4.2.2. Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah
Risiko pembiayaan mudharabah adalah risiko yang terjadi pada pelaksanaan pembiayaan mudharabah berupa risiko kredit, yaknik nasabah
tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan bersama saat masa akad belum selesai. Semakin berani Bank Syariah mengambil
risiko, maka semakin tinggi pula pelaksanaan pembiayaan mudharabah Arifin, 2002: 357.
Risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah diukur dengan jumlah pembiayaan mudharabah yang bermasalah Non Performing Financing.
Berikut ini data risiko pembiayaan mudharabah tahun 2005 – 2009 : Tabel 4.3 : Data Risiko Pembiayaan Mudharabah Tahun 2005 – 2009
No Tahun
Risiko Pembiayaan Mudharabah
dalam Peningkatan
penurunan 1 2005
0,63 2 2006
0,34 -46,03
3 2007 0,09
-73,53 4 2008
0,58 544,44
5 2009 0,31
-46,55 Sumber : Bank Mandiri Syariah 2010
Gambar 4.2 : Kurva Risiko Pembiayaan Mudharabah Tahun 2005 – 2009
Sumber : Tabel 4.2 Bank Mandiri Syariah, 2010 Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa
tahun 2006 Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan NPF Non Performing Financing sebesar 46,03, begitu juga dengan tahun 2007
Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan NPF Non Performing Financing sebesar 73,53. Namun pada tahun 2008, Bank Syariah Mandiri
mengalami peningkatan NPF Non Performing Financing sebesar 544,44, dimana risiko pembiayaan mudharabah tahun 2007 sebesar 0,09
meningkat menjadi 0,58. Peningkatan pembiayaan bermasalah pada periode tersebut
kemungkinan terjadi pada pembiayaan konsumsi khususnya pembiayaan perumahan, disamping peningkatan NPF pada sektor perdagangan,
perhotelan dan restoran serta sector jasa dunia usaha yang tergolong sektor utama pembiayaan sehingga konsentrasi risiko yang dihadapi juga relatif
tinggi dibandingkan sektor lainnya. Dalam kondisi kemampuan pengelolaan
risiko perbankan syariah yang masih pada taraf penyempurnaan, maka selain faktor pelemahan kinerja sektor riil, secara internal faktor yang
ditengarai turut berperan dalam terjadinya penurunan kualitas pembiayaan diantaranya keputusan pembiayaan yang kurang berhati-hati serta penilaian
risiko dan harga yang kurang sensitif mengantisipasi penurunan suku bunga bank konvensional yang memicu adanya nasabah yang meninggalkan
ataupun mengalihkan pembiayaan dari perbankan syariah. Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2009
4.2.3. Eksistensi Bank Syariah