari dengan sikat halus dan pasta gigi yang tidak abrasif atau pasta yang dirancang khusus untuk membersihkan gigitiruan. Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan dengan menggunakan cara mekanis dan kemis.43,44

2.5.1 Metode Mekanis

Permukaan anatomis gigitiruan resin akrilik biasanya menunjukkan lubang mikro dan porositas mikro yang menjadi tempat mikroorganisme sehingga susah dibersihkan, meskipun lubang mikro ini dangkal. Memoles permukaan gigitiruan akan meningkatkan kebersihan gigitiruan tanpa mempengaruhi retensi dari gigitiruan. Gigitiruan cenderung dapat terjadi pengumpulan plak dan noda jika tidak dibersihkan secara teratur. Studi mikroskop cahaya dan elektron dari bagian gigitiruan telah menunjukkan bahwa plak mikroba pada permukaan gigitiruan memiliki struktur dasar yang sama seperti plak pada gigi asli. Mirip dengan plak gigi, plak gigitiruan sulit dibersihkan. Tidak hanya gigitiruan harus bersih, tetapi harus bebas dari mikro-organisme sebagai plak mikroba pada permukaan gigitiruan yang merupakan faktor signifikan dalam patogenesis denture stomatitis. Pembersihan mekanis merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kebersihan gigi dan memastikan pemeliharaan mukosa yang sehat di bawah gigitiruan. Telah dilaporkan bahwa menggunakan sikat dengan sabun atau pasta gigi efektif dalam menghilangkan pewarnaan dan plak dari gigitiruan resin akrilik dan merupakan metode yang paling umum pembersihan gigitiruan secara rutin.43,44


(41)

2.5.2 Metode Kemis

Pembersihan secara kemis dapat dibagi menjadi beberapa kelompok: 1. Alkalin Peroksida

Alkalin peroksida adalah pembersih gigitiruan yang paling umum digunakan untuk perendaman semalam yang melepaskan gelembung oksigen yang mengerahkan efek pembersihan mekanis. Studi mikroskopis elektron menunjukkan bahwa perendaman berkepanjangan resin akrilik dalam pembersih peroksida tidak mempengaruhi permukaan resin akrilik. Tapi dapat menyebabkan pemutihan pada resin akrilik.43,44

2. Alkalin Hipoklorit

Kandungan kimia bahan ini dapat menghilangkan noda, melarutkan zat organik, bakterisida dan fungisida. Bahan ini tidak dapat melarutkan kalkulus tetapi dapat menghambat pembentukan kalkulus pada gigitiruan. Penggunaannya efektif dengan perendaman semalam tetapi karena menyebabkan pemutihan, penggunaannya disarankan hanya sesekali (misalnya seminggu sekali). 43,44

3. Asam

Pembersih dengan bahan dasar asam encer efektif terhadap kalkulus dan noda pada gigitiruan. Asam encer seperti asam asetat dapat digunakan untuk melarutkan kalkulus dengan perendaman semalam, tetapi hanya pada interval satu minggu atau dua minggu. Bahan ini dapat bersifat korosi terhadap bahan logam dan jarang digunakan untuk membersihkan gigitiruan. Perhatian diperlukan dalam penggunaannya karena dapat membahayakan mata dan kulit. 43,44

4. Enzim

Tidak ada efek samping yang ditimbulkan atau berbahaya yang telah dilaporkan dari penggunaan pembersih gigitiruan yang mengandung enzim. Hasil awal dengan larutan pembersih enzim, menggunakan 15 menit perendaman, yang lebih mudah diterima oleh pasien dibandingkan perendaman semalam. Namun, masih harus dilihat apakah pembersih enzim cukup efisien untuk menjadi pengganti atau hanya tambahan untuk pembersihan secara mekanik pada gigitiruan. 43,44


(42)

5. Bahan Desinfektan

Telah dilaporkan bahwa etanol, isopropil alkohol, kloroform, formalin dan asam asetat dapat digunakan untuk desinfeksi gigitiruan sesekali. Larutan klorheksidin glukonat tidak cocok untuk perendaman gigitiruan sehari-hari karena efek pewarnaan. Larutan klorheksidin glukonat 1-2% dapat diresepkan untuk perendaman gigitiruan sebagai tambahan untuk obat anti jamur dalam pengobatan kandida yang menyebabkan denture stomatitis. Larutan sodium salisilat 0,1% mungkin memiliki efek menguntungkan yang sama tanpa menyebabkan pewarnaan. Perendaman gigitiruan selama beberapa menit setiap hari dalam larutan encer klorheksidin dapat menyebabkan noda. Glukonat atau salisilat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah plak gigitiruan dan membawa perbaikan di mukosa yang menahan gigitiruan pada pasien dengan denture stomatitis. Tapi zat ini tidak cocok untuk penggunaan sehari-hari karena bau, rasa, pemutihan, efek crazing dan karena tidak diketahui apakah bahan tersebut memiliki efek samping biologis berbahaya. 43,44. Selain bahan tersebut, ada juga bahan tradisional seperti ekstrak bunga rosella, buah lerak, dan propolis sebagai desinfektan.

Dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki bahan pembersih gigitiruan dari bahan kemis, sampai sekarang pembersih gigitiruan yang ideal belum ditemukan. The World Health Organization (WHO) telah mendorong pencarian bahan dan produk yang berasal dari hewan, tumbuhan, dan sumber-sumber mineral. Banyak tanaman yang terkenal karena sifat medis dan antimikroba mereka dan upaya telah diarahkan untuk mencari produk pembersih alternatif dan biaya rendah yang dapat digunakan dengan aman oleh masyarakat.9 Sesuai dengan anjuran pemerintah untuk melaksanakan budidaya tanaman tradisional, maka sekarang banyak bahan-bahan dari tanaman obat yang dijadikan bahan desinfeksi tradisional.4 Salah satunya adalah dengan menggunakan buah lerak. Buah lerak (Sapindus Rarak DC) merupakan tanaman tradisional, mudah diperoleh dan efektif dalam mengurangi jumlah Candida albicans pada penelitian yang telah dilakukan oleh Namira U (2013).11,15


(43)

2.5.3 Gabungan

Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat digetarkan dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk atau tablet pembersih untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.45

2.6 Lerak

Tanaman lerak (Sapindus rarak DC) merupakan tanaman industri yang cukup baik untuk dikembangkan, termasuk dalam famili Sapindaceae yang tumbuh dengan baik pada ketinggian 450 sampai 1.500 m dpl. Lerak biasa tumbuh liar di hutan dengan tinggi 15-42 m dengan diameter batang 1 m dan tumbuh rindang, bentuk tanaman ini mempunyai bunga majemuk tidak terbatas dimana bunga mekar dari bawah ke atas sehingga berbentuk tandan dengan tangkai bunga tumbuh dari ujung batang. Komponen yang terdapat dalam buah lerak antara lain : saponin, alkaloid, polifenol, senyawa antioksidan dan flavonoid, juga tanin.10,11

Secara tradisional, buah lerak digunakan sebagai sabun wajah, sabun pencuci batik, pencuci rambut, pembasmi hama (biopeptisida), dan mencuci perhiasan.10,11 Sementara khasiat farmakologiknya antara lain sebagai anti jamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan diuretik.40 Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulinah dkk (2005), ekstrak buah lerak juga menunjukkan aktivitas yang kuat dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans serta memiliki sifat bakterisida dan fungisida yang baik. Mikroorganisme yang sering ditemukan dalam rongga mulut adalah Candida albicans sekitar 40% sebagai bagian flora rongga mulut yang normal. Candida albicans dapat melakukan penetrasi pada resin akrilik dan tumbuh pada permukaan gigitiruan sehingga dapat menginfeksi jaringan lunak. Candida albicans dapat melepaskan endotoksin yang merusak mukosa mulut dan menyebabkan terjadinya denture stomatitis. Oleh karena itu pembersihan gigitiruan


(44)

merupakan faktor penting yang harus dilakukan.4 Menurut Namira U(2013), penggunaan ekstrak buah lerak sebagai pembersih gigitiruan lebih efektif dibandingkan klorheksidin terhadap Candida albicans.11,15

Klasifikasi tumbuhan lerak:10

Nama : Lerak (Sapindus rarak DC) Divisio : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Sapindales Famili : Sapindaceae Genus : Sapindus

Spesies : Sapindus rarak DC

Gambar 3. Buah lerak, pohon lerak, dan buah lerak yang sudah dikeringkan10

2.6.1 Saponin

Saponin merupakan glikosida yaitu campuran karbohidrat sederhana dan aglikon yang terdapat pada bermacam-macam tanaman (KIRK dan OTHMER). Lerak memiliki kandungan saponin hingga 28%.10,12,46 Khasiat farmakologik saponin adalah anti jamur, bakterisid, anti radang, anti spasmodinamik, peluruh dahak, dan diuretik.47


(45)

Saponin dibedakan berdasarkan hasil hidrolisisnya menjadi karbohidrat dan sapogenin. Sedangkan sapogenin terdiri dari dua golongan yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid.46 Buah lerak mengandung saponin triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Tipe saponin ini memiliki efek anti jamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002). Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik.48

2.6.2 Alkaloid

Lerak memiliki kandungan alkaloid sebesar 1%. Alkaloid berfungsi sebagai antioksidan yang diperoleh dari tumbuhan. Alkaloid merupakan senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlahnya maupun sebarannya. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuan dan hewan. Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol. Alkaloid sangat menarik perhatian karena aktifitas fisiologisnya pada manusia maupun hewan yaitu meningkatkan aktifitas fagositosis leukosit dan kemotaktik pada saraf dan juga memiliki fungsi yang penting pada tanaman yaitu sintesis lignin (Rahmat, 2000). 12,49


(46)

2.6.3 Polifenol

Polifenol (polyphenol) merupakan senyawa kimia yang terkandung di dalam tumbuhan dan bersifat antioksidan kuat. Mekanisme antibakteri polifenol melalui interaksi yang non spesifik dengan protein mikroorganisme serta dapat merusak membran sel bakteri. Polifenol juga dapat menyebabkan denaturasi protein bakteri (Venturella, 2000).11

2.6.3 Tanin

Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa mikromolekul. Tanin terdiri dari dua jenis yaitu anin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat pada tumbuhan, tetapi yang paling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi.51

2.6.4 Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Flavonoid dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, coklat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai fungsi sebagai pigmen warna dan aktivitas farmakologi.

Aktivitas farmakologi flavonoid dianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dll. Gabor menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam macam bioaktifitas seperti antiinflamasi, anti kanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant,


(47)

diuretic. Flavonoid terdiri dari antosianin, flavonol, flavonon, auron, dihidroflavonol, dan flavon. 20,49,50

Penelitian yang dilakukan Wardhana dkk (2010) tentang efek lama perendaman lempeng RAPP dalam larutan propolis obat kumur yang mengandung flavonoid terhadap perubahan warna diperoleh hasil perubahan warna yang signifikan.21 Subramanya dan Muttagi (2011) menyatakan adanya perubahan warna resin akrilik sewarna gigi yang signifikan pada ekstrak teh dan kopi akibat flavonoid, fenol, saponin, dan tanin.23 Penelitian mengenai perubahan warna resin akrilik yang disebabkan oleh flavonoid juga dilakukan oleh Larasati dkk (2012), yang menyatakan ada perubahan warna RAPP yang direndam pada jus strawberry yang mengandung ellagic acid, malic acid dan anthocyani (komponen flavonoid).17


(48)

Bahan Basis Metode Pembersihan

Mekanis Kemis

Logam Non-logam

Thermoset Thermoplastik

Resin Akrilik

Polimerisasi Sinar Polimerisasi Kimia Polimerisasi Panas

Komposisi Manipulasi Kelebihan dan Kekurangan Sifat

Kemis

Mekanis Biologis Fisis

Stabilitas Warna Tradisional Non Tradisional Ekstrak Buah Lerak 0,01% Penghantar Termis Stabilitas Dimensi

Porositas Ringan Radiopak

Alkalin Peroksida

Alkalin Hipoklorit

Asam Enzim Disinfektan Desinfektan

Klorheksidin Glukonat Alkohol Formalin Propolis Ekstrak Bunga Rosella Spektroskopi Inframerah Calorimeter Gabungan Spektrofotometer UV-Vis Alat Ukur


(49)

2.8 Kerangka Konsep

Direndam Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Ekstrak Buah Lerak 0,01%

Air memasuki matrik resin dengan penyerapan langsung Pemakaian ekstrak lerak sebagai bahan pembersih gigitiruan yang efektif adalah dengan merendam gigitiruan selama 5 menit setiap hari, sedangkan pemakaian gigitiruan yang ideal yaitu selama 5-7 tahun. Sehingga dari perhitungan didapatkan 2 hari perendaman identik dengan pemakaian gigitiruan selama 1 tahun, 3 hari identik dengan 2 tahun, 4 hari identik dengan 3 tahun, 5 hari identik dengan 4 tahun dan 7 hari identik dengan 5 tahun.

Air yang diserap oleh matriks resin akan menghidrolisis bahan dan menyebabkan micro-cracks

Micro-cracks menyebabkan penetrasi flavonoid dan menyebabkan perubahan warna

Penggunaan ekstrak buah lerak 0,01% sebagai pembersih gigitiruan lebih efektif dibandingkan klorheksidin terhadap Candida albicans (Namira U, 2013).

Mengandung zat aktif seperti saponin, alkaloid , polifenol, flavonoid, dan tanin (Udarno, 2009).

Air Flavonoid

2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari dan 7 hari


(50)

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan pada kerangka konsep di atas, maka dapat dibuat suatu hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan RAPP setelah perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01% pada masing-masing kelompok waktu.

2. Ada pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna.

3. Ada perbedaan pengaruh lama perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna.


(51)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris, dilakukan untuk mengetahui stabilitas warna RAPP yang direndam dalam pembersih gigitiruan dari ekstrak buah lerak 0,01%.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan RAPP yang dibuat dalam bentuk lempeng uji dengan ukuran diameter 50mm dan ketebalan 0,5mm. Sampel dibuat mengikuti spesifikasi ADA No.12 untuk mengevaluasi perubahan warna yang lebih akurat.7

0,5mm

Gambar 4. Sampel penelitian

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut: (t – 1) (r – 1) > 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan


(52)

r : jumlah ulangan

Dalam penelitian ini, terdapat 10 kelompok perlakuan yaitu RAPP yang direndam dalam akuades selama 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, 7 hari dan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak buah lerak 0,01% selama 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari, 7 hari . Maka t = 10 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

(10-1) (r-1) ≥ 15 9 (r-1) ≥ 15 9r-9 ≥ 15

9r ≥ 15+9 9r ≥ 24 r ≥ 24/9 r ≥ 2,67, r = 5

Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 5 buah. Maka total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 sampel (10 kelompok), yang terdiri atas 2 kelompok sampel untuk perendaman selama 2 hari, 2 kelompok sampel untuk perendaman selama 3 hari, 2 kelompok sampel untuk perendaman selama 4 hari, 2 kelompok sampel untuk perendaman selama 5 hari dan 2 kelompok sampel untuk perendaman selama 7 hari.

4.3Variabel Penelitian

4.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas

Resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01% selama 2 hari, 3 hari, 4 hari, 5 hari dan 7 hari.

3.3.1.2 Variabel Terikat Stabilitas warna RAPP


(53)

3.3.1.3 Variabel Terkendali 1. Ukuran lempeng uji 2. Model induk

3. Perbandingan adonan dan waktu pengadukan gips keras 4. Perbandingan adonan RAPP

5. Suhu dan waktu proses kuring 6. Tekanan pres hidrolik

7. Suhu dan waktu perendaman 8. Peneliti yang sama

4.3.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

No. Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

1 Resin akrilik

polimerisasi panas

Bahan basis gigitiruan jenis poli(metil) metakrilat yang polimerisasinya dengan pemanasan. (QC-20, Inggris)

- -

2 Ekstrak buah

lerak 0,01%

Ekstrak buah lerak kental sebanyak 10 mg yang dilarutkan dalam alkohol 96% sebanyak 100 ml sehingga menjadi larutan ekstrak buah lerak 0,01%15

- Pipet ukur

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat

No. Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

1 Stabilitas warna Warna resin akrilik setelah perendaman ekstrak lerak 0,01% selama 7 hari dan diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis

Ratio UV-Vis

Spektrofoto meter UV Mini 1240 Shimadzu,


(54)

Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali

No. Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur 1 Ukuran lempeng uji Lempeng uji terbuat dari resin

akrilik polimerisasi panas, diperoleh dari model induk yang terbuat dari logam dengan ukuran diameter 50mm dan ketebalan 0,5mm7

- Jangka dan

penggaris

2 Model induk Terbuat dari logam dengan

ukuran diameter 50mm dan ketebalan 0,5mm

- Jangka dan

penggaris 3 Perbandingan adonan

dan waktu pengadukan gips keras

Perbandingan antara jumlah gips:air. Kuvet atas=200 gram gips : 120 ml air, Kuvet bawah= 250 gram gips : 150 ml air. Waktu yang digunakan untuk mengaduk gips dengan spatula 15 detik kemudian dilanjutkan dengan

vacuum mixer 30 detik15

- Sendok

Takar dan Wadah Air

4 Perbandingan adonan resin akrilik

Perbandingan antara jumlah polimer : monomer yang digunakan pada penelitian yaitu 2 gram polimer : 1 ml monomer

- Sendok

Takar dan Wadah Air

5 Suhu dan proses

kuring

Waktu yang diperlukan untuk polimerisasi yaitu pada suhu 700C dibiarkan selama 90 menit, kemudian dinaikkan menjadi 1000C dibiarkan 30 menit dengan menggunakan waterbath

- Termometer

dan Stopwatch

6 Tekanan pres hidrolik Tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas menggunakan pres hidrolik dengan tekanan pertama mencapai 1000 psi dan penekanan akhir sampai 2200 psi.15

- Pres hidrolik

(OL 57

Manfredi,

Italia)

7 Suhu dan waktu

perendaman

Suhu dan waktu yang digunakan untuk mengukur stabilitas warna yaitu 37oC selama 7 hari.

- Termometer

dan Stopwatch

8 Peneliti yang sama Operator yang melakukan

penelitian adalah orang yang sama


(55)

3.4Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian terdiri dari tempat pembuatan ekstrak buah lerak, tempat pembuatan sampel, dan tempat pengujian sampel.

3.4.1.1 Tempat Pembuatan Ekstrak Buah Lerak Laboratorium Tanaman Obat Fakultas Farmasi USU

3.4.1.2 Tempat Pembuatan Sampel

1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU.

2. Laboratorium Departemen Prostodonsia FKG USU.

3.4.1.3 Tempat Pengujian Sampel

Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU.

3.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2014.

3.5Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

1. Model induk dari logam dengan ukuran diameter 50mm dan ketebalan 0,5mm.

2. Kuvet untuk menanam model (Smic, Cina) 3. Mangkuk karet dan spatula

4. Pres hidrolik (OL 57 Manfredi, Italia)

5. Water bath model 1 H (Filli Manfredi, Italia) 6. Lekron mass (Smic, Cina)


(56)

7.Semen spatel 8. Pipet tetes 9. Pot akrilik

10. Gelas beker (Pyrex®, Jepang)

11. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italia) 12. Unit kuring (Fili Manfredi, Italia)

13. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Jerman) 14. Mikromotor (Strong, Korea)

15. Straight Handpiece (Strong, Korea) 16. Bur fraser

17. Mandril 18. Penggaris besi 19. Stopwatch

20. Wadah perendaman larutan pembersih

21. UV-Vis Spektrofotometer UV Mini 1800 Shimadzu, Jepang 22. Pisau

23. Blender

24. Botol penyimpan 25. Corong buchner 26. Rotavapor 27. Vaccum pump 28. Alat penyaring

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20,Inggris) 2. Cold mould seal (QC 20, Inggris)

3. Gips keras

4. Vaselin untuk bahan separasi 5. Plastik selopan


(57)

7. Kertas pasir waterproof dengan ukuran 600 8. Buah lerak

9. Alkohol 70% 10. Alkohol 96%

11. Kertas saring (Whatman No.24) 12. Xylene

3.6Cara Penelitian

3.6.1 Pembuatan Ekstrak Buah Lerak 0,01% 1. Buah lerak dicuci bersih di bawah air mengalir.

2. Daging buah lerak dipotong kecil-kecil dan dibuang bijinya, ditimbang sebanyak 300 gram.

3. Daging buah yang telah dipotong dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur ± 40oC sampai dapat diremas rapuh (simplisia).

4. Simplisia dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian diayak. 5. 30 gram simplisia direndam dalam 300 ml alkohol 70%, disimpan dalam wadah tertutup dan dibiarkan selama 24 jam (proses maserasi).

6. Hasil rendaman simplisia dipindahkan ke dalam perkolator yang telah dilapisi kertas saring whatman.

7. Tuangkan alkohol 70% sebanyak 200ml, perkolator ditutup. 8. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan ± 20 tetes/menit.

9. Dengan rotavapor digunakan untuk memisahkan antara pelarut dan ekstraknya hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsistensi seperti madu.

8. Dengan bantuan vaccum pump untuk menarik sisa air yang tersisa selama 5 jam sampai kental

10. Ekstrak kental sebanyak 150 gram disimpan dalam wadah kaca yang tertutup dan tempat sejuk.


(58)

11. Pengenceran 10 mg ekstrak kental buah lerak yang telah berbentuk pasta dilarutkan ke dalam 100 ml alkohol 96% sehingga diperoleh larutan ekstrak buah lerak 0,01%.

Gambar 5. Buah lerak Gambar 6. Potongan buah lerak

Gambar 7. Potongan buah lerak yang Gambar 8. Alat penyaring sudah kering


(59)

dengan alkohol 70% kertas saring Whatman No. 24

3.6.2 Pembuatan Sampel

Sampel dibuat dari resin akrilik polimerisasi panas, yang diperoleh dari model induk terbuat dari logam dengan ukuran diameter 50 mm dan ketebalan 0,5 mm.

3.6.2.1 Pembuatan Mold

1. Membuat adonan gips, untuk kuvet atas=200 gram gips : 100 ml air, kuvet bawah=250 gram gips : 150 ml air.

2. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik kemudian dilanjutkan dengan vacuum mixer selama 30 detik.

3. Seluruh bagian dalam kuvet bawah diolesi dengan vaselin. Adonan dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator.

4. Gips dibiarkan beberapa menit.

5. Model induk diletakkan setinggi permukaan adonan gips dalam kuvet bawah, satu buah kuvet berisi 1 model induk.

6. Gips dirapikan dan diamkan sampai gips mengeras selama 60 menit.

7. Permukaan gips dan model induk diolesi vaselin lalu kuvet atas diisi dengan adonan gips diatas vibrator.

9. Diamkan selama 60 menit hingga gips keras, kuvet dibuka, model induk diangkat dengan menggunakan lekron

10. Mold yang didapat disirami air panas sampai bersih untuk membuang vaselin yang tersisa.

11. Setelah kering, permukaan gips keras pada kuvet bawah dan kuvet atas diolesi dengan cold mould seal, tunggu selama 20 menit (sesuai dengan petunjuk pabrik).


(60)

Gambar 11. Mold yang dihasilkan

3.6.2.2 Pengisian Resin Akrilik Pada Mold

1. Monomer dituang ke dalam pot porselen dan polimer dimasukkan dengan perbandingan polimer : monomer sebesar 2 : 1, lalu diaduk perlahan-lahan dengan menggunakan spatula semen sampai polimer dan monomer tercampur dengan baik dan homogen. Adonan didiamkan kira-kira selama waktu yang dianjurkan pabrik, sampai tidak lengket yaitu dough stage dan tidak menempel pada dinding pot porselen.

2. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan ke dalam mold yang berada pada kuvet bawah.

3. Plastik selopan diletakkan diantara kuvet atas dan bawah, kemudian kuvet ditutup dan ditekan dengan menggunakan pres hidrolik dengan tekanan 1000 psi.

4. Kuvet dibuka dan kelebihan akrilik dipotong dengan lecron mass, lalu kuvet ditutup kembali.

5. Dilakukan penekanan kedua dengan tekanan 2200 psi, prosedur diulang, lalu baut dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah agar dapat beradaptasi dengan baik, kemudian dibiarkan selama 15 menit.


(61)

Gambar 12. Pengisian resin akrilik pada mold

3.6.2.3 Kuring

Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath. Pada tahap pertama, diatur suhu 70oC dan dibiarkan selama 90 menit. Selanjutnya suhu dinaikkan menjadi 100oC dan dibiarkan selama 30 menit. Kuvet dibiarkan hingga mencapai suhu kamar.

Gambar 13. Waterbath (Fili Manfredi, Italia)


(62)

3.6.2.4 Penyelesaian

Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu kelebihan akrilik dibuang dan dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur fraser dan sampel dihaluskan dengan kertas amplas waterproof berukuran 1000.

3.6.3 Perendaman Sampel

a) Seluruh sampel direndam dalam akuades pada suhu 37 oC selama 50 jam untuk menghilangkan monomer sisa lalu dikeringkan.52

b) Sampel dibagi menjadi 10 kelompok, yaitu yaitu 5 kelompok kontrol dan 5 kelompok ekstrak buah lerak 0,01%:

- Sampel kontrol yang direndam dalam akuades selama 2 hari (A) - Sampel kontrol yang direndam dalam akuades selama 3 hari (B) - Sampel kontrol yang direndam dalam akuades selama 4 hari (C) - Sampel kontrol yang direndam dalam akuades selama 5 hari (D) - Sampel kontrol yang direndam dalam akuades selama 7 hari (E) - Sampel yang direndam dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01%

selama 2 hari (F)

- Sampel yang direndam dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01% selama 3 hari (G)

- Sampel yang direndam dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01% selama 4 hari (H)

- Sampel yang direndam dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01% selama 5 hari (I)

- Sampel yang direndam dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01% selama 7 hari (J)

c) Setelah itu, sampel dikeluarkan dan dibiarkan sampai kering, lalu dilakukan pengujian stabilitas warna untuk kelompok A, B, C, D, E, F, G, H, I dan J.


(63)

Gambar 14. Sampel kontrol yang Gambar 15. Sampel yang direndam direndam dalam akuades dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01%

3.6.4 Pengukuran Stabilitas Warna Sampel

Pengukuran perubahan warna pada penelitian ini adalah dengan menggunakan alat UV-Vis Spektrofotometer UV Mini 1800 Shimadzu.

1. Setelah direndam, sampel dikeluarkan dan dibiarkan sampai kering, lalu dilakukan pengujian stabilitas warna.

2. Sampel yang berdiameter 50 mm dan tebal 0,5 mm dibuat menjadi serpihan kecil dengan menggunakan bur fraser.

3. Sampel yang telah menjadi serpihan kecil, kemudian dicampur pelarut xylene dengan perbandingan serpihan dan pelarut 0,6 gr : 20 ml dan dimasukkan dalam wadah tabung transparan.

4. Larutan ditempatkan pada alat pengukur, sumber cahaya ultraviolet dijatuhkan melewati sampel.


(64)

5. Cahaya yang dipantulkan ke wadah tabung transparan akan diserap dan dideteksi oleh detektor kemudian ditransfer ke komputer untuk terjemahan pengukuran panjang gelombang dalam satuan nm dan nilai absorbansi.

6. Kemudian dilakukan perhitungan pada jumlah intensitas cahaya sebelum dan setelah melewati sampel untuk menentukan panjang gelombang dan pengukuran nilai absorbansi untuk mengukur jumlah zat warna dalam sampel. Pada dasarnya, untuk panjang gelombang, makin terang warna sampel berarti sampel makin memantulkan cahaya dan makin gelap warna sampel berarti sampel makin menyerap cahaya. Sedangkan untuk absorbansi, makin memudarnya warna sampel berarti jumlah zat warna dalam sampel berkurang dan makin kecil nilai absorbansi.

7. Hasil yang didapat merupakan pengukuran panjang gelombang dan nilai absorbansi yang merupakan ukuran jumlah zat warna dalam sampel.47

Gambar 16. Sampel yang dibuat Gambar 17. UV-Vis Spektrofotometer menjadi serpihan kecil UVMini 1800 Shimadzu


(65)

transparan Spektrofotometer UV Mini 1800 Shimadzu

Gambar 20. Penempatan resin akrilik polimerisasi panas yang telah dilarutkan pada botol kecil

3.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan SD (standar deviasi) masing-masing kelompok.

2. Uji t-independen untuk mengetahui perbedaan stabilitas warna basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak buah lerak 0,01% pada masing-masing kelompok waktu.

3. Analisis one way ANOVA untuk mengetahui pengaruh lama perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan ekstrak buah lerak 0,01% selama 2, 3, 4, 5 dan 7 hari terhadap stabilitas warna.


(1)

Uji Normalitas Data Kelompok 4 Hari

Tests of Normality

Kelompok 4 hari Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Perubahan Warna 4

hari dimension1

1 ,141 5 ,200* ,979 5 ,928

2 ,208 5 ,200* ,951 5 ,742

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

T-Test

Group Statistics Kelompok 4 hari

N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Perubahan Warna 4

hari dimension1

1 5 ,012320 ,0001924 ,0000860 2 5 ,026960 ,0006877 ,0003076

Uji Normalitas Data Kelompok 5 Hari

Tests of Normality

Kelompok 5 hari Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Perubahan Warna 5

hari dimension1

1 ,175 5 ,200* ,974 5 ,899

2 ,173 5 ,200* ,991 5 ,984

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance. T-Test

Group Statistics Kelompok 5 hari

N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Perubahan Warna 5

hari dimension1

1 5 ,011680 ,0002387 ,0001068 2 5 ,028940 ,0007403 ,0003311


(2)

Uji Normalitas Data Kelompok 7 Hari

Tests of Normality

Kelompok 7 hari Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Perubahan Warna 7

hari dimension1

1 ,128 5 ,200* ,994 5 ,992

2 ,178 5 ,200* ,969 5 ,867

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance. T-Test

Group Statistics Kelompok 7hari

N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Perubahan Warna

7hari dimension1

1 5 ,010720 ,0004604 ,0002059 2 5 ,031440 ,0004450 ,0001990 Test of Homogeneity of Variances

Perubahan Warna Lerak Levene

Statistic df1 df2 Sig.

,705 4 20 ,598

ANOVA Perubahan Warna Lerak

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,000 4 ,000 199,146 ,000

Within Groups ,000 20 ,000


(3)

Multiple Comparisons Perubahan Warna Lerak

LSD

(I) Kelompok Lerak

(J) Kelompok

Lerak Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound dimension2 2 dimension3

3 -,0013000* ,0003600 ,002 -,002051 -,000549 4 -,0043200* ,0003600 ,000 -,005071 -,003569 5 -,0063000* ,0003600 ,000 -,007051 -,005549 7 -,0088000* ,0003600 ,000 -,009551 -,008049 3

dimension3

2 ,0013000* ,0003600 ,002 ,000549 ,002051 4 -,0030200* ,0003600 ,000 -,003771 -,002269 5 -,0050000* ,0003600 ,000 -,005751 -,004249 7 -,0075000* ,0003600 ,000 -,008251 -,006749 4

dimension3

2 ,0043200* ,0003600 ,000 ,003569 ,005071 3 ,0030200* ,0003600 ,000 ,002269 ,003771 5 -,0019800* ,0003600 ,000 -,002731 -,001229 7 -,0044800* ,0003600 ,000 -,005231 -,003729 5

dimension3

2 ,0063000* ,0003600 ,000 ,005549 ,007051 3 ,0050000* ,0003600 ,000 ,004249 ,005751 4 ,0019800* ,0003600 ,000 ,001229 ,002731 7 -,0025000* ,0003600 ,000 -,003251 -,001749 7

dimension3

2 ,0088000* ,0003600 ,000 ,008049 ,009551 3 ,0075000* ,0003600 ,000 ,006749 ,008251 4 ,0044800* ,0003600 ,000 ,003729 ,005231 5 ,0025000* ,0003600 ,000 ,001749 ,003251 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.


(4)

(5)

(6)