pengukuran yang didapatkan ini masih memenuhi persyaratan toleransi pengukuran
λmaksimum. Penentuan panjang gelombang pengamatan berdasarkan analisis hasil
pengukuran λmaksimum nikotin dan asetanilida. Panjang gelombang pengamatan
yang dipilih ialah 260 nm. Pemilihan ini berdasarkan λmaksimum dari nikotin.
Menurut Gandjar dan Rohman 2010, pada λmaksimum, kepekaan yang
didapatkan juga maksimum karena perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
Pada penelitian ini, nikotin merupakan analit yang diukur di dalam sampel sehingga konsentrasinya dapat berubah-ubah, oleh karena itu untuk meningkatkan
kepekaan pengukuran nikotin digunakan λmaksimum nikotin, yaitu 260 nm.
Sedangkan asetanilida pada penelitian ini digunakan sebagai standar internal, konsentrasi asetanilida diketahui dan tidak berubah-ubah sehingga tidak masalah
apabila tidak digunakan λmaksimum asetanilida.
D. Proses Ekstraksi Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah rokok “Merek X”. Rokok mengandung senyawa multikomponen sehingga perlu adanya proses
ekstraksi yang tepat untuk mengekstraksi nikotin dari dalam rokok. Ekstraksi sampel dilakukan dengan dua cara, yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-
cair. Pada ekstraksi padat-cair, sampel rokok diestraksi menggunakan etanol. Hal ini bertujuan untuk mengambil nikotin yang ada pada sampel. Pada tahap ini tidak
hanya nikotin saja yang terekstraksi, tetapi senyawa-senyawa lain yang larut
dalam etanol akan ikut terekstraksi. Penambahan asetanilida dilakukan sebelum ekstraksi dimulai dan digunakan sebagai standar internal.
Pada ekstraksi cair-cair, cairan ekstrak etanolik yang telah diuapkan ditambahkan aquabidest, larutan KOH 0,1, dan kloroform. Penambahan ketiga
larutan tersebut akan membentuk dua lapisan yang tidak saling campur, yaitu lapisan aquabides dan lapisan kloroform. Penambahan larutan KOH 0,1
dilakukan untuk menciptakan suasana basa pada campuran aquabides dan kloroform dengan pH 8. Pada pH ini senyawa nikotin akan lebih banyak berada
dalam bentuk unprotonated dibandingkan bentuk monoprotonated, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 13. Hubungan derajat protonasi nikotin dengan pH Geiss dan Kotzias, 2007.
Bentuk unprotonated nikotin yang lebih banyak ini akan memudahkan senyawa ini terlarut ke dalam pelarut non polar, yaitu kloroform karena bentuk
unprotonated nikotin
bersifat lebih
non polar
dibandingkan bentuk
Unprot onat ed M onoprot onat ed
Diprot onat ed
Persen
pH
monoprotonated nikotin. Pada ekstraksi cair-cair ini, senyawa-senyawa yang bersifat polar akan terdistribusi ke dalam aquabides, sedangkan senyawa-senyawa
yang bersifat non polar akan terdistribusi ke dalam kloroform. Pada tahap ini dilakukan pencampuran menggunakan vortex dan sentrifugasi menggunakan
sentrifuge. Pencampuran menggunakan vortex dilakukan selama 30 detik agar terjadi distribusi senyawa polar dan non polar ke dalam pelarut polar dan pelarut
non polar. Sentrifugasi dilakukan selama 24 menit dengan kecepatan putar 4000 rpm. Prinsip dari sentrifugasi ialah untuk memisahkan senyawa-senyawa
berdasarkan bobot molekulnya dengan bantuan kecepatan putar dan gravitasi. Tujuan ekstraksi cair-cair pada penelitian ini ialah untuk proses cleaning up analit
dari senyawa-senyawa lain yang terdapat di dalam ekstrak rokok. Sampel kering ekstrak etanol fraksi kloroform siap diinjeksikan setelah dilarutkan ke dalam
metanol 30.
E. Waktu Retensi Nikotin dan Asetanilida