Pembinaan dan Pengawasan Bank Syariah

19 ” ..... dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang – orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.” Tafsiran ayat – ayat tersebut menunjukkan bahwa riba masih merupakan indikasi bukan keharusan. Namun tetap menolak bahwa riba seolah – olah dapat menolong mereka yang membutuhkan merupakan perbuatan yang diridhai Allah. Isi ayat tersebut sangat mencela riba dan menggolongkan mereka memakan riba sama dengan orang yang mencuri harta orang lain dan Allah mengancam pelaku tersebut dengan siksa yang pedih. Allah membenci dan melarang riba dan menghalalkan sedekah Muhammad, dkk, 2002 .

2.2.2 Pembinaan dan Pengawasan Bank Syariah

Menurut Antonio, 2004:118 dalam Pasal 29 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1992 jo UU No. 10 Tahun 1998 ditetapkan bahwa Pembinaan dan Pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Kemudian pada ayat 2 berbunyi : ”Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan, modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lainnya yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati – hatian.” 20 Pasal 30 ayat 1 UU No. 10 Tahun 1998 menentukan landasan hukum kewajiban bank untuk menyampaikan laporan dan penjelasan mengenai usahanya yaitu : ”Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.” Sedangkan dalam ayat 2 dan 3 berbunyi antara lain sebagai berikut : 2 Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku – buku dan berkas – berkas yang ada padanya. 3 Keterangan tentang bank yang diperoleh berdasarkan ketentuan sebagaimana dalam ayat 1 dan 2 tidak diumumkan dan bersifat rahasia. Pengaturan mengenai pengawasan Bank Indonesia pada Bank Syariah sebagaimana diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998 tersebut terkait dengan tujuan Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 Undang – Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Hal ini tampak dalam bunyi ketentuan pasal 8 Undang – Undang tersebut berbunyi : ”Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut : a menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, b mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan c mengatur dan mengawasi bank. 21 Untuk menjaga kegitan bank syariah Antonio, 2004:70 agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai – nilai syariah, maka diperlukan suatu badan Independen yang terdiri dari para pakar syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum di bidang perbankan. Dewan Pengawas Syariah DPS adalah suatu fungsi dalam organisasi bank syariah yang secara internal merupakan badan pengawas syariah, dan secara eksternal dapat menjaga serta meningkatkan kepercayaan masyarakat. Fungsi Dewan Pengawas Syariah dalam organisasi bank syariah adalah sebagai berikut : 1. Sebagai penasihat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal – hal yang terkait dengan aspek syariah. 2. Sebagai mediator antara bank dan Dewan Syariah Nasional DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari bank yang memerlukan kajian dan fatwa dari Dewan Syariah Nasional. 3. Sebagai perwakilan Dewan Syariah Nasional yang ditempatkan pada bank. Kewajiban melapor pada Dewan Syariah Nasional, sekurang – kurangnya satu kali dalam setahun. 4. Menyampaikan hasil laporan keuangan kepada Dewan Syariah Nasional.

2.2.3 Mudharabah