monoprotonated nikotin. Pada ekstraksi cair-cair ini, senyawa-senyawa yang bersifat polar akan terdistribusi ke dalam aquabides, sedangkan senyawa-senyawa
yang bersifat non polar akan terdistribusi ke dalam kloroform. Pada tahap ini dilakukan pencampuran menggunakan vortex dan sentrifugasi menggunakan
sentrifuge. Pencampuran menggunakan vortex dilakukan selama 30 detik agar terjadi distribusi senyawa polar dan non polar ke dalam pelarut polar dan pelarut
non polar. Sentrifugasi dilakukan selama 24 menit dengan kecepatan putar 4000 rpm. Prinsip dari sentrifugasi ialah untuk memisahkan senyawa-senyawa
berdasarkan bobot molekulnya dengan bantuan kecepatan putar dan gravitasi. Tujuan ekstraksi cair-cair pada penelitian ini ialah untuk proses cleaning up analit
dari senyawa-senyawa lain yang terdapat di dalam ekstrak rokok. Sampel kering ekstrak etanol fraksi kloroform siap diinjeksikan setelah dilarutkan ke dalam
metanol 30.
E. Waktu Retensi Nikotin dan Asetanilida
Waktu retensi merupakan waktu yang dibutuhkan oleh suatu senyawa untuk meninggalkan kolom sehingga dapat dideteksi oleh detektor. Waktu retensi
dapat digunakan sebagai salah satu parameter analisis kualitatif karena tiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
interaksi yang terjadi dari senyawa tersebut dengan fase diam dan fase gerak yang digunakan. Waktu retensi senyawa akan menjadi lebih singkat apabila
interaksinya dengan fase gerak lebih kuat dibandingkan dengan fase diam. Begitu
pula sebaliknya, waktu retensi senyawa menjadi lebih lama apabila interaksinya dengan fase diam lebih kuat dibandingkan dengan fase gerak.
Pada penelitian ini fase diam yang digunakan merupakan oktil silika C
8
yang bersifat lebih non polar dibandingkan fase geraknya metanol:ammonium asetat 10mM + TEA 0,1 70:30. Senyawa yang akan dianalisis ialah nikotin
dan asetanilida. Berdasarkan struktur molekulernya, asetanilida bersifat lebih polar dibandingkan dengan nikotin. Hal ini dikarenakan gugus heteroatom pada
asetanilida lebih banyak dibandingkan dengan nikotin. Asetanilida memiliki dua heteroatom N dan O, sedangkan nikotin hanya memiliki satu heteroatom N.
Selain itu apabila dilihat dari nilai polar surface area berdasarkan pada Anonim
b
2013, nikotin memiliki nilai sebesar 16,13, sedangkan asetanilida memiliki nilai sebesar 29,10. Hal ini menunjukkan bahwa asetanilida bersifat lebih polar
dibandingkan dengan nikotin.
Gambar 14. Bagian polar dan non polar pada nikotin dan asetanilida
Nikotin Asetanilida
Keterangan : Polar
: Non polar :
Keterangan : Polar
: Non polar :
Gambar 15. Kromatogram baku nikotin dan asetanilida
Gambar 15 di atas menunjukkan hasil pemisahan yang terjadi antara baku nikotin dan asetanilida. Asetanilida memiliki t
R
sebesar 3,645 menit, sedangkan nikotin memiliki t
R
sebesar 4,638 menit. Hal ini membuktikan bahwa asetanilida bersifat lebih polar dibandingkan dengan nikotin karena memiliki t
R
yang lebih singkat. Selain faktor kepolaran senyawa, waktu retensi nikotin dan asetanilida
juga ditentukan oleh koefisien distribusi D, semakin besar nilai D maka semakin lambat migrasi analit karena afinitas relatif analit diantara dua fase fase diam dan
fase gerak lebih besar pada fase diam. Berdasarkan hasil penelitian Antonius 2013, koefisien distribusi asetanilida sebesar 0,0150 dan koefisien distribusi
nikotin sebesar 0,0298, oleh karena itu waktu retensi asetanilida lebih singkat dibandingkan waktu retensi nikotin.
F. Pembuatan Kurva Baku