Akses dan Layanan Bantuan Hukum a.
                                                                                [Type text] Setelah  UU  Bantuan  Hukum  berlaku  dan  mendapat  akreditasi,  OBH  kampuspun  mulai
memberikan layanan bantuan hukum litigasi. OBH kampus bekerja sama dengan advokat di luar kampus  untuk  penyediaan  tenaga  advokat  dalam  kasus  litigasi.
106
Pemberian  layanan  bantuan hukum  litigasi  juga  dijadikan  kesempatan  bagi  dosen  fakultas  hukum  untuk  mendapapatkan
pengalaman praktik hukum di pengadilan.
107
b. Persyaratan administratif dalam pemberian layanan bantuan hukum Bagi  semua  OBH  yang  terakreditasi,  untuk  bisa  menyerap  dan  menggunakan  anggaran
bantuan  hukum  yang  dialokasikan  untuk  mereka  perlu  terlebih  dahulu  menyediakan  dan mengajukan  berkas-berkas  yang  menjadi  persyaratan  administrasi  pengajuan  dana  bantuan
hukum. Sitem pendanaan yang digunakan adalah sistem reimbursment yang artinya penyaluran dana  bantuan  hukum  baru  diberikan  setelah  kegiatan  bantuan  hukum  dilakukan  dan  OBH
melaporkannya disertai dengan berkas-berkas pendukung.
108
Apa yang dimaksud dengan berkas pendukung pada bantuan hukum litigasi adalah berkas- berkas  yang  digunakan  dan  terkait  dengan  penanganan  perkara  seperti,  surat  kuasa,  eksepsi,
pembelaan,dan putusan. Sedangkan pada bantuan hukum non-litigasi, berkas-berkas pendukung disesuaikan dengan jenis kegiatan non-litigasi yang diajukan, misalnya daftar kepanitiaan acara
penyuluhan hukum, dan laporan hasil investigasi hukum. Terkait berkas-berkas pendukung dan pengajuan dana, OBH memiliki beberapa permasalahan  sebagai berikut:
a. Permasalahan penyediaan SKTM
106
Ibid.
107
Wawancara dengan perwakilan LKBH Univ. Pendidikan Nasional  30 September 2015.
108
Pasal 27 dan 28 PP No. 42 Tahun 2013.
[Type text] Diantrara berkas-berkas pendukung yang menjadi persyaratan pengajuan dana tersebut, hal
yang  pada  umumnya  menyulitkan  OBH  adalah  persyaratan  Surat  Keterangan  Tanda MiskinSKTM bagi Penerima Bantuan Hukum.
Hal ini disebabkan, karena sebagian besar OBH dalam memberikan layanan bantuan hukum memang  sebelumnya  tidak  SKTM  sebagai  persyaratan.OBH  juga  tidak  mensyaratkan  orang
yang merka dampingiharuslah orang miskinkurang mampu. Permasalahan ini paling terasa bagi OBH  yang  menangani  isu  khusus.Misalnya  adalah  LBH  Singaraja  yang  fokus
menanganipemberian bantuan hukum pada perempuan  yang menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah  Tangga  KDRT.  Dengan  fokus  isu  seperti  itu  tentu  tidak  semua  korban  dampingan
LBH  Singaraja  berlatar  belakang  miskin  sehingga  tidak  masuk  dalam  kategori  Penerima Bantuan  Hukum    dana  UU  Bantuan  Hukum.
109
Hal  ini  menunjukkaqn  UU  bantuan  Hukum memang kurang mengakomodasi kegiatan bantuan hukum yang dilakukan oleh OBH yang fokus
pada isu-isu tertentu. Di  dalam  peraturan  pelaksanaan  UU  bantuan  Hukum,  pemerintah  memang  memberikan
sedikit  kelonggaran  terkait  SKTM.  Sebagai  ganti  SKTM,  Penerima  Bantuan  Hukum  juga  bisa menggunakan Kartu Raskin, Kartu Jamkesmas, Kartu Bantuan Langsung Tunai, atau dokumen
lain.
110
Selain  itu,  ada  juga  ketentuan  mengenai  kewajiban  kepada  lurahkepala  desapejabat setingkat  untuk  mengeluarkan  SKTM  atau  dokumen  lain  untuk  keperluan  penerimaan  bantuan
hukum.
111
109
Wawancara dengan perwakilan LBH Singaraja 15 November 2015.
110
Pasal 8 ayat 1 PP No.42 Tahun 2013.
111
Pasal 9 PP No.42 Tahun 2013.
                                            
                