35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan validitas metode KCKT fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak etanolik rokok dengan
melihat parameter-parameter validasi, yaitu selektivitas, linearitas, akurasi, dan presisi. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan rentang kadar
sampel yang memenuhi parameter linearitas, akurasi, dan presisi yang baik. Metode KCKT fase terbalik dipilih sebagai metode analisis karena dapat
memisahkan senyawa multikomponen yang terdapat pada ekstrak rokok dan sekaligus mengkuantifikasinya.
A. Pemilihan Komponen Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini ialah campuran antara metanol dan ammonium asetat 10 mM dengan penambahan TEA sebanyak 0,1
dengan perbandingan 70:30. Fase gerak ini merupakan hasil optimasi fase gerak dari penelitian sebelumnya yang menghasilkan pemisahan yang optimal
Antonius, 2013. Metanol digunakan dalam komponen fase gerak karena metanol dapat
melarutkan nikotin dan asetanilida. Penambahan ammonium asetat berdasarkan pada Anonim
a
2012 yang menggunakan sistem KCKT dengan detektor UV-Vis 260 nm, kecepatan alir 1,0 mLmenit, kolom C
18
, fase gerak ammonium asetat 10 mM dalam metanol untuk memisahkan nikotin dan turunannya. Selain itu
ammonium asetat berfungsi mengatur pH fase gerak menjadi kurang dari 8 Snyder, dkk., 2010. Trietilamin TEA 0,1 ditambahkan ke dalam ammonium
asetat dengan tujuan untuk menutup gugus-gugus silanol bebas yang masih ada di dalam kolom C
8
sehingga peristiwa peak tailing dapat diminimalisir. Penutupan gugus silanol oleh TEA berdasarkan interaksi ionik yang terjadi di antara kedua
senyawa tersebut.
Si
O
NH
CH
2
H
2
C CH
3
CH
3
H
2
C CH
3
Gambar 9. Interaksi ionik antara silanol dan TEA Schug dan Taylor, 2012
B. Pembuatan Larutan Baku Nikotin dan Asetanilida
Larutan baku nikotin dibuat dengan cara melarutkan sejumlah tertentu baku nikotin ke dalam pelarut. Pelarut yang digunakan ialah metanol. Metanol
dipilih sebagai pelarut baku nikotin karena dapat melarutkan nikotin dan dapat bercampur dengan fase gerak yang digunakan. Hal ini sesuai dengan syarat yang
dianjurkan oleh Snyder, dkk 2010 bahwa pelarut analit yang digunakan harus dapat bercampur dengan fase gerak yang digunakan.
Seri baku nikotin dibuat dalam lima tingkat konsentrasi. Pada seri baku tersebut ditambahkan standar internal dalam konsentrasi tetap ke dalamnya.
Penggunaan standar internal ini biasanya digunakan untuk metode analisis yang membutuhkan proses preparasi sampel yang panjang. Standar internal yang
silanol TEA
digunakan ialah asetanilida. Asetanilida dipilih sebagai standar internal karena dapat terpisah sempurna dengan peak analit, tidak terdapat di sampel rokok, dan
memiliki kemiripan struktur kimiawi dengan analit sehingga diharapkan dapat menyerupai perilaku analit di setiap tahap preparasi sampel. Seri konsentrasi baku
nikotin yang dibuat yaitu 20, 40, 60, 80, dan 100 µgmL dengan penambahan asetanilida sebesar 10 µgmL.
C. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan Nikotin dan Asetanilida