Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian

28 sekadar mengandalkan buku teks, sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Guru dituntut untuk memiliki kreatifitas yang tinggi dalam mengaplikasikan strategi pembelajaran yang inovatif, agar proses pembelajaran dapat berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Media komik cerita anak merupakan alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru terutama dalam bidang studi bahasa Indonesia, khususnya pada materi mengapresiasi cerita anak. Terlebih, media komik cerita anak ini dapat dimanfaatkan untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran mengapresiasi cerita anak. Media komik cerita anak merupakan pengembangan dari wujud cerita anak dalam teks. Media ini merupakan upaya agar siswa dapat membaca suatu cerita dalam wujud bacaan yang mereka sukai. Komik cerita anak sama halnya dengan komik yang lain, di dalamnya memuat unsur gambar dan tulisan. Gambar ditujukan agar siswa memiliki visualisasi terhadap isi cerita. Melalui media komik cerita anak ini diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami isi cerita, karena kegiatan mengapresiasi suatu karya sastra, terutama cerita anak bertumpu pada pemahaman terhadap cerita. Dengan pemahaman siswa yang lebih baik dengan menggunakan media komik cerita anak diharapkan siswa lebih mudah dalam kegiatan mengapresiasi cerita anak.

2.3 Kerangka Berpikir

Kebutuhan akan media pembelajaran dalam era pembelajaran yang inovatif saat ini sudah tidak dapat dihindari. Pengembangan media 29 pembelajaran untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar di kelas pun semakin banyak dilakukan. Para pengembang semakin meluaskan pandangan tentang objek yang dapat dikembangkan sebagai media. Permasalahan yang sering terjadi adalah apakah media tersebut disukai dan mampu menarik perhatian siswa. Oleh karena itu, muncul sebuah pemikiran untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran melalui objek yang secara umum disukai dan dekat dengan dunia siswa, khususnya siswa kelas VII SMP. Media tersebut berupa komik, yang nantinya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran mengapresiasi cerita anak, sehingga disebut sebagai media komik cerita anak. Cerita anak harus dikemas semenarik mungkin agar lebih menyenangkan untuk dikonsumsi siswa atau anak-anak. Terlebih dalam kaitannya dengan pembelajaran mengapresiasi cerita anak kemasan cerita dalam suatu media pembelajaran yang menarik sangat dibutuhkan. Media komik cerita anak ini juga diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan berkaitan dengan media pembelajaran. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, diperlukan adanya pengembangan media komik cerita anak yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Sehingga media komik tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran mengapresiasi cerita anak secara efektif. 30

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada dan kajian pustaka yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah pengembangan media komik cerita anak untuk pembelajaran mengapresiasi cerita anak akan sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa kelas VII SMP. 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan Research and Development RD atau penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan Sukmadinata 2007: 164. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah pengembangan media komik cerita anak untuk siswa kelas VII SMP. Penelitian ini menggunakan pola atau model pengembangan Dick and Carry, model ini tepat untuk pengembangan media pembelajaran Anonim 2009 Secara sistematik penelitian tersebut dilakukan melalui tahap yang dimodifikasi sebagai berikut: 1 Tahap 1: menganalisis kebutuhan dan karakteristik media untuk pembelajaran mengapresiasi cerita anak. Analisis kebutuhan dilakukan dengan memberikan angket kepada guru dan siswa yang berisi seputar karakteristik media pembelajaran yang dibutuhkan untuk pembelajaran mengapresiasi cerita anak. 2 Tahap 2: merumuskan tujuan instruksional instructional objective, perumusan tujuan instruksional disusun untuk menentukan sasaran yang tepat tentang media pembelajaran yang