13 Masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain: 1.
Faktor hukumnya sendiri; 2.
Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku
atau diterapkan; 5.
Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
5
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan erat, karena faktor- faktor ini merupakan hakikat dan juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum itu
sendiriyang dalam hal ini juga jika hukum dapat berlaku efektif, maka akan menimbulkan perubahan di dalam masyarakat yang berdampak baik seperti taat
terhadap hukum yang berlaku.
6
b. Teori perlindungan hukum
Kata perlindungan merupakan upaya menempatkan seseorang untuk diberikan kedudukan istimewa. Perlindungan hukum adalah melindungi hak setiap orang untuk
mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang- undang, maka oleh karena itu untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan
5
Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I h. 8.
6
Ibid, h. 9.
14 padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak pula untuk mendapatkan
hukuman yang diperlukan sesuai dengan asas hukum. Menurut Philipus M. Hadjon perlindungan hukum dapat dibagi menjadi dua,
yaitu: 1.
Perlindungan hukum preventif, bahwa perlindungan ini bertujuan mencegah terjadinya sengketa.
2. Perlindungan hukum represif, bahwa perlindungan hukum ini bertujuan
menyelesaikan sengketa.
7
Keselamatan dan kesehatan kerja haruslah diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja. Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat tiga
unsur yaitu adanya suatu usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial, adanya sumber bahaya dan adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus menerus
maupun sewaktu-waktu.
8
Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat
mengakibatkan kecelakaan. Undang-Undang Keselamatan Kerja mengatur dengan jelas tentang kewajiban perusahaan untuk menyediakan tempat kerja dan pekerja
dalam melaksanakan pekerjaan terlindungi dalam keselamatan kerjanya. Terdapat beberapa norma dasar dalam perlindungan tenaga kerja diantaranya
ialah sebagai berikut:
7
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, h.2.
8
Lalu Husni, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, Cetakan ke- 10, Rajawali Pers, Jakarta, selanjutnya disingkat Lalu Husni I h. 148.
15 1.
Norma keselamatan kerja yaitu keselamatan kerja yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja dan proses pengerjaannya, keadaan
tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. 2.
Norma kesehatan kerja yaitu berkaitan dengan pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan dengan mengatur
pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit. 3.
Norma kerja yang berupa perlindungan kepada tenaga kerja yang berkaitan dengan waktu kerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak,
kesusilaan ibadah menurut agama keyakinan masing-masing yang diakui oleh pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan guna memelihara gairah
dan menjaga perlakuan sesuai dengan martabat manusia dan moral.
4. Terhadap tenaga kerja yang mengalami kecelakaan danatau menderita
penyakit kuman akibat perkerjaan berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan danatau penyakit akibat pekerjaan, ahli
warisnya berhak mendapatkan ganti kerugian.
9
Saat ini negara telah memiliki program jaminan sosial yang diperuntukkan
kepada tenaga kerja guna memberikan perlindungan sosial ekonomi. Pengertian Jaminan Sosial berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional selanjutnya disebut Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional ialah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal tersebut sejalan dengan amanat UUD NRI 1945 Pasal 34 ayat 2 yang pada
pokoknya menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan. Dasar hukum jaminan sosial tenaga kerja saat ini masih menggunakan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
9
Kartasapoetra, G. Dan Rience Indraningsih, 1982, Pokok-pokok Hukum Perburuhan, Cetakan I, Armico Bandung, h. 43.
16 selanjutnya disebut Undang-Undang Jamsostek. PT. Jamsostek merupakan badan
yang menyelenggarakan jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995. PT. Jamsostek telah bertransformasi menjadi
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan setelah PT. Jamsostek berubah menjadi badan hukum publik berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selanjutnya disebut Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Berdasarkan Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Jamsostek, program jamsostek meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan
pemeliharaan kesehatan. Kecelakaan kerja adalah resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. Kecelakaan kerja berdasarkan Pasal 1
ayat 6 Undang-Undang Jamsostek adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari arah menuju ke tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa.
1.8. Metode Penelitian