lxxiii wewenang menyelesaikan hukum waris yang sebelumnya menjadi
wewenang pengadilan agama dialihkan menjadi wewenang pengadilan negeri.
c. Kebijakan kompromi Jepang dan pengaruhnya bagi hukum Islam
Pada tahun 1942 Belanda meninggalkan Indonesia sebagai akibat pecahnya perang Pasifik. Kedatangan Jepang mula-mula disambut
dengan senang hati bangsa Indonesia karena telah mengusir Belanda yang telah ratusan tahun menguasai Indonesia.
102
Kebijakan yang ditempuh Jepang yaitu berusaha merangkul pemimpin Islam untuk
diajak bekerja sama. Dia mengklaim dirinya sebagai saudara tua rakyat Indonesia. Tujuannya untuk memobilisasi seluruh penduduk dalam
rangka untuk mempercepat tercapainya tujuan-tujuan perang. Kelanjutan dari kebijakan politiknya secara bertahap yaitu Jepang
mengakui kembali organisasi-organisasi Islam yang sebelumnya telah dibekukan. Selain itu Jepang memberi motivasi kepada kalangan Islam
untuk mendirikan organisasi-organisasi Islam baru. Dalam sejarah modern Indonesia, Jepang tercatat sebagai pemerintah pertama yang
memberi tempat penting kepada golongan Islam.
103
Beberapa alasan Jepang mengesahkan pendirian ormas-ormas Islam yaitu:
1 Untuk memperoleh dukungan dan bantuan dari penduduk di
pedesaan diperlukan organisasi yang dipatuhi penduduk yaitu organisasi para ulama.
2 Dengan pengesahan secara formal lebih mempermudah Jepang
untuk melakukan pengawasan terhadap organisasi-organisasi Islam.
102
Warkum Sumitro, Perkembangan Hukum Islam Di Tengah Kehidupan Sosial Politik Di Indonesia
, ctk. Pertama, Banyumedia Publishing, Malang, 2005, hlm. 82
103
Ibid
lxxiv 3
Jepang tidak berhasil mendapatkan dukungan penuh dari rakyat Indonesia dengan pengakuannya terhadap fungsi putra dan Jawa
Hokokai. 4
Jepang bermaksud menebus dosa beberapa kesalahannya terhadap kalangan Islam.
104
Pada awal kekuasaannya, Jepang membentuk Shumubu Kantor Departemen Agama di Ibukota Jakarta, selanjutnya membentuk
Hizbullah, semacam unit militer bagi pemuda Islam dan didirikannya organisasi federasi Masyumi Majelis Syura Muslimin Indonesia.
Terwadahinya para ulama dan para pemuda Islam membuat Jepang tidak menaruh kecurigaan kepada para pemimpin Islam. Dalam kondisi
itulah para ulama dengan bebas dapat menyebarluaskan hukum Islam keberbagai lapisan masyarakat.
105
Kebijakan Jepang terhadap peradilan agama tetap meneruskan kebijakan sebelumnya masa kolonial Belanda. Kebijakan tersebut
dituangkan dalam peraturan peralihan Pasal 3 undang-undang bala tentara Jepang
Osamu Sairei
tanggal 7 Maret 1942 No.1. hanya terdapat perubahan nama pengadilan agama, sebagai peradilan tingkat
pertama yang disebut
“ Sooryoo Hooim”
dan Mahkamah Islam Tinggi, sedangkan tingkat banding disebut
“ kaikyoo kootoohoin”
.
106
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang tersebut cukup menguntungkan masyarakat Islam walaupun dibalik itu maksud tujuan
Jepang adalah hanya untuk mencari simpati dan dukungan rakyat Indonesia semata. Kebijakan Jepang cukup menguntungkan karena
adanya beberapa kebebasan yang diberikan seperti diakuinya kembali organisasi-organisasi Islam dan membentuk organisasi Islam yang baru
seperti Hizbullah yaitu semacam unit militer bagi pemuda Islam dan
104
Noer, Deliar. Partai Islam Dipentas Nasional 1945-1965, 1987, dalam Ibid; hlm.83
105
Ibid; hlm 84-85
106
Zaeni A. Noeh dan A. Basit Adnan. 1983. Sejarah Singkat Pengadilan Agama di Indonesia. Ibid
; hlm.86
lxxv didirikannya organisasi federasi Masyumi Majelis Syura Muslimin
Indonesia yang mana kebijakan itu tidak diberikan pada waktu pemerintahan Hindia Belanda. Namun kebijakan tersebut tidak diikuti
pada kebijakan peradilan agama karena kebijakan yang dikeluarkan hanya merubah nama dalam peradilan agama tetapi isinya sama
dengan kebijakan sewaktu pemerintahan Hindia Belanda. Kebijakan Jepang
tidak banyak
memberikan pengaruh
bagi kondisi
perkembangan hukum Islam karena singkatnya waktu Jepang menguasai Indonesia menyusul kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945.
2. Periode Kemerdekaan