21
pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan
– kegagalan tersebut mencangkup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung.
c. Faktor – faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar
1 Intelegensi
Pada dasarnya, kesulitan belajar dapat muncul pada populasi yang cukup luas,mulai dari yang berbakat dan
berkemampuan luar biasa sampai yang berkemampuan rata-rata. Tingkat intelegensi hanya mampu menerangkan tingkat rata-rata
pencapaian yang mungkin ditunjukkan oleh seseorang dan bukan menerangkan atau meramalkan keberhasilannya dalam belajar.
Sebagaimana diketahui bahwa belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor di samping intelegensi seperti kualitas pembelajaran, guru
yang mengajar, media, dan metode. 2
Ketidaksempurnaan Sensori Kekurangan atau ketidaksempurnaan anak berkesulitan
belajar berhubungan dengan cara kerja mata, telinga dan sistem syaraf pusat. Untuk menangkap stimulus tertentu secara
sempurna, misalnya untuk melihat sinar matahari, mengamati berbagai warna, mendengarkan musik, atau menangkap pesan
tertentu diperlukan alat indera yang sempurna, yang cukup peka terhadap stimulus tersebut. Kadang
– kadang terjadi, penglihatan
22
dan pendengaran seorang anak sangat sempurna, namun sistem syaraf pusatnya tidak berfungsi, sehingga pesan yang
disampaikan oleh otak berbeda atau menyimpang. Dengan demikian, anak ini akan mengatakan bahwa sesuatu yang
didengar atau dilihatnya berbeda dari yang sebenarnya. Misalnya, kepada seorang anak diperlihatkan huruf d, anak akan
mengamatinya, kemudian mengatakan bahwa itu huruf b, karena pesan yang disampaikan oleh otak mengatakan bahwa itu huruf b.
Jadi dalam persepsi anak tersebut huruf d adalah huruf b. Kita harus sadar bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangan masing – masing yang berkaitan dengan fungsi
sensori. Ada anak yang sangat mudah mengingat sesuatu dengan cara mengucapkannya atau mendengarnya berkali
– kali. Maka kita memberikan bantuan kepada anak dengan memanfaatkan
kelebihannya. Misalnya untuk mengingat sesuatu, kita membuat ringkasan atau akronim, membuat catatan harian atau hal lainyang
memudahkan anak mengingat. 3
Tingkat keaktifan dan Kemampuan Memusatkan Perhatian Belajar merupakan satu aktivitas yang mepersyaratkan
adanya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Tanpa perhatian, seorang tidak mungkin belajar. Oleh karena itu,
kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian yang
23
mencangkup intensitas pemusatan perhatian dan daya tahan atau lamanya perhatian dapat dipusatkan, sangat menentukan dalam
proses belajar. Jika seorang anak tidak mampu memusatkan perhatiannya pada bidang atau tugas
–tugas yang harus dipelajarinya maka akan terjadi masalah atau kesulitan dalam
belajar. Anak yang demikian ini akan sulit untuk duduk tenang dan selalu gelisah karena semua hal yang ada di sekitarnya
menarik perhatiaanya. Oleh karena itu, anak yang demikian sering bergerak ke sana ke mari, tidak bisa diam dan dikenal sebagai
anaka yang hiperaktif. Namun kita perlu berhati- hati, tidak semua anak yang demikian itu termasuk anak yang hiperaktif,
tetapi tergolong anak yang kelebihan energi, sehingga memerlukan aktivitas yang lebih dari yang dikerjakan oleh teman
– temannya. Untuk membedakan kedua tipe anak ini, dapat melihat prestasi anak tersebut. Anak yang mengalamai kelebihan
energi biasanya prestasinya prestasinya lebih dari anak yang hiperaktif.
4 Memar Otak dan Fungsi Otak yang Minimal
Kedua faktor yang berperan dalam munculnya masalah atau kesulitan belajar ini dapat terjadi karena trauma yang muncul
sebelum kelahiran prenatal, pada saat kelahiran, atau sesudah kelahiran. Kelahiran sebelum waktunya prematur, keracunan,
24
benturan fisik, ketidakseimbangan darah dan sebagainya dapat menimbulkan memar otak dan otak yang berfungsi sangat
minimal sehingga akan mempengaruhi kemampuan anak untuk belajar. Namun kejadian tersebut di atas tidak selalu
menimbulkan ketidakmampuan dalam belajar. Banyak anak yang lahir prematur cukup berhasil dalam belajar, bahkan anak yang
menderita Cerebral Palsy ada yang dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu, kita hanya dapat memperkirakan penyebabnya
dan sering tidak dapat menentukan penyebab yang pasti. 5
Faktor Keturunan Keturunan sering dipandang sebagai sumber yang dapat
menerangkan munculnya kesulitan belajar pada seorang anak. Sangat sering terjadi, jika seorang anak menderita gagap, maka
orang akan bertanya apakah di antara keluarganya misalnya ayah, ibu, nenek, kakek atau paman dan bibinya yang juga
menderita gagap. Jika seorang anak mendapat kesulitan dalam matematika, mungkin orang akan mengatakan bahwa hal itu
menurun dari ayahnya yang selalu gagal dalam matematika. 6
Ketidakmatangan atau Kematangan yang Terlambat Faktor ketidakmatangan atau kematangan yang terlambat
sangat sering terdengar jika seorang anak belum dapat belajar sesuatu. Misalnya pada saat usia satu tahun seorang anak belum
25
dapat berjalan, orang akan mengatakan bahwa ia belum matang untuk berjalan. Demikian juga jika pada usia enam tahun, anak
belum tertarik untuk membaca dan menulis, sering dikatakan bahwa ia belum matang untuk belajar membaca dan menulis.
7 Faktor Emosi
Kondisi emosi yang dianggap berperan dalam munculnya kesulitan belajar adalah rasa takut dan khawatir. Rasa takut
mencangkup berbagai jenis seperti takut gagal atau tidak berhasil, takut mencoba, takut memikul tanggung jawab, takut memikul
tanggung jawab, takut bersaing, takut menghadapi masa depan, bahkan takut menjadi dewasa.
Di samping itu, rasa takut, gugup, panik, dan gelisah juga sering menggangu konsentrasi seseorang. Orang tua yang selalu
menuntuk anaknya agar menduduki peringkat tertinggi di kelas secara tidak sadar telah membuat anak mendapat beban yang
terlampau berat sehingga selalu merasa tertekan. Jika kedaan demikian berlangsung terus, anak yang bersangkutan dapat
menurun prestasinya, bahkan mengalami gangguan berat. Contoh lain, anak sangat menonjol di bidang olahraga, namun orang tua
selalu menuntut agar menonjol di bidang akademik. Prestasi yang dicapainya di bidang olahraga tidak pernah dihargai oleh orang
tuanya, bahkan orang tuanya selalu mengatakan bahwa prestasi di
26
bidang olahraga tidak ada gunanya. Hal ini bisa menjadi pangkal dari munculnya berbagai kesulitan belajar bagi si anak. Dan perlu
diketahui bahwa masalah atau kesulitan belajar juga dapat menimbulkan gangguan emosi. Misalnya anak yang selalu
mendapat kesulitan dalam membaca, maka dia dapat menjadi gugup, gelisah dan sebagainya ketika dihadapkan pada sebuah
bacaan sehingga dia makin tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk membaca.
8 Faktor Lingkungan
Sedikitnya ada tiga kondisi lingkungan yang berperan dalam munculnya kesulitan belajar, yaitu kekurangan gizi,
kurangnya pengalaman berbahasa, serta kondisi budaya dan ekonomi. Kekurangan gizi sudah jelas pengaruhnya bagi daya
tahan seseorang. Seorang anak yang selalu merasa letih, lemah tak berdaya, tidak akan mungkin memusatkan perhatiannya dalam
pelajaran. Dia akan selalu mengantuk, melamun, dan tidak bergerak selincah teman
– temannya. Kekurangan pengalaman berbahasa dapat terjadi pada anak yang selalu kesepian karena
orang tuanya tidak sempat menemaninya dan dia tidak punya teman untuk berbicara. Keadaan ini terjadi biasanya pada
keluarga yang terlalu sibuk, pada anak yang sering ditinggal oleh orang tuanya dan diasuh oleh orang yang tidak berpendidikan atau
27
pemantu yang tidak menaruh perhatian pada anak tersebut. Kemudian, kemiskinan dan lingkungan sosial yang rawan juga
membuat anak tidak menikmati kesempatan dan pengalaman seperti yang dinikmati teman
– temannya yang lain. Kegiatan ini tentunya menyumbang terhadap munculnya kesulitan belajar.
9 Faktor Pendidikan
Faktor – faktor yang berkaitan dengan pendidikan anak di
sekolah, terutama cara guru mengajar juga dapat berperan dalam munculnya kesulitan belajar. Cara mengajar yang tidak tepat,
yang terjadi karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang anak
– anak yang memerlukan bantuan khusus, atau tidak mampunya guru dalam mengajar bidang studi tertentu dapat
menimbulkan masalah bagi anak- anak dalam belajar.
5. Anak Berkesulitan Belajar Membaca Menulis