Identifikasi Masalah implementasi pelaksanaaan undang-undang no 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum di propensi bali.

[Type text] lainnya, baik dengan melakukan pencarian di dalam perpustakaan maupun melakukan pencarian online online research; 2. Wawancara mendalam, yaitu bentuk pengumpulan data dengan cara melakukan tatap muka wawancara dengan pemangku kepentingan. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap beberapas pihak antara lain: tersangka,korban, organisasi bentuan hokum, aparat penegak hokum, kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM, dan pengadilan. [Type text] II. BANTUAN HUKUM 2.1.Kerangka Hukum Bantuan Hukum di Indonesia Sebelum Undang-Undang No. 16 Tahun 2011. Pada tanggal 31 Oktober 2011, Presiden Republik Indonesia resmi mengesahkan Undang-undang pertama yang mengatur khusus tentang Bantuan Hukum, yaitu Undang- Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum UU bantuan Hukum. Jika ditelusuri ke belakang, pemikiran membentuk undang-undang khusus yang mengatur bantuan hokum sebenarnya sudah digagas sejak 1970. yaitu termuat dalam ketentuan penjelasan UU No.14 Tahun 1970 disebutkan bahwa “ Karena pentingnya maka supaya diadakan undang-undang tersendiri tentang ban tuan hokum”. Oleh karena itu pula, bantuan hokum sudah berjalan jauh sebelum UU Bantuan Hukum lahir. Pelaksanaan bantuan hokum pada dasarnya bersumber dari asas kesamaan perlakuan bagi setiap orang di hadapan hokum equality before the law, dan asas praduga tak bersalah presamtion of innocence, yang sebelumnya sudah diakui dalam peraturan dan kebijakan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam melihat kerangka hokum tentang bantuan hokum tidak bisa dilepaskan dari masa waktu sebelum Undang-undang bantuan hokum diberlakukan. Undang-undang dasar 1945 sudah mengakui adanya kedua asas equality before the law dan presumption of innocence. Asas ini tercantum dalam Pasal 27 UUD 1945, yang menyatakan bahwa “ segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum….”. dalam perkembangannya ketentuan itu semakin diperkuat dalam UUD 1945 pasca amandemen, khususnya pada amandemen kedua. Penguatan ini terlihat dalam Pasal 28D