36 dilakukan bank dengan nasabah semakin tinggi dan akan meningkatkan
eksistensi perbankan syariah di Indonesia.
2.3 Kerangka Pikiran
Pada hakekatnya kerangka pemikiran ini merupakan upaya untuk mencoba menjawab secara ringkas permasalahan yang telah
diidentifikasikan secara rasional melalui alur pikiran yang didasarkan pada kerangka logis.
Secara tidak langsung yang dimaksud dengan kerangka pemikiran sebenarnya telah dideskripsikan atau terdapat dalam bahasan
landasan teori, jadi sumber kerangka pemikiran adalah bahasan landasan teori yang dihubungkan dengan variable penelitian dalam upaya
memecahkan masalah. Kerangka pikir yang digambarkan dalam penelitian ini adalah:
Diagram Kerangka Pikir
Korelasi Pearson
Gambar 2.2
X
1
X
2
Y
37
Keterangan :
Y = Eksistensi Bank Syariah Mandiri
X
1
= Pelaksanaan pembiayaan mudharabah X
2
= Risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, penelitian terdahulu, teori elastisitas oleh Cantilon, teori permintaan uang, maka dalam penelitian ini dapat
ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: 1.
Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pembiayaan mudharabah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri.
2. Diduga bahwa risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah memiliki
hubungan yang signifikan dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi
Operasional
Dalam penelitian yang berjudul ”Hubungan Pelaksanaan Pembiayaan Bagi Hasil Mudharabah beserta risikonya terhadap
Eksistensi Bank Syariah Mandiri” mempunyai definisi operasional sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah X
1
Adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama pemilik dana menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
pengelola dana bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di anatara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana PSAK No. 105:1. b.
Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah X
2
Risiko yang terjadi pada pelaksanaan pembiayaan mudharabah berupa risiko kredit, yakni nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya
sesuai dengan kesepakatan bersama saat masa akad belum selesai. Semakin berani bank syariah mengambil risiko, maka semakin tinggi
pula pelaksanaan pembiayaan mudharabah Arifin, 2002:357 .
38