Definisi kesulitan belajar menulis

30 9 pembalikan kata; 10 pembalikan huruf; 11 kurang memperhatikan tanda baca; 12 ragu-ragu; dan 13 tersendat-sendat

b. Definisi kesulitan belajar menulis

Kesulitan belajar menulis sering disebut disgrafia dysgraphia. Kesulitan belajar menulis berat dinamakan agrafia. Disgrafia merujuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika. Disgrafia dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca atau disleksia dyslexia karena kedua jenis kesulitan ini saling terkait. 1 Menulis dengan tangan atau menulis permulaan Siswa harus dibiasakan untuk menulis dengan tangan karena kemampuan ini merupakan prasayarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang lain. Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak tetapi juga guru. Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas, terputus-putus, atau tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan 31 menulis. Anak yang persepsi visualnya terganggu akan sulit membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d dengan b, p dengan q, h dengan n, atau m dengan w. Jika persepsi auditorisnya terganggu maka anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata yang diucapkan oleh guru. Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ia tulis. Kemampuan melakukan cross modal menyangkut kemampuan melakukan transfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik. Hal ini menyebabkan anak mengalami gangguan koordinasi mata-tangan sehingga tulisan menjadi tidak jelas, terputus-putus atau tidak mengikuti garis lurus. 2 Assesmen Kesulitan Menulis dengan Tangan Untuk mengetahui apakah anak mengalami kesulitan menulis tangan, guru dapat melakukan observasi terhadap berbagai kemampuan sebagai berikut: 1 menulis dari kiri ke kanan; 2 memegang pensil dengan benar; 3 menulis nama panggilannya sendiri; 4 menulis huruf-huruf; 5 menyalin kata-kata dari papan tulis ke buku atau kertas; dan 6 menulis pada garis yang tepat. 32 Instrumen informal untuk mengetahui apakah anak mampu menulis huruf-huruf dengan benar , Hammill dalam Mulyono Aburrahman 2012: 48 telah mengembangkan instrumen sebagai berikut: Tabel 1. Instrumen informal kemampuan menulis anak No Jenis Kesalahan Salah Benar 1 a seperti o 2 a seperti au 3 a seperti ci 4 h seperti li 5 d seperti cl 6 e tertutup tidak ada lubangnya 7 i seperti e tanpa titik 9 m seperti w 10 n seperti v 11 o seperti a 12 r seperti i 13 r seperti n 14 t seperti l 15 t dengan garis atasnya 33

B. Indikator Pembelajaran Membaca Menulis pada Anak SD Kelas

Rendah 1. Indikator pembelajaran membaca Penulis mengembangkan kemampuan seorang anak untuk dapat membaca sebagai indikator instrumen penelitian konstruk validitas. Adapun indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut : a. membedakan bentuk huruf b. mengucapkan bunyi huruf dan kata dengan benar c. menggerakan mata dengan cepat ke kiri dan ke kanan sesuai dengan urutan tulisan yang dibaca d. menyuarakan tulisan yang sedang dibaca dengan benar e. mengenal arti tanda – tanda baca f. mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan bunyi, makna kata yang diucapkan serta tanda baca. Di sisi lain, kesulitan belajar membaca yang muncul dan dapat dijadikan sebagai penjelas dari indikator di atas yaitu : a. Tidak dapat membedakan bentuk huruf Hal ini dapat dilihat pada anak – anak yang sering mengacaukan huruf d dan b, huruf k dan h, atau bahkan huruf a dan d. Jika hal ini terjadi, tentu anak – anak tidak akan dapat melakukan decoding yaitu membaca tulisan sesuai dengan bunyinya.