Pembangunan Hukum di Era Reformasi

xlix 1998 ini tidak sempat terlaksana karena jatuhnya pemerintahan Orde Baru oleh arus reformasi. 63

b. Pembangunan Hukum di Era Reformasi

Rumusan politik hukum nasional di era reformasi dapat ditemukan dalam TAP MPR No. IVMPR1999 tentang GBHN, pada BAB IV disebutkan tentang arah kebijakan bidang hukum yaitu: 64 a. Mengembangkan budaya hukum disemua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum. b. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta memperbaharui perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidak adilan gender dan ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi. c. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta menghargai hak-hak asasi manusia. d. Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional, terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk undang-undang. e. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat-aparat hukum termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan serta pengawasan yang efektif. f. Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa dan pihak manapun. g. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional. h. Menyelenggarakan proses peradilan secara tepat, mudah, murah dan terbuka, serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan dan kebenaran. i. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan, penghormatan dan penegakan hak asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan. j. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas. 63 Ibid; hlm. 127 64 Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, op cit,. hlm. 95-96 l Teuku Mohammad Radhie menyampaikan bahwa dalam rangka membangun sistem hukum nasional itu pemerintah menetapkan kebijaksanaan untuk memanfaatkan tiga sistem hukum yang eksis living law di Indonesia, yaitu sistem hukum Adat, Islam dan Barat Belanda sebagai bahan bakunya. 65 Arif Sidharta mengusulkan tatanan hukum nasional Indonesia harus mengandung ciri-ciri: 66 a. Berwawasan kebangsaan dan berwawasan nusantara. b. Mampu mengakomodasi kesadaran hukum kelompok etnis kedaerahan dan keyakinan keagamaan. c. Sejauh mungkin berbentuk tertulis dan terunifikasi. d. Bersifat rasional yang mencakup rasionalitas efisiensi, rasionalitas kewajaran redelijkheid , rasionalitas kaidah, dan rasionalitas nilai. e. Aturan prosedural yang menjamin transparansi yang memungkinkan kajian rasional terhadap proses pengambilan putusan oleh pemerintah. f. Responsif terhadap perkembangan aspirasi dan ekspektasi masyarakat. Pada masa sekarang ini, perencanaan pembangunan nasional diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Adapun secara umum grand design pembangunan sistem dan politik hukum nasional yaitu: 67 a. Grand design pembangunan sistem dan politik hukum nasional adalah sebuah konsep komprehensif yang menjadi tujuan bersama dari seluruh stake holders pembangunan hukum, mulai dari lembaga legislatif, eksekutif, dan yudisial, serta masyarakat pada umumnya. 65 Ibid ; hlm. 66-67 66 Ibid; hlm. 70-71 67 Grand Design Pembangunan Hukum , Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Nasional, http:www.bphn.go.idindex.php?action=public id =2008032212265386 24 April 2009, 22:32 WIB li b. Substansi di dalamnya antara lain mencakup desain struktur pembangunan hukum secara utuh, pola hubungan antara seluruh stake holders berdasar peran, kewenangan, dan tanggung jawab, mekanisme kerja bersama antara seluruh pelaku dan bentuk koordinasinya, orientasi produk hukum ideal bukan sekadar pedoman dan standar perilaku, pola pelaksanaan aturan-aturan hukum, dan etika untuk penegakan dan aparatur hukum. c. Persoalan mendasar terkait grand design pembangunan sistem dan politik hukum nasional yang muncul kemudian adalah bagaimana membuat struktur sistem hukum legal system yang kondusif bagi keragaman sub-sistem, keberagaman substansi, pengembangan bidang-bidang hukum yang dibutuhkan masyarakat, juga kondusif bagi terciptanya kesadaran hukum masyarakat dan kebebasan untuk melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan aturan yang berlaku. Tegasnya, harus ada kebijakan hukum legal policy yang jelas untuk menciptakan kondisi di atas. d. Langkah menuju terciptanya grand design pembangunan sistem dan politik hukum nasional yaitu dalam merumuskan grand design tersebut, pertama-tama perlu dilakukan inventarisasi terhadap permasalahan-permasalahan yang perlu diberikan perhatian utama dalam penanganannya, baik dari aspek materi hukum, aparatur hukum, sarana dan prasarana hukum maupun budaya hukumnya. Setelah itu, perlu dilakukan penetapan prioritas tentang unsur-unsur yang harus didahulukan di dalam upaya pembangunan hukum yang sifatnya menyeluruh holistik tersebut.

7. Penelitian Yang Relevan