27
pemantu yang tidak menaruh perhatian pada anak tersebut. Kemudian, kemiskinan dan lingkungan sosial yang rawan juga
membuat anak tidak menikmati kesempatan dan pengalaman seperti yang dinikmati teman
– temannya yang lain. Kegiatan ini tentunya menyumbang terhadap munculnya kesulitan belajar.
9 Faktor Pendidikan
Faktor – faktor yang berkaitan dengan pendidikan anak di
sekolah, terutama cara guru mengajar juga dapat berperan dalam munculnya kesulitan belajar. Cara mengajar yang tidak tepat,
yang terjadi karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang anak
– anak yang memerlukan bantuan khusus, atau tidak mampunya guru dalam mengajar bidang studi tertentu dapat
menimbulkan masalah bagi anak- anak dalam belajar.
5. Anak Berkesulitan Belajar Membaca Menulis
a. Definisi kesulitan belajar membaca
Lerner dalam
Mulyono Abdurrahman,
2012: 162
mengemukakan bahwa kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia dyslexia yang berasal dari bahasa yunani yang artinya
kesulitan membaca. sedangkan kesulitan belajar membaca yang berat disebut aleksia.
Disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca namun juga menulis. Hal ini dapat dipahami karena ada kaitan yang erat antara
28
membaca dengan menulis. Anak berkesulitan belajar membaca umumnya juga kesulitan dalam menulis. Hornsby dalam Mulyono
Abdurrahman, 2012: 162 Anak berkesulitan belajar membaca sering memperlihatkan
kebiasaan membaca yang tidak wajar berupa adanya gerakan-gerakan penuh ketegangan seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara
meninggi, atau menggigit bibir. Pada saat membaca mereka sering kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan atau ada baris
yang terlompat sehingga tidak dibaca. Anak berkesulitan belajar membaca sering mengalami
kekeliruan dalam mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencangkup penglihatan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap,
pengubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak. Gejala penghilangan tampak ketika dihadapkan pada bacaan “Bunga mawar
putih”, dibaca oleh anak”Bunga putih”. Penyisipan terjadi saat anak menambahkan kata pa
da kalimat yang sedang dibaca misalnya “Bapak pergi ke rumah bibi” dibaca “Bapak dan Ibu pergi ke rumah bibi”.
Penggantian terjadi jika anak mengganti kata pada kalimat yang sedang dibaca misalnya “ Itu buku Kakak” dibaca “Itu buku Bapak”.
Pembalikkan tamp ak seperti pada saat anak seharusnya membaca “ubi”
namun dibaca “ibu”, kesalahan ucap tampak pada saat anak membaca tulisan “namun” yang dibaca “nanum” Gejala pengubahan tempat
29
tampak seperti pada saat membaca “Ani pergi ke pasar” dibaca “Ani ke pasar perg
i”. Gejala keraguan tampak pada saat anak berhenti membaca suatu kata dalam kalimat karena tidak dapat mengucapkan kata tersebut.
Mereka sering membaca dengan irama yang tersentak-sentak karena sering berhadapan dengan kata-kata yang tidak dikenal ucapannya.
Gejala kekeliruan memahami tampak pada banyaknya kekeliruan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak mampu
mengemukkan urutan cerita yang dibaca dan tidak mampu memahami tema utama dari suatu cerita. Gejala lain tampak pada saat membaca
kata demi kata, membaca dengan penuh ketegangan dan nada tinggi, dan membaca dengan penekanan yang tidak tepat
. Pendapat Vernon dalam Mulyono Abdurrahman, 2012: 164
mengemukakan anak berkesulitan belajar membaca mengalami berbagai kesalahan dalam membaca sebagai berikut:
1 penghilangan kata atau huruf;
2 penyelipan kata;
3 penggantian kata;
4 pengucapan kata salah dan makna berbeda;
5 pengucapan kata salah tetapi makna sama;
6 pengucapan kata salah dan tidak bermakna;
7 pengucapan kata dengan bantuan guru;
8 pengulangan;
30
9 pembalikan kata;
10 pembalikan huruf;
11 kurang memperhatikan tanda baca;
12 ragu-ragu; dan
13 tersendat-sendat
b. Definisi kesulitan belajar menulis