39
c. Eksistensi Bank Syariah Y
Merupakan keberadaan perbankan syariah Mandiri dalam melayani nasabah untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sesuai
dengan syariah islam khususnya pelaksanaan pembiayaan mudharabah Muhammad Yusuf, 2005:316 .
3.1.2 Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini pengukuran variabel dilakukan dengan melihat data hasil laporan pembiayaan mudharabah Bank Syariah Mandiri
dari tahun 2005 – 2009 dengan menggunakan skala pengukuran data bentuk rasio. Skala data ini umumnya adalah merupakan nilai variabel data
yang kontinyu dan mempunyai nol mutlak artinya pada posisi 0 setiap pengukuran, angka 0 tersebut tetap mempunyai arti dan dapat
diperbandingkan Husein Umar, 2002:86. Berikut pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian :
a. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah X
1
Untuk mengukur pelaksanaan pembiayaan mudharabah tahun 2005 – 2009, peneliti menggunakan data yang berasal dari Laporan
Keuangan Neraca bagian aktiva Bank Syariah Mandiri, yakni jumlah pembiayaan mudharabah setelah adanya pengurangan penyisihan
kerugian dalam rupiah.
40
Jumlah Pembiayaan Mudharabah Bersih 2005-2009 = Pembiayaan Mudharabah – Penyisihan Kerugian
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri b.
Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah X
2
Untuk mengukur risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah tahun 2005 – 2009, peneliti menggunakan data yang berasal dari
Catatan atas Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri, tepatnya pada jumlah pembiayaan mudharabah yang bermasalah Non Performing
Financing dalam prosentase. c.
Eksistensi Bank Syariah Mandiri Y Pengukuran eksistensi Bank Syariah Mandiri tahun 2005 –
2009 peneliti menggunakan data yang berasal dari Laporan Laba Rugi Bank Syariah Mandiri. Peneliti mengukur eksistensi dengan melihat
jumlah pendapatan bagi hasil profit sharing yang diperoleh dari kontrak mudharabah yang dilakukan, bagi hasil antara pemilik modal
Shahibul Maal dengan pengelola mudharib harus disepakati di awal perjanjian dalam rupiah.
Besarnya nisbah bagi hasil masing-masing pihak tidak diatur dalam syariah, tetapi tergantung dengan kesepakatan mereka.
Nisbah bagi hasil bisa dibagi rata 50 : 50, tetapi bisa juga 30 : 70, atau pada umumnya menggunakan pembagian 60 : 40
sesuai dengan yang disepakati. Besarnya bagi hasil yang diperoleh bank syariah selaku pemilik modal shahibul maal akan nampak pada
41
pendapatan bagi hasil, dari jumlah tersebut dapat dilihat seberapa jauh bank syariah dikenal oleh masyarakat, khususnya nasabah yang
melakukan pembiayaan mudharabah. Semakin besar pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank syariah maka semakin tinggi tingkat
eksistensinya.
3.2 Populasi dan Sampel