massa dan detektor yang spesifik seperti detektor UV-vis, detektor fluorosensi, dan detektro elektrokimia. Detektor yang paling sering digunakan ialah detektor
UV-vis. Cara kerja detektor ini didasarkan atas penyerapan radiasi ultraviolet dan sinar tampak pada kisaran panjang gelombang 190-800 nm oleh molekul yang
memiliki struktur atau gugus kromoforik Snyder, dkk, 2010.
F. Parameter Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis merupakan suatu proses untuk menilai suatu metode dan membuktikan bahwa metode tersebut sudah cocok untuk tujuan
analisisnya. Penilaian tersebut dapat dilihat dengan menggunakan parameter- parameter tertentu berdasarkan percobaan di laboratorium Harmita, 2004.
Parameter-parameter yang digunakan pada proses validasi metode analisis sangat beragam tergantung tipe prosedur yang digunakan. Tipe prosedur yang
digunakan ada tiga, yaitu : a
Kategori I : metode analitik untuk penentuan bahan baku obat atau bahan aktif pada hasil akhir farmasetika.
b Kategori II : metode analitik untuk penentuan campuran dalam bahan baku
atau komponen sisa pada produk akhir farmasetika. c
Kategori III : metode analitik untuk penentuan performa karakteristik obat disolusi, pelepasan obat Harmita, 2004.
Tabel II. Parameter validasi untuk tiap tipe prosedur Ahuja dan Dong, 2005.
1.
Akurasi
Akurasi merupakan suatu prosedur analisis untuk melihat ketelitian metode analisis atau kesesuaian antara nilai yang diperoleh dari hasil analisis dan
nilai sebenarnya Ermer dan Miller, 2005. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali. Akurasi dapat
ditentukan dengan dua cara, yaitu metode simulasi spiked-placebo recovery dan metode penambahan baku standard addition method. Metode penambahan baku
dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah baku ke dalam sampel. Sebelumnya sampel telah dianalisis terlebih dahulu. Selisih kedua hasil yang
didapat dibandingkan dengan kadar sebenarnya baku yang ditambahkan Harmita, 2004.
Tabel III. Nilai recovery yang diperbolehkan untuk setiap kadar analit Gonzalez dan Herrador, 2007.
2.
Presisi
Presisi merupakan prosedur analisis untuk melihat derajad kesesuaian hasil uji individual beberapa penginjeksian suatu seri standard. Presisi diukur
sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif. Presisi dapat dilakukan pada tiga tingkatan yang berbeda, yaitu keterulangan repeatability, presisi antara
intermediate precision, dan ketertiruan reproducibility Gandjar dan Rohman, 2010.
Presisi terdiri dari dua komponen, yaitu keterulangan dan presisi antara intermediate precision. Keterulangan merupakan variasi yang dirasakan oleh
satu analis pada satu instrument. Keterulangan tidak membedakan antara variasi instrument atau sistem dan proses preparasi sampel. Keterulangan dilakukan
dengan cara menganalisis beberapa replikasi sampel dengan menggunakan metode analisis. Kemudian dihitung simpangan baku relatifnya koefisien variasi.
Intermediate precision merupakan variasi yang terjadi pada saat kerja di laboratorium, seperti hari berbeda, instrument berbeda, dan analis yang berbeda.
Sebelumnya hal ini dikenal dengan ketangguhan ruggednes Snyder, dkk., 2010.
Kriteria seksama diberikan jika metode analisis memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi sebesar 2 atau kurang. Akan tetapi kriteria ini
dapat berubah sesuai dengan konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium Harmita, 2004.
Tabel IV. Kriteria penerimaan presisi untuk setiap kadar analit Gonzalez dan Herrador, 2007.
3.
Selektivitas atau spesifisitas
Selektivitas atau spesifisitas menggambarkan kemampuan suatu metode analisis untuk mengukur analit yang diinginkan secara tepat dan spesifik pada
matriks sampel. Pada matriks sampel ada kemungkinan terdapat komponen- komponen lainnya. Komponen-komponen lain yang mungkin terdapat di dalam
matriks sampel, yaitu pengotor, dan lain lain Ermer dan Miller, 2005. Spesifisitas suatu metode analisis dapat diketahui dengan cara melihat
resolusi dari peak yang dihasilkan pada suatu kromatogram. Ini merupakan salah
satu cara untuk mengetahui spesifisitas metode analisis. Nilai resolusi yang dianjurkan harus mendekati atau lebih dari 1,5 Snyder, dkk., 2010.
4.
Linearitas
Linearitas menggambarkan kemampuan suatu metode analisis untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional terhadap konsentrasi
analit di dalam sampel. Pengukuran linearitas dapat dilakukan langsung pada analit atau dapat dilakukan pada sampel yang telah ditambah analit. Linearitas
dapat dilihat dengan dua cara, yaitu secara evaluasi visual dan secara statistika menggunakan regresi linear Ermer dan Miller, 2005.
Pengukuran linearitas dilakukan dengan cara membuat seri baku terlebih dahulu. Seri baku yang dibuat biasanya memiliki rentang antara 50-150 kadar
analit di dalam sampel. Suatu metode analisis dikatakan linear apabila memenuhi persyaratan nilai koefisien korelasi r
≥ 0,999. Pembuatan kurva baku yang akan digunakan untuk perhitungan kadar zat sampel dapat dilakukan dengan tiga
macam teknik standar. Teknik standar tersebut, yaitu standar eksternal, standar internal, dan standar adisi Snyder, dkk., 2010.
Standar internal merupakan teknik standar yang menggunakan bahan lain selain analit. Standar internal digunakan untuk mengkompensasi hilangnya
sampel pada saat ekstraksi dilakukan. Pada saat menggunakan standar internal dalam metode analisis tetap digunakan standar eksternal. Standar internal
ditambahkan ke dalam seri baku standar eksternal yang telah dibuat dengan konsentrasi yang tetap Ahuja dan Dong, 2005.
5.
Rentang
Rentang merupakan interval antara batas terendah dan tertinggi analit yang telah memenuhi persyaratan keakuratan, keseksamaan, dan lineritas Harmita,
2004. Rentang kerja dari suatu metode analisis didapatkan dari hasil karakteristik validasi yang didapatkan pada bagian akurasi, presisi, dan lineritas Ermer dan
Miller, 2005.
G. Landasan Teori