Telaah Umum Bank Syariah

13 4. Oemar Haziem 2003 Meneliti mengenai Kendala – Kendala Seputar Eksistensi Perbankan Syariah di Indonesia. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kendala apa saja yang dihadapi oleh bank syariah di Indonesia dalam perkembangannya? Hasil penelitian menyatakan bahwa kendala – kendala yang mempengaruhi eksistensi bank syariah di Indonesia adalah kendala fiqh perbedaan pandangan mengenai bunga, masalah hukum yang belum kuat, rendahnya sosialisasi bank syariah, serta kendala – kendala operasional keterbatasan jaringan syariah dan kurangnya sumber daya manusia.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Telaah Umum Bank Syariah

Bank Syariah atau Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariah islam. Bank syariah ini tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan – ketentuan Al-Quran dan Hadist. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariah islam maksudnya adalah bank yang dalam seluruh kegiatan operasinya dilakukan sesuai dengan syariah islam khususnya menyangkut tata cara bermuamalat. Tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik – praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur – unsur riba, untuk diisi dengan 14 kegiatan – kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik – praktik usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah Edy Wibowo dan Untung, 2005:33 . Perkembangan masyarakat yang semakin sadar akan Islam sebagai agama yang mengatur kehidupan masyarakat secara komprehensif dan universal, berhubungan juga pada sektor perbankan. Dengan semakin merebaknya bisnis perbankan syariah, umat Islam di berbagai negara telah berusaha untuk mendirikannya Antonio, 2002:55 . Pasal 66 UU No. 10 tahun 1998 membolehkan bank umum yang melakukan kegiatan secara konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syariah melalui : a. Pendirian kantor cabang atau di bawah kantor cabang baru, atau b. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah Antonio, 2004:21 . Akomodasi peraturan perundang – undangan Indonesia terhadap ruang gerak perbankan syariah Edy Wibowo dan Untung, 2005:35 terdapat pada beberapa peraturan perundang-undangan berikut : 1. Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 15 2. Undang – undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Sentral. Undang – Undang ini memberi peluang bagi BI untuk menerapkan kebijakan moneter berdasarkan prinsip – prinsip syariah. 3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 3233KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 3234KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Kedua peraturan perundang – undangan ini mengatur kelembagaan bank syariah yang meliputi pengaturan tata cara pendirian, kepemilikan, kepengurusan dan kegiatan usaha bank. Karakteristik perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat melalui beberapa hal, yaitu : 1 sistem keuangan dan perbankan yang dianut, 2 aliran pemikiran atau mazhab dan pandangan yang dianut oleh negara atau mayoritas muslimnya, 3 kedudukan bank syariah dalam undang – undang, dan 4 pendekatan pengembangan perbankan syariah dan produknya yang dipilih Ascarya, 2007:204 . Menurut Muhammad 2002 ”Dalam sistem perbankan syariah dimana bank syariah menjadi manajer investasi, wakil atau pemegang amanat dari pemilik dana atas investasi di sektor riil”. Sekalipun sistem operasi kedua jenis bank itu pada dasarnya sama, namun jelas keduanya berbeda. Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 16 Tabel 2.1 : Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Syariah Bank Konvensional Landasan Operasional  Berdasarkan prinsip syariah Islam  Bunga dalam berbagai bentuknya dilarang  Menggunakan prinsip bagi hasil atas transaksi riil  Bebas nilai berdasarkan prinsip materialitas  Bunga sebagai instrumen imbalan terhadap pemilik uang yang diterapkan di muka Fungsi dan Peran  Hubungan dengan nasabah adalah hubungan kemitraan investor timbal balik pengelola investasi  Pengelola dana kebijakan, ZIS fungsi opsional  Penghimpunan dana masyarakat dan memberikan pinjaman kredir dengan unsur bunga  Hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan debitur-kreditur Tujuan Usaha Profit adalah falah oriented mencari kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat Profit oriented Risiko Usaha Dihadapi bersama antara bank dengan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank Sistem Pengawasan Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah Tidak terdapat dewan sejenis dan aspek moralitas sering kali terlanggar karena tidak adnya nilai- nilai religius yang mendasari operasional Sumber : Muhammad Syafi’i Antonio 2004:34 Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam akan menjadi dasar beroperasinya bank Islam, hal yang paling menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan komersial, Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi kemitraankerjasama dengan prinsip bagi hasil, sedangkan peminjaman uang hanya diperbolehkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan 17 apapun, sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasil. Perbedaan bagi hasil dan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2 : Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil Bagi Hasil Bunga Penentuan nisbah bagi hasil dibuat saat akad dengan pedoman untung rugi Penentuan bunga di awal waktu dengan selalu untung Besarnya bagi hasil berdasarkan jumlah untung dan rugi yang diperoleh Besarnya presentase untung berdasarkan modal yang dipinjamkan Bagi hasil bergantung pada keuntungan atau kerugian usaha yang dijalankan Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan lainnya Jumlah pembagian laba meningkat sesuai peningkatan jumlah pendapatan Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat walaupun jumlah keuntungan berlipat Sumber : Triyuwono 2001:43 Penentuan besarnya hasil usaha pada sistem bunga telah ditentukan sebelumnya, sedangkan pada sistem bagi hasil ditentukan sesudah berusaha. Karena hasil investasi di masa yang akan datang akan dihubungani banyak faktor, baik faktor yang dapat diprediksikan maupun tidak. Faktor yang dapat diprediksikan atau dihitung sebelumnya adalah berapa banyaknya modal, nisbah yang disepakati. Sementara faktor efeknya tidak dapat dihitung secara pasti adalah usaha return. Penerapan sistem bunga jika terjadi kerugian akan ditanggung oleh nasabah saja sedangkan dalam sistem bagi hasil kerugian akan ditanggung kedua belah pihak baik bank maupun nasabah. Hal ini sesuai dengan prinsip bank Islam yaitu menjalin kemitraan dengan nasabah. Persoalan bunga bank yang disebut sebagai riba bertentangan dengan Al-Quran surat Ar-Ruum ayat 39 dan surat An-nisa ayat 161 : 18 æóãóÇ ÂÊóíúÊõãú ãöäú ÑöÈðÇ áöíóÑúÈõæó Ýöí ÃóãúæóÇáö ÇáäøóÇÓö ÝóáÇ íóÑúÈõæ ÚöäúÏó Çááøóåö æóãóÇ ÂÊóíúÊõãú ãöäú ÒóßóÇÉò ÊõÑöíÏõæäó æóÌúåó Çááøóåö ÝóÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúãõÖúÚöÝõæäó ٩ Wanaa aataitum min ribal liyarbuu fi amwaalin naasi falaa yarbuu ’indallaahi wamaa aataitum min zakaatin turiiduuna wajhallahi fa’uulaa’ika humul mudz’ifuuna. Artinya : ”Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak bertambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka yang berbuat demikian itulah orang-orang yang melipatgandakan pahalanya.” Ar-Ruum : 39 æóÃóÎúÐöåöãõ ÇáÑöøÈóÇ æóÞóÏú äõåõæÇ Úóäúåõ æóÃóßúáöåöãú ÃóãúæóÇáó ÇáäøóÇÓö ÈöÇáúÈóÇØöáö æóÃóÚúÊóÏúäóÇ áöáúßóÇÝöÑöíäó ãöäúåõãú ÚóÐóÇÈðÇ ÃóáöíãðÇ Wa akhdzihimur ribaa wa qadnuhuu ’anhu wa aklihim amwaalan naasi bilbaathili wa a’tadnaa lilkaafiriina minhum ’adzaaban aliiman. Artinya : 19 ” ..... dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang – orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.” Tafsiran ayat – ayat tersebut menunjukkan bahwa riba masih merupakan indikasi bukan keharusan. Namun tetap menolak bahwa riba seolah – olah dapat menolong mereka yang membutuhkan merupakan perbuatan yang diridhai Allah. Isi ayat tersebut sangat mencela riba dan menggolongkan mereka memakan riba sama dengan orang yang mencuri harta orang lain dan Allah mengancam pelaku tersebut dengan siksa yang pedih. Allah membenci dan melarang riba dan menghalalkan sedekah Muhammad, dkk, 2002 .

2.2.2 Pembinaan dan Pengawasan Bank Syariah