PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA KONTRAK ATAS DASAR KEBUTUHAN PADA DINAS PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN BADUNG DALAM HAL MENJAMIN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA SAAT BERTUGAS.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap manusia berhak untuk mendapatkan sebuah pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dipertegas dalam ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Oleh karena itu Negara mempunyai kewajiban untuk dapat memfasilitasi warga negaranya agar memperoleh pekerjaan yang layak, untuk mewujudkan kewajiban tersebut, Negara memerlukan perencanaan yang matang dalam segala aspek.

Selain itu pekerjaanjuga merupakan kodrat dari manusia itu sendiri, karena saat manusia tersebut mampu bekerja keras, ia dapat dikatakan sebagai manusia yang mempunyai martabat. Pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: a. Pekerjaan dalam arti umum yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan

pisik, baik sementara atau tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan. b. Pekerjaan dalam arti tertentu yaitu pekerjaan yang mengutamakan

kemampuan pisik atau intelektual baik sementara maupun tetap dengan tujuan pengabdian.

c. Pekerjaan dalam arti khusus yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan pisik dan intelektual di bidang tertentu, sifatnya tetap dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan.1

1Abdulkadir Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Cetakan Ketiga, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad I), h. 58.


(2)

Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat disebut tenaga kerja, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut Undang-Undang Ketenagakerjaan). Tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pekerja formal, pekerja informal, dan orang yang belum bekerja atau pengangguran.2

Selain itu tenaga kerja memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional,menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, makaperlu dilakukan keselamatan dan kesehatan kerja karena mengingat dalam menjalankan pekerjaan itu memiliki resiko yang sangat berbahaya seperti kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja telah diatur dalam Undang-UndangNomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (selanjutnya disebut Undang-Undang Keselamatan Kerja). Setiap tenaga kerja berhakmendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas.

Secaramakro berkaitan dengan JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Setiap perusahaan wajib menjamin keselamatan dan kesehatan kerja bagi para tenaga kerjanya berupa alatproduksi yang aman, dan bagi tenaga kerja yang bersangkutan harus menggunakan alat-alat perlindungan diri, alat pemadam kebakaran/tangga darurat, obat-obatan dan fasilitas medis, mesin-mesin produksi harus


(3)

sesuai.Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kondisi dalampekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaanmaupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerjatersebut.

Berdasarkan Pasal86 ayat (1) huruf aUndang-Undang Ketenagakerjaan, setiap tenaga kerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja oleh perusahaan yang mempekerjakannya. Perlindungan tersebut dapat dikatakan telah terlaksana apabila keselamatan dan kesehatan kerja dari setiap tenaga kerja telah terjamin. Perlindungan terhadap tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu pertama adalah perlindungan ekonomis yang berupa perlindungan dalam bentuk penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk dirinya dan keluarganya, kedua adalah perlindungan sosial yang berupa perlindungan yang berkaitan dengan jaminan kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan hak berorganisasi yang tujuannyaadalah agar memungkinkan tenaga kerja tersebut mengenyam dan mengembangkan perikehidupannya sebagai anggota masyarakat, dan yang ketiga adalah perlindungan teknis yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja yang berkaitan dengan usaha untuk menjaga pekerja dari kecelakaan kerja.

Salah satu jenis pekerjaan yang mempunyai resiko kecelakaan kerja yang tinggi bagi pekerjanya khususnya pekerja kontrak yaitu pekerjaan Pemadam Kebakaran. Pemadam Kebakaran adalah petugas yang dilatih dan bertugas untuk menanggulangi kebakaran. Selain itu petugas juga dilatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran, menyelamatkan korban kecelakaanlalu lintas, gedung


(4)

runtuhdan sebagainya. Pemadam kebakaran sendiri memiliki dinas yang dapat disebut dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) sebagai unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran dan bencana yang termasuk dalam dinas gawat darurat seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional.3

Didalam melaksanakan tugasnya sebagai pemadam kebakaran terdapat dua jenis pekerja yaitu pekerja kontrak (non PNS) dan pekerja tetap (PNS). Pekerja kontrak adalah pekerja yang bekerja hanya untuk waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi kerja.Hubungan kerja antara perusahaan dan pekerja kontrak dituangkan dalam “Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)”. Sedangkan pekerja tetap adalah pekerja yang bekerja untuk waktu tidak tertentuberdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi kerja.Hubungan kerja antara perusahaan dan pekerja tetap dituangkan dalam “Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)”.

Meskipun para petugas pemadam kebakaran telah dilengkapi dengan fasilitas berupa pakaian anti-panas atau anti-api dan juga helm serta boot/sepatu khusus dalam melaksanakan tugas, dan biasanya pakaianya dilengkapi dengan scotlight reflektor berwarna putih mengkilat agar dapat terlihat pada saat pelaksanaan tugas. Namun tidak menutup kemungkinan, masih tingginya resiko yang akan didapat oleh para petugas pemadam kebakaran dalam menjalankan tugas. Seperti dalam kasus Mobil

3Wikipedia, 2015, Pemadam Kebakaran, URL:


(5)

Pemadam Kebakaran yang terguling di ujung barat Jalan Bypass Soekarno sekitar 100 meter barat patung Adipura, mobil pemadam kebakaran ini terguling pada saat akan menolong korban kebakaran di daerah Tabanan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun delapan personel pemadam kebakaran termasuk sopir mengalami luka ringan dan dilarikan ke BRSUD Tabanan.4Berkaitan dengan latar belakang masalah tersebut di atas maka sangat menarik untuk dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Kontrak Atas Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung Dalam Hal Menjamin Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan Kerja Saat Bertugas”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka diangkatlah permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung?

2. Apakah faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhandalam hal keselamatan dan kesehatan

4NUSABALI.com-Damkar Pemkab Badung Terguling di Pesiapan, URL :http://www.nusabali.com/berita/407/damkar-pemkab-badung-terguling-di-pesiapan. diakses pada tanggal 5 Desember 2015.


(6)

kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang penulis uraikan dalam skripsi ini, maka perlu kiranya ditentukan ruang lingkup permasalahannya, yaitu:

1. Mengenai bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

2. Mengenai faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhandalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung

1.4 Orisinalistas Penelitian

Penelitian Hukum dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Kontrak Atas Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung Dalam Hal Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan Kerja Saat Bertugas” merupakan hasil karya asli penulis. Sejauh observasi yang penulis lakukan baik di ruang koleksi Skripsi Fakultas Hukum Universitas Udayana maupun di internet, tidak terdapat penelitan yang sama yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan baik di Fakultas Hukum Universitas Udayana dan juga di suatu perguruan tinggi manapun kecuali yang secara tertulis diacu dalam penulisan


(7)

penelitian ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Untuk penelitian sejenis yang serupa dengan penelitian yang diajukan, dapat dijabarkan sebagai berikut :

NOMOR PENELITI JUDUL RUMUSAN MASALAH

1. I.B. Putu Wira Aditya, 1103005183, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, 2016 Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Pekerja Dalam Hal Terjadinya

Kecelakaan Kerja Pada CV. Sinar Kawi Di

Tampaksiring Gianyar

(1)Bagaimanakah

tanggung jawab direktur perusahaan dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar?

(2)Bagaimanakah

pelaksanaan tanggung jawab direktur perusahaan terhadap pekerja dalam hal terjadinya kecelakaan kerja pada CV. Sinar Kawi di Tampaksiring Gianyar?

2. Made Dita

Widyantari, 1103005072,

Pelaksanaan

Perlindungan Hukum Terhadap

(1)Apa saja hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh pengusaha


(8)

Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, 2014 Keselamatan Dan Kesehatan Pekerja Caddie Di Lapangan Golf Bali Beach

serta tenaga kerja dalam

rangka menjamin

keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja? (2)Bagaimanakah

pelaksanaanperlindungan

hukum terhadap

keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja caddie di lapangan golf Bali Beach apabila terjadi kecelakaan kerja?

3. Andina Yulistia

Prameswari, 0871010070, Fakultas Hukum Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur,

Surabaya, 2012

Perlindungan Hukum

Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja

Terhadap Tenaga

Kerja Di Pt. X Sidoarjo

(1)Bagaimanakah pelaksanaan

perlindungan hukum

keselamatan dan

kesehatan

kerja di PT. X Sidoarjo terhadap tenaga kerja? (2) Apakah upaya hukum yang dapat dilakukan PT.


(9)

X Sidoarjo terhadap pelanggaran tenaga kerja

dengan peraturan

keselamatan dan

kesehatan kerja?

1.5. Tujuan Penelitian

Agar penulisan ini memiliki suatu maksud yang jelas, maka harus memiliki tujuan sehingga dapat mencapai target yang dikehendaki. Adapun tujuannya digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:

1.5.1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

2. Untuk mengetahui faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.


(10)

1.5.2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendalami / memahami bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

2. Untuk memahami faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja pada saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

1.6. Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian harus ada manfaat yang dapat diambil baik dari manfaat teoritis maupun manfaat praktis karena manfaat penelitian berkaitan erat dengan hasil penelitian yang ingin dicapai atau pihak-pihak yang akan memanfaatkannya. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dibidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya dalam disiplin ilmu hukum ketenagakerjaan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi mahasiswa yang berkaitan dengan bentuk perlindungan hukum dan faktor kendala


(11)

dalam penegakan perlindungan hukumbagi pekerja kontrak atas dasar kebutuhan dalam hal menjamin keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja saat bertugas yang diberikan oleh Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

b. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi pemerintah dalam membuat peraturan dibidang ketenagakerjaan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pekerja kontrakatas dasar kebutuhan mengenai bentuk perlindungan hukum dan faktor kendala dalam penegakan perlindungan hukum dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja apabila terjadi kecelakaan kerja saat bertugas di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

1.7. Landasan Teoritis

Sebelum membahas permasalahan dalam penelitian ini secara lebih mendalam, maka terlebih dahulu akan diuraikan beberapa teori atau landasan-landasan yang dimungkinkan untuk menunjang pembahasan permasalahan yang ada. Dengan adanya teori-teori yang menunjang, diharapkan dapat memperkuat, memperjelas, dan mendukung untuk menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini.


(12)

a. Teori efektivitas hukum

Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 menyatakan Negara Indonesia merupakan negara hukum. Secara sederhana yang dimaksud negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di dalamnya negara dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Tetapi tetap dalam penyelenggaraannya tersebut tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD NRI 1945.

Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila seseorangmenyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai tujuannya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil mengatursikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau tidak. Efektivitas hukum artinya efektivitas hukum yang akan disoroti dari tujuan yang ingin dicapainya. Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar masyarakat mematuhi kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi-sanksinya. Dengan sanksi-sanksi tersebut maka akan terlihat apakah hukum tersebut dapat diterapkan dan ditegakan dalam masyarakat atau tidak. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.


(13)

Masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor hukumnya sendiri;

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.5

Faktor-faktor tersebut saling berkaitan erat, karena faktor- faktor ini merupakan hakikat dan juga merupakan tolak ukur daripada efektivitas penegakan hukum itu sendiriyang dalam hal ini juga jika hukum dapat berlaku efektif, maka akan menimbulkan perubahan di dalam masyarakat yang berdampak baik seperti taat terhadap hukum yang berlaku.6

b. Teori perlindungan hukum

Kata perlindungan merupakan upaya menempatkan seseorang untuk diberikan kedudukan istimewa. Perlindungan hukum adalah melindungi hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang-undang, maka oleh karena itu untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan

5Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Penegakan Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto I) h. 8.


(14)

padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak pula untuk mendapatkan hukuman yang diperlukan sesuai dengan asas hukum.

Menurut Philipus M. Hadjon perlindungan hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Perlindungan hukum preventif, bahwa perlindungan ini bertujuan mencegah terjadinya sengketa.

2. Perlindungan hukum represif, bahwa perlindungan hukum ini bertujuan menyelesaikan sengketa.7

Keselamatan dan kesehatan kerja haruslah diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja. Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat tiga unsur yaitu adanya suatu usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial, adanya sumber bahaya dan adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus menerus maupun sewaktu-waktu.8Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Undang-Undang Keselamatan Kerja mengatur dengan jelas tentang kewajiban perusahaan untuk menyediakan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan terlindungi dalam keselamatan kerjanya.

Terdapat beberapa norma dasar dalam perlindungan tenaga kerja diantaranya ialah sebagai berikut:

7Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, h.2.

8Lalu Husni, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, Cetakan ke-10, Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Lalu Husni I) h. 148.


(15)

1. Norma keselamatan kerja yaitu keselamatan kerja yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat-alat kerja dan proses pengerjaannya, keadaan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.

2. Norma kesehatan kerja yaitu berkaitan dengan pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan pekerja, dilakukan dengan mengatur pemberian obat-obatan, perawatan tenaga kerja yang sakit.

3. Norma kerja yang berupa perlindungan kepada tenaga kerja yang berkaitan dengan waktu kerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak, kesusilaan ibadah menurut agama keyakinan masing-masing yang diakui oleh pemerintah, kewajiban sosial kemasyarakatan guna memelihara gairah dan menjaga perlakuan sesuai dengan martabat manusia dan moral.

4. Terhadap tenaga kerja yang mengalami kecelakaan dan/atau menderita penyakit kuman akibat perkerjaan berhak atas ganti rugi perawatan dan rehabilitasi akibat kecelakaan dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli warisnya berhak mendapatkan ganti kerugian.9

Saat ini negara telah memiliki program jaminan sosial yang diperuntukkan kepada tenaga kerja guna memberikan perlindungan sosial ekonomi. Pengertian Jaminan Sosial berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional) ialah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal tersebut sejalan dengan amanat UUD NRI 1945 Pasal 34 ayat (2) yang pada pokoknya menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Dasar hukum jaminan sosial tenaga kerja saat ini masih menggunakan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

9Kartasapoetra, G. Dan Rience Indraningsih, 1982, Pokok-pokok Hukum Perburuhan, Cetakan I, Armico Bandung, h. 43.


(16)

(selanjutnya disebut Undang-Undang Jamsostek). PT. Jamsostek merupakan badan yang menyelenggarakan jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995. PT. Jamsostek telah bertransformasi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan setelah PT. Jamsostek berubah menjadi badan hukum publik berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial).

Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Jamsostek, program jamsostek meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Kecelakaan kerja adalah resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya. Kecelakaan kerja berdasarkan Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Jamsostek adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari arah menuju ke tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa.

1.8. Metode Penelitian

Penelitian (research) merupakan upaya pencarian yang amat benilai edukatif, melatih untuk selalu sadar bahwa di dunia ini banyak yang tidak di ketahui.10Dalam

melakukan penelitian tentu saja harus menggunakan metode penelitian agar penelitian menjadi sistematis. Metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam

10Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 19.


(17)

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten.11

Kemudian penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.12 Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian

ini adalah sebagai berikut : 1.8.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian dalam skipsi ini bersifat yuridis empiris, dengan kata lain penelitian yuridis empiris mengkaji permasalahan berdasarkan pendekatan perundang-undangan dan berdasarkan pendekatan fakta yaitu berdasarkan praktek/ atau kenyataan yang ada di masyarakat. Dalam bukunya, Peter Mahmud Marzuki juga menyatakan bahwa penelitian hukum empiris merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara, ataupun penyebaran kuisioner.13

1.8.2. Jenis Pendekatan

Penelitian ini mengunakan penelitian deskriptif yang penelitiannya secara umum yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengungkap

11H. Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 17.

12Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, (selanjutnya disingkat Peter Mahmud Marzuki I) h. 35.


(18)

fakta secara mendalam berdasarkan karakteristik ilmiah dari individu atau kelompok untuk memahami dan mengugkap sesuatu di balik fenomena. Dengan demikian, tidak hanya sebatas mempelajari ketentuan-ketentuan dalam peraturan hukum tetapi juga melihat bagaimana fakta yang terjadi di masyarakat.

1.8.3. Sifat penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian hukum empiris dikaji dari segi sifatnya dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Penelitian hukum eksploratori (penjelajahan) b. Penelitian hukum deskriptif; dan

c. Penelitian hukum eksplanatori.14

Adapun sifat penulisan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk mendapat gambaran (deskripsi) lengkap mengenai keadaan hukum yang berlaku disuatu tempat tertentu, ataupun mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat.15

Dengan demikian, penelitian yang telah dilakukan akan dipaparkan berdasarkan pada hasil yang telah didapat di lapangan dan berdasarkan pada pengkajian bahan-bahan hukum yang digunakan dalam meneliti Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Kontrak Atas Dasar Kebutuhan Pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung

14Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 50.

15Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad II) h. 50.


(19)

Dalam Hal Menjamin Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Apabila Terjadi Kecelakaan Kerja Saat Bertugas.

1.8.4. Data dan Sumber Data

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu baik dari responden maupun informan16 dari Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

2. Data sekunder atau data kepustakaan merupakan data-data yang telah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum dan literatur yang di kelompokan dalam :

a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan, yurisprudensi atau keputusan pengadilan dan perjanjian internasional (traktat).17Adapun bahan-bahan hukum yang digunakan adalah :

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan c) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional

16Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum

Universitas Udayana, Denpasar, h. 81.

17Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 157.


(20)

d) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

e) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja f) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara

g) Undang-UndangNomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja

h) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

i) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor KEP/100/MEN/IV/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

3. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar hukum.18

Adapun bahan hukum sekunder yang digunakan adalah berupa literatur-literatur yang memuat mengenai pandangan dari beberapa ahli, buku-buku yang menunjang penelitian ini, serta bahan-bahan internet yang mendukung. 4. Bahan hukum tersier (bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder).19

Adapun bahan hukum tersier yang digunakan adalah Kamus Hukum, Kamus

18Amiruddin dan H. Zainal Asikin, op.cit, h. 32. 19Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, op.cit, h. 13.


(21)

Besar Bahasa Indonesia, Kamus Umum Bahasa Indonesia, dan sumber-sumber lain yang dapat menunjang penelitian ini.

1.8.5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh data dalam penelitian yang mendukung dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dalam penulisan hukum ini. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu:

1. Studi Dokumen

Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari, membaca serta mencatat buku-buku ataupun bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian yang dibahas.

2. Teknik Wawancara

Menurut M. Mochtar, teknik wawancara adalah teknik atau metode memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung (tatap muka), antara pewawancara dengan responden.20Informasi yang di peroleh dalam penulisan Skripsi ini adalah melalui wawancara dengan Kasubag Kepegawaian Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung, beberapa pekerja kontrak atas dasar kebutuhan pada Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung.

3. Teknik observasi/pengamatan

20M Mochtar, 1998, Pengantar Metodologi Penelitian, Sinar Karya Dharma IIP, Jakarta, h. 78.


(22)

Teknik observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu teknik observasi langsung dan teknik observasi tidak langsung.Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung dimana dalam pengumpulan data peneliti mengadakan pengamatan secara langsung atau tanpa alat terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki baik pengamatan dilakukan dalam situasi buatan, yang khusus diadakan.21 1.7.5. Pengolahan dan Analisis Data

Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting untuk menguraikan dan memecahkan suatu masalah yang diteliti berdasarkan pada data-data yang sudah dikumpulkan. Pengolahan dan analisis data-data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif, artinya menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif. Sehingga dapat mempermudah pemahaman dan interprestasi data.22Dalam penelitian ini data primer dan data sekunder yang telah didapatkan

melalui hasil dari wawancara maupun studi dokumen akan diolah secara kualitatif. Selanjutnya data yang telah dianalisis secara kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatif, artinya menggambarkan secara jelas dan sistematis kemudian akan diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang akan dibahas.

21Fakultas Hukum Universitas Udayana, op.cit, h. 82. 22Abdulkadir Muhammad II, op.cit, h. 172.


(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERKAIT PERLINDUNGAN HUKUMPEKERJA KONTRAK ATAS DASAR KEBUTUHAN DALAM HAL KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA APABILA TERJADI KECELAKAAN KERJA

2.1. Pengertian Perlindungan Hukum

Menurut Philipus perlindungan hukum yaitu selalu berkaitandengan kekuasaan. Ada dua kekuasaan pemerintah dan kekuasaanekonomi. Dalam hubungan dengan kekuasaan pemerintah,permasalahan perlindungan hukum bagi rakyat (yang diperintah),terhadap pemerintah (yang memerintah). Dalam hubungan dengankekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan hukum adalahperlindungan bagi si lemah terhadap si kuat,misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.23

Maksud dari penjelasan tersebut bahwa rakyat mempunyaihak, kewajiban dan kedudukan yang memerlukan perlindungan hukumbaik dalam hubungan kekuasaan pemerintah, permasalahanperlindungan hukum maupun dalam hubungan dengan kekuasaanekonomi.

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.24

Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep rule of law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan

23

Asri Wijayanti, op.cit. h. 10.

24Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, h. 3.

1 23


(24)

memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, konsep rechtstaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl.Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of Law) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.

Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan dengan negara hukum adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahannya didasarkan pada hukum. Konsep negara hukum atau rechtstaat menurut Julius Stahl mencakup 4 (empat) elemen, yaitu :

1. Perlindungan hak asasi manusia; 2. Pembagian kekuasaan;

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang; 4. Peradilan tata usaha negara.25

Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting dalam kehidupan dimana hukum dibangun dan dijiwai oleh moral konstitusionalisme. Hak-hak asasi warga harus dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara dimanapun dan kapanpun, ataupun juga ketika wargamenggunakan kebebasannya untuk ikut serta atau untuk mengetahui jalannya proses pembuatan kebijakan publik.26

25Philipus M. Hadjon, op.cit. h. 2

26Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet. 1, Liberty, Yogyakarta, (selanjutnya disingkat Sudikno Mertokusumo I) h. 22.


(25)

Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah yang dilandasi oleh dua prinsip negara hukum, yaitu perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran dan perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.27

Keadilan dibentuk oleh pemikiran yang benar, dilakukan secara adil dan jujur serta bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Rasa keadilan dan hukum harus ditegakkan berdasarkan hukum positif untuk menegakkan keadilan dalam hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat yang aman dan damai.Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur yaitu:

1. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit) 2. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit) 3. Keadilan hukum (Gerechtigkeit) 4. Jaminan hukum (Doelmatigkeit).28

27ZahirinHarahap,2001, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 2.


(26)

Penegakan hukum dan keadilan harus menggunakan jalur pemikiran yang tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk merealisasikan keadilan hukum dan isi hukum harus ditentukan oleh keyakinan etis, adil tidaknya suatu perkara. Persoalan hukum menjadi nyata jika para perangkat hukum melaksanakan dengan baik serta memenuhi, menepati aturan yang telah dibakukan sehingga tidak terjadi penyelewengan aturan dan hukum yang telah dilakukan secara sistematis, artinyamenggunakan kodifikasi dan unifikasi hukum demi terwujudnya kepastian hukum dan keadilan hukum.29

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, dan tertib. Hukum yang telah dilanggar harus ditegakkan melalui penegakkan hukum. Penegakan hukum menghendaki kepastian hukum, kepastian hukum merupakanperlindungan terhadap tindakan sewenang-wenang. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai.

Aturan hukum baik berupa undang-undang maupun hukum tidak tertulis, dengan demikian, berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan

29Ibid, h. 4.


(27)

terhadap individu. Adanya aturan semacam itumaka akanmenimbulkan kepastian hukum. Dengan demikian, kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karenadengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.30

Peran pemerintah dan pengadilan dalam menjaga kepastian hukum sangat penting. Pemerintah tidak boleh menerbitkan aturan pelaksanaan yang tidak diatur oleh undang-undang atau bertentangan dengan undang-undang. Apabila hal itu terjadi, pengadilan harus menyatakan bahwa peraturan demikian batal demi hukum, artinya dianggap tidak pernah ada sehingga akibat yang terjadi karena adanya peraturan itu harus dipulihkan seperti sediakala. Akan tetapi, apabila pemerintah tetap tidak mau mencabut aturan yang telah dinyatakan batal itu, hal itu akan berubah menjadi masalah politik antara pemerintah dan pembentuk undang-undang.31

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadap hak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep negara hukum, kedua

30Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, (selanjutnya disingkat Peter Mahmud Marzuki II) h. 157.

31


(28)

sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.

1.2. Pekerja Kontrak

1.2.1. Pegertian pekerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan, pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.Pekerja sendiri diartikan secara umum yakni orang yang bekerja pada satu perusahaan/instansi mendapat tugas/pekerjaan serta upah sebagai imbalannya.Secara prinsip tidak ada perbedaan antara buruh,pekerja, karyawan, pegawai dan kuli.Perbedaaannya hanya pada istilah saja, dan semua istilah tersebut secara prinsip mempunyai persamaan, yakni setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan. Namun dalam kultur Indonesia, buruh berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, tenaga kerja dan karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-Undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.

1.2.2. Pengertian kontrak

Berdasarkan Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) Indonesia menyamakan kontrak dengan perjanjian atau persetujuan. Hal tersebut secara jelas terlihat dalam judul Bab II Buku III


(29)

KUHPerdata, yakni “Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Persetujuan”. Pasal 1313 KUHPerdata mendefinisikan perjanjian sebagai suatu perbuatan yang terjadi antara satu atau dua orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain.

Perjanjian kerja dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT)

Didalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep. 100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu dan untuk pekerjaan tertentu.32 Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu terdapat didalam Pasal 56-58 Undang-Undang Ketenagakerjaan.

2. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)

Menurut Kep. 100/Men/VI/2004 pada Pasal 1 angka 2 adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha untukmengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap. PKWTT ini dapat mensyaratkan masa percobaan kepada pekerja asalkan hal tersebut dituangkan didalam perjanjian kerja tertulis bila perjanjian kerjanya secara lisan masa percobaan harus

32Rukiyah L dan Darda Syahrizal, 2013, Undang-Undang Ketenagakerjaan dan Aplikasinya, Dunia Cerdas, Jakarta, h. 174.


(30)

dicantumkan didalam surat pengangkatan. Pengaturan mengenai PKWTT terdapat didalam Pasal 60-63 Undang-Undang Ketenagakerjaan.

3. Perjanjian kerja dengan perusahaan pemborong pekerjaan

Perjanjian kerja dengan perusahaan pemborong pekerjaan dalam hal ini memang kurang bisa ntuk dipahami tetapi untuk lebih mepercepat suatu pekrjaan terkait dengan deatlinedimungkinkan saja pengusaha dalam hal ini mengadakan kerja sama denganperusahaan lain yang berbadan hukum dimana perjanjian tersebut dibuat secara tertulis.33 Syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain berdasarkan Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjan jo Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 yaitu:

a. Harus terpisah dengan kegiatan utama perusahaan

b. Adanya perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja c. Secara keseluruhan merupakan kegiatan penunjang diperusahaan

tersebut

d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung. 4. Perjanjian kerja dengan perusahaan penyedia jasa pekerja

Perusahaan penyedia jasa pekerja harus berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi ketenagakerjaan. Dimana pada Pasal 66 ayat (1)

33Ibid, h. 181


(31)

Undang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja hanya dipekerjakan pada kegiatan penunjang seperti usaha-usaha pelayanan kebersihan, usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh, usaha tenaga pengamanan, usaha jasa penunjang dipertambangan dan perminyakan serta uaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.34

1.2.3. Pengertian pekerja kontrak

Pekerja kontrak adalah pekerja dengan status bukan pekerja tetap atau dengan kalimat lain pekerja yang bekerja hanya untuk waktu tertentu berdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan pemberi kerja. Dalam istilah hukum pekerja kontrak sering disebut “Pekerja PKWT”, maksudnya pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu. Salah satu hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh pekerja kontrak adalah harus memiliki/mendapatkan surat perjanjian kerja yang ditandatangani oleh pengusaha dan pekerja yang bersangkutan.

1.2.4. Hak-hak pekerja kontrak

a. Berhak mendapat upah minimum

34Ibid, h. 183.


(32)

Pekerja PKWT / pekerja kontrak berhak mendapat upah minimum sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur. Upah yang diperoleh pekerja kontrak tidak boleh lebih rendah dari upah minimum yang terdiri dari UMP, UMK, UMS Provinsi, maupun UMS Kabupaten /Kota. Upah pekerja kontrak serendah-rendahnya adalah sama dengan upah minimum diperusahaan tempat ia bekerja. Upah yang diperhitungkn yaitu upah pokok dan tunjangan tetap. Namun tunjangan tetap tiak menjadi dasar perhitungan upah minimum.

b. Berhak atas ganti rugi jika PHK diluar perjanjian kerja

Berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Ketenagakerjaan apabila salah satu pihak didalam perjanjian kerja mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, maka berlaku ketentuan pihak yang menghentikan perjanjian kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. c. Berhak atas THR

Berdasarkan Pasal 6 ayat 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 Tahun 1994 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan menyatakan bahwa pekerja waktu tertentu juga berhak untuk mendapatkan THR. Pemberian THR diberikan bagi pekerja yang telah bekerja selama 3 tahun.


(33)

d. Berhak atas tunjangan-tunjangan

Segala macam tunjangan baik tunjangan tetap maupun tunjangan tidak tetap, wajib dibayarkan kepada pekerja kontrak. Besarnya tunjangan mengikuti perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Macam-macam tunjangan ini berlaku sama cengan peraturan yang dikenakan pada pekerja kontrak.

e. Berhak atas jaminan sosial tenaga kerja

Pekerja kontrak juga berhak atas jaminan kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan. PT JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja memberi nomor induk bagi pekerja yang terdaftar didalamnya. Sehingga menyebabkan hak-hak pekerja kontrak atas jaminan kesejahteraan tidak hilang walaupun ia berpindah tempat kerja karena berakhirnya kontrak kerja.

f. Berhak atas masa istirahat dan cuti

Pekerja kontrak juga behak atas masa istirahat dan cuti seperti halnya pekerja tetap. Akan tetapi terbatas pada masa kerja terus menerus yang kerap diisyaratkan. Masa istirahat ini juga berlaku bagi pekerja kontrak perempuan.

g. Berhak atas perlindungan hukum

LPPHI merupakan lembaga yang dapat memfasilitasi penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha yang tidak terbatas hanya untuk pekerja tetap. Pekerja kontrak didorong untuk senantiasa menyadari


(34)

hak-haknya serta memperjuangkan melalui lembaga-lembaga atau instansi yang berwenang.

h. Hak-hak lain yang sama dengan pekerja tetap

1. Hak mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dalam memperoleh pekerjaan;

2. Mendapat hak yang sama dalam berpindah kerja, memperoleh pekerjaan, damn mendapat penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Memperoleh pengakuan dan penghargaan atas kompetensi kerja,

prestasi, dan kemampuanya.

4. Memperoleh upah yang layak, upah lembur, tunjangan-tunjangan, waktu istirahat, cuti dan sebagainya;

5. Pekerja kontrak perempuan berhak atas cuti haid, cuti hamil, cuti keguguran, dan waktu menyusui anak di jam kerja.

6. Hak atas jaminan sosial tenaga kerja; 7. Hak atas keselamatan kerja;

8. Hak-hak lain seperti mengajukan gugatan ke LPPHI, melaporkan pengusaha ke instansi terkait atau pihak berwajib hak berserikat dan berkumpul serta hak untuk menyuarakan pendapat, termasuk hak melakukan mogok kerja.35

35Emmanuel Kurniawan, 2013, Hak-Hak Karyawan Tetap Dan Kontrak, Dunia Cerdas, Jakarta, h. 163-166.


(35)

1.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.3.1. Keselamatan kerja

Keselamatan Kerja diatur dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. K

eselamatan dan kesehatan kerja;

b. M

oral dan kesusilaan;

c. P

erlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama

Mengenai perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek yang salah satunya mengenai perlindungan keselamatan. Perlindungan tersebut sebagai upaya agar tenaga kerja merasa aman pada saat akan bekerja sehari-hari dan untuk dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Selain itu keselamatan juga telah menjadi salah satu hak asasi manusia yang harus dilindungi oleh pemerintah dan dihargai oleh anggota masyarakat lainnya. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai persoalan yang ada disekitarnya dan pada dirinya sendiri yang bisa saja dapat menimpa atau mengganggu dirinya sendiri serta pelaksanaan pekerjaannya.36

Dengan majunya industrialisasi dan modernisasi, maka dalampeningkatan intensitas kerja operasional dan tempat kerja para pekerja. Hal ini memerlukan pengarahan tenaga kerja secara intensif dari para pekerja. Kelelahan, kurang perhatian, kehilangan keseimbangan danlain-lain merupakan akibat dan sebab terjadinya kecelakaan, maka dari itu perlu dipahami adanya pengetahuan keselamatan


(36)

kerja yang tepat selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang baik dan realistis yang merupakan faktor penting dalam memberikan rasa tenteram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga kerja yang bersangkutan untuk dapat mempertinggi mutu pekerjaan, peningkatan produksi dan produktivitas kerja.

Menurut Rivai keselamatan kerja adalahsuatu perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan.37 Selain itu menurut Swasto keselamatan kerja menyangkut segenapproses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan pekerjaan.38Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja adalah suatu bentuk perlindungan yang berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan kerja maupun lingkungan kerja serta tindakan pekerja sendiri.

Undang-UndangKeselamatan Kerja yang menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Setiap pekerja/buruh yang berada di tempat kerja terjamin pula keselamatannya. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. Perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja. Pembinaan norma-norma perlu diwujudkan dalam undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang

37Ibid, h. 413.


(37)

sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi teknik danteknologi.Adapun syarat-syarat keselamatan kerja antara lain :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

4. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan; 6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja; 7. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; 8. Menyelanggarakan suhu dan lembab udara yang baik; 2.3.2. Kesehatan kerja

Kesehatan Kerja diatur dalam Pasal 86 ayat (1) huruf aUndang-Undang Ketenagakerjaan yang merupakan salah satu hak pekerja untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu pengusaha wajib melaksanakan secara sistematis dan terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

Upaya kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi pekerjaan atau buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan,dan rehabilitasi. Dengan demikian tujuan kesehatan kerja adalah:


(38)

2. Meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh;

3. Agar pekerja atau buruh dan orang-orang disekitarnya terjaminkesehatannya;

4. Menjamin agar produksi dipelihara dan dipergunakan secara amandan berdaya guna.

Menurut Mathis dan Jackson kesehatan kerja merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Individu yang sehat adalah yang bebas dari penyakit, cedera serta masalah mental dan emosi yang bisa mengganggu aktivitas manusia normal umumnya.39

Menurut Swasto kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental. Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan manusiatermasuk lingkungan kerja.Swasto juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain:

1. Kondisi lingkungan tempat kerja meliputi:

a. Kondisi fisik yaitu berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara;

b. Kondisi fisiologis, yaitu dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang

39Mathis Robert L. dan Jackson John H, 2006, Human Resource Management, alih bahasa, Salemba Empat, Jakarta, h. 245.


(39)

dapat menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan.

c. Kondisi khemis yaitu dapat dilihat dari uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat.

2. Mental psikologis yaitu meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan kerja antara bawahan dan atasan dan sebaliknya, suasana kerja, dan lain-lain.40

1.3.3. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang dibuat bagi pekerja/buruh maupun pengusaha sebagaiupaya pencegahan (preventif) bagi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja akibat dari hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal yang demikian.41

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang penting dalam terlaksananya kegiatan perusahaan. Adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan kepada para karyawannya. Menurut Rivai keselamatan dan kesehatan kerja merujuk kepada kondisi-kondisi fisiologis fiskal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.42

Dari penjelasan mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja yang telah disebutkan maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keselamatan dan

40Swasto Bambang, op.cit. h. 110. 41Adrian Sutedi, op.cit, h. 170

42Rivai Veltzhal 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Murai Kencana, Jakarta, h. 411.


(40)

kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari bahaya atauancaman kecelakaan kerja selama bekerja yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yang mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

1.4. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.4.1. Pengertian jaminan keselamatan dan kesehatan kerja

Jaminan sosial tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Jamsostek merupakan hak setiap tenaga kerja yang merupakan kewajiban dari pengusaha. Pada hakikatnya program jamsostek dimaksudkan untuk memberikan kepastian berlangsungnyaarus penerimaanpenghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian penghasilan yang hilang.Disamping itu program jamsostek mempunyai beberapa aspek antara lain:

a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhanhidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya.

b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang menyumbangkan tenaga serta pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.43

1.4.2. Jenis – jenis jaminan sosial tenaga kerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Jamsostek ruang lingkup program Jamsostek meliputi:

1) Jaminan kecelakaan kerja

43Lalu Husni, 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, Cetakan ke-12, Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Lalu Husni II) h. 152.


(41)

Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja. Jaminan kecelakaan kerja ini diatur dalam Pasal 8 sampai dengan 11 Undang-Undang Jamsostek. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja, yang termasuk tenaga kerja dalam jaminan kecelakaan kerja adalah :

a. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang menerima upah maupun tidak;

b. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah perusahaan;

c. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.44 2) Jaminan kematian

Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa

44Asri Wijayanti, op.cit, h. 127.


(42)

uang. Jaminan kematian diberikan kepada tenaga kerja yang telah meninggal dunia. Santunan kematian diberikan langsung kepada keluarga yang ditinggalkan tenaga kerja yang diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Jamsostek.45

3) Jaminan hari tua

Jaminan hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenagakerjaan sewaktu masih bekerja, terutama bagi mereka yang penghasilannya rendah. Jaminan hari tua diberikan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun. Jaminan hari tua dapat diberikan kepada tenaga kerja yang putus hubungan kerja dengan minimal masa kepersetaan 5 (lima) tahun terhitung dari masa pendaftaran. Jaminan hari tua diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Jamsostek.46

4) Jaminan pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pekerja sehingga dapat melaksankan rugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang penyembuhan (kuratif). Upaya penyembuhan diperlukan setap orang maka sudah selayaknya diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial

45Asri Wijayanti, op.cit, h. 137. 46Asri Wijayanti, op.cit, h. 139.


(43)

tenaga kerja. Jaminan pemeliharaan kesehatan diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Jamsostek.47

1.5. Kecelakaan Kerja

1.5.1. Pengertian kecelakaan kerja

Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda. Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan.

Bagian mesin, alat kerja, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi (biasanya pada proses produksi), orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati, kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat, bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian.

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar dapat dicegah dengan upaya preventif dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang

47Asri Wijayanti, op.cit, h. 140.


(44)

dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Berdasarkan Undang-UndangKeselamatan Kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja

Lalu Husni mengklasifikasikan ada empat faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu sebagai berikut:

a. Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan tentang industri dan kesalahan penempatan tenaga kerja.

b. Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya dibuat dari besi dibuat dengan bahan lain yang lebih murah sehingga menyebabkan kecelakaan kerja.

c. Faktor sumber bahaya yang meliputi metode kerja yang salah, sikap kerja yang teledor serta tidak memakai alat pelindung diri. Kondisi/keadaan bahaya misalnya lingkungan kerja yang tidak aman serta pekerjaan yang membahayakan.


(45)

d. Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya cahaya, ventilasi, pergantian udara yang tidak lancar dan suasana yang sumpek.48 Dari beberapa faktor tersebut, Suma’mur menyederhanakan faktor penyebab kecelakaan kerja menjadi dua yaitu:

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human act atau human error).

b. Keadaan lingkungan yang tidak aman.49

1.6. Gambaran Umum Mengenai Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten

Badung

Menurut Ida Bagus Putu Kusumajaya sebagai Kasubag Kepegawaian di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung yang menyatakan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung adalah sebuah dinas yang berbentuk instansi struktural pemerintah yang berada dibawah pemerintah daerah Kabupaten Badung, yang terletak di Jalan Kebo Iwa Nomor 39 Denpasar. Jumlah seluruh pekerja pada tahun 2016 di Dinas ini adalah 313 orang, yang terdiri dari staf administrasi sebanyak 67 orang, staf operasional sebanyak 146 orang, dan pekerja kontrak atas dasar kebutuhan sebanyak 100 orang, yang dimana jumlah pekerja laki-laki sebanyak 293 orang dan jumlah pekerja perempuan sebanyak 20 orang. Dari 313 pekerja pada Dinas

48Lalu Husni, 2003, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disebut Lalu Husni III), h. 142.

49Suma’mur, 1981, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Gunung Agung, Jakarta, h. 9.


(46)

Pemadam Kebakaran Kabupatn Badung tercatat 213 pekerja tetap (PNS) dan 100 orang pekerja kontrak atas dasar kebutuhan sebanyak 100 orang (non PNS).

Selain itu, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung memiliki 15 armada. Jumlah personel di setiap kendaraan bervariasi tergantung pengaturan di kantor dan kepala Unit Pelaksana Teknis (selanjutnya disebut UPT) yang disiagakan dalam tiga shift per hari. Di kantor induk ditempatkan lima kendaraan pemadam, UPT tiga kendaraan pemadam, dan di setiap pos dua kendaraan pemadam. Hingga saat ini Kabupaten Badung memiliki dua UPT, Badung Utara dan Badung Selatan. Masing-masing UPT membawahi beberapa pos pemadam kebakaran. UPT Badung utara membawahi tiga pos yaitu Pos Puspem, Pos Utara Terminal Mengwi, Pos Petang. Untuk UPT Badung selatan juga membawahi tiga pos yaitu Pos di Jalan Kunti, Pos di Jalan Lotring dan Pos di Pecatu.Dinasini merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang penanggulangan kebakaran yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretariat Daerah. Dinas ini juga mempunyai tugas untuk melaksanakan usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta pertolongan atau penyelamatan terhadap bencana lain. (Wawancara, Rabu 30 Maret 2016).


(1)

Kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka perlu adanya jaminan kecelakaan kerja. Jaminan kecelakaan kerja ini diatur dalam Pasal 8 sampai dengan 11 Undang-Undang Jamsostek. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak mendapatkan jaminan kecelakaan kerja, yang termasuk tenaga kerja dalam jaminan kecelakaan kerja adalah :

a. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang

menerima upah maupun tidak;

b. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong

adalah perusahaan;

c. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.44

2) Jaminan kematian

Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengakibatkan terputusnya penghasilan, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan. Oleh karena itu, diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa


(2)

uang. Jaminan kematian diberikan kepada tenaga kerja yang telah meninggal dunia. Santunan kematian diberikan langsung kepada keluarga yang ditinggalkan tenaga kerja yang diatur dalam Pasal 12

Undang-Undang Jamsostek.45

3) Jaminan hari tua

Jaminan hari tua dapat mengkibatkan terputusnya upah karena tidak lagi mampu bekerja. Akibat terputusnya upah tersebut dapat menimbulkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenagakerjaan sewaktu masih bekerja, terutama bagi mereka yang penghasilannya rendah. Jaminan hari tua diberikan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun. Jaminan hari tua dapat diberikan kepada tenaga kerja yang putus hubungan kerja dengan minimal masa kepersetaan 5 (lima) tahun terhitung dari masa pendaftaran. Jaminan hari tua diatur

dalam Pasal 14 Undang-Undang Jamsostek.46

4) Jaminan pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pekerja sehingga dapat melaksankan rugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan dibidang penyembuhan (kuratif). Upaya penyembuhan

diperlukan setap orang maka sudah selayaknya diupayakan

penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan sosial

45Asri Wijayanti, op.cit, h. 137. 46Asri Wijayanti, op.cit, h. 139.


(3)

tenaga kerja. Jaminan pemeliharaan kesehatan diatur dalam Pasal 16

Undang-Undang Jamsostek.47

1.5. Kecelakaan Kerja

1.5.1. Pengertian kecelakaan kerja

Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia dan atau harta benda. Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan.

Bagian mesin, alat kerja, tempat dan lingkungan kerja mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi (biasanya pada proses produksi), orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih hati, kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya kelainan tubuh dan cacat, bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan berakibat kematian.

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar dapat dicegah dengan upaya preventif dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang


(4)

dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Berdasarkan Undang-UndangKeselamatan Kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.

2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja

Lalu Husni mengklasifikasikan ada empat faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu sebagai berikut:

a. Faktor manusia, diantaranya kurangnya keterampilan atau pengetahuan

tentang industri dan kesalahan penempatan tenaga kerja.

b. Faktor material atau peralatannya, misalnya bahan yang seharusnya dibuat

dari besi dibuat dengan bahan lain yang lebih murah sehingga menyebabkan kecelakaan kerja.

c. Faktor sumber bahaya yang meliputi metode kerja yang salah, sikap kerja

yang teledor serta tidak memakai alat pelindung diri. Kondisi/keadaan bahaya misalnya lingkungan kerja yang tidak aman serta pekerjaan yang membahayakan.


(5)

d. Faktor lingkungan kerja yang tidak sehat, misalnya kurangnya cahaya,

ventilasi, pergantian udara yang tidak lancar dan suasana yang sumpek.48

Dari beberapa faktor tersebut, Suma’mur menyederhanakan faktor penyebab

kecelakaan kerja menjadi dua yaitu:

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human act atau human error).

b. Keadaan lingkungan yang tidak aman.49

1.6. Gambaran Umum Mengenai Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung

Menurut Ida Bagus Putu Kusumajaya sebagai Kasubag Kepegawaian di Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung yang menyatakan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung adalah sebuah dinas yang berbentuk instansi struktural pemerintah yang berada dibawah pemerintah daerah Kabupaten Badung, yang terletak di Jalan Kebo Iwa Nomor 39 Denpasar. Jumlah seluruh pekerja pada tahun 2016 di Dinas ini adalah 313 orang, yang terdiri dari staf administrasi sebanyak 67 orang, staf operasional sebanyak 146 orang, dan pekerja kontrak atas dasar kebutuhan sebanyak 100 orang, yang dimana jumlah pekerja laki-laki sebanyak 293 orang dan jumlah pekerja perempuan sebanyak 20 orang. Dari 313 pekerja pada Dinas

48Lalu Husni, 2003, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

(selanjutnya disebut Lalu Husni III), h. 142.

49Suma’mur, 1981, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Gunung Agung,


(6)

Pemadam Kebakaran Kabupatn Badung tercatat 213 pekerja tetap (PNS) dan 100 orang pekerja kontrak atas dasar kebutuhan sebanyak 100 orang (non PNS).

Selain itu, Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Badung memiliki 15 armada. Jumlah personel di setiap kendaraan bervariasi tergantung pengaturan di kantor dan kepala Unit Pelaksana Teknis (selanjutnya disebut UPT) yang disiagakan

dalam tiga shift per hari. Di kantor induk ditempatkan lima kendaraan pemadam, UPT

tiga kendaraan pemadam, dan di setiap pos dua kendaraan pemadam. Hingga saat ini Kabupaten Badung memiliki dua UPT, Badung Utara dan Badung Selatan. Masing-masing UPT membawahi beberapa pos pemadam kebakaran. UPT Badung utara membawahi tiga pos yaitu Pos Puspem, Pos Utara Terminal Mengwi, Pos Petang. Untuk UPT Badung selatan juga membawahi tiga pos yaitu Pos di Jalan Kunti, Pos di Jalan Lotring dan Pos di Pecatu.Dinasini merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang penanggulangan kebakaran yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretariat Daerah. Dinas ini juga mempunyai tugas untuk melaksanakan usaha-usaha pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta pertolongan atau penyelamatan terhadap bencana lain. (Wawancara, Rabu 30 Maret 2016).