lii yaitu buku berjudul Formalisasi Syariat Islam dalam Perspektif Tata Hukum
di Indonesia karangan Rahmad Rosyadi dan Rais Ahmad yang diterbitkan pada tahun 2006 dan buku berjudul Eklektisisme Hukum Nasional Kompetisi
antara Hukum Islam dan Hukum Umum karangan A. Qodry Azizy, diterbitkan oleh Gama Media pada tahun 2004. Perbedaan dengan penelitian
ini yaitu pada penelitian ini yang akan diteliti selain perkembangan hukum Islam di era reformasi juga akan diteliti apakah positivisasi hukum Islam telah
sesuai atau belum dengan arah dan tujuan pembangunan hukum nasional di era reformasi.
8. Kerangka Berpikir
Indonesia adalah negara hukum sehingga dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan pada hukum. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat
3 Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 sejak saat itu pula sudah ditentukan politik hukum untuk merombak sama sekali tatanan yang lama dan
menggantikannya dengan yang baru, berdasarkan nilai-nilai dan cita-cita Indonesia yang baru.
68
Ditengah perdebatan mengenai penggantian hukum kolonial itu muncul berbagai tuntutan dan perdebatan tentang hukum apakah
yang mewarnai dalam pembentukan hukum nasional Indonesia modern. Sebagian kalangan memandang bahwa hukum barat peninggalan kolonial itu
perlu dipertahankan dengan hanya memperbaharuinya dengan berbagai perkembangan baru dalam masyarakat. Pada sisi lain kelompok pelopor
hukum adat menghendaki diberlakukan dan diangkatnya hukum adat menjadi hukum nasional Indonesia dan kelompok lain mengusulkan agar syari’at Islam
68
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia, Ctk, Kedua, Jakarta, PT Kompas Media Nusantara, 2006, hlm. 152
liii perlu diintrodusir sebagai hukum nasional Indonesia.
69
Dalam hal ini ada tiga komponen yang terlibat dalam unsur pembangunan hukum nasional Indonesia
yaitu hukum Barat Kolonial, hukum Adat dan hukum Islam. Dasar dan corak politik hukum Indonesia bersumber pada konstitusi
Pembukaan UUD 1945, yang di dalamnya mengandung cita negara, cita hukum dan dasar-dasar politik hukum negara. Hukum ditujukan untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemakmuran rakyat, memenuhi prinsip kemanusiaan, serta dilandasi oleh demokrasi dan
musyawarah yang seluruhnya dengan menghormati ajaran agama. Dengan landasan itulah politik hukum dibangun dan dikembangkan baik pada tataran
tujuan maupun proses pembentukan hukum dalam berbagai perundang- undangan. Karena pemahaman terhadap hukum di Indonesia yang dipengaruhi
oleh paham
positivistik
maka pada kenyataannya hukum-khususnya peraturan perundang-undangan adalah merupakan produk politik.
70
Sebagai salah satu elemen pendukung dalam pembangunan hukum nasional Indonesia selain hukum Adat dan hukum Barat, peran hukum Islam
dapat dilihat dari cukup banyaknya hukum positif atau atau peraturan perundang-undangan maupun peraturan daerah yang memuat nilai-nilai Islam
seperti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 17
Tahun 1999, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
69
Hamdanzoelva, Syari’at Islam Dan Politik Hukum Nasional Indonesia. http:hamdanzoelva.
wordpress.com20080401syariE28099at-islam-dan-politik-hukum-nasional-indonesia. 2008, 15 Maret 2009.21:10 WIB
70
Ibid
liv Syari’ah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara, penerapan syariat Islam di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam NAD. Hukum Islam telah turut serta memberikan kontribusi
norma-norma dan nilai-nilai hukum yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang heterogen.
Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan maupun peraturan daerah yang memuat nilai-nilai hukum Islam tersebut, tidak terlepas
dari peranan politik hukum dan kebijakan pemerintah. Pembentukan peraturan tersebut juga harus melalui proses lahirnya sebuah kebijakan seperti lahirnya
peraturan yang yang lain yaitu harus melalui berbagai tahap dalam suatu kebijakan publik diantaranya yaitu adanya identifikasi masalah kebijakan,
penyusunan agenda,
perumusan kebijakan,
pengesahan kebijakan,
implementasi kebijakan, dan juga evaluasi kebijakan. Lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang memuat nilai-
nilai hukum Islam tersebut tidak terlepas dari masalah. Cukup banyak pro dan kontra atas lahirnya peraturan perundang-undangan tersebut, ada pihak yang
mendukung namun tidak sedikit pula yang menolak. Dari hal-hal tersebut di atas, penulis ingin mengetahui lebih dalam
sejauhmanakah peran hukum Islam dalam proses pembangunan hukum nasional Indonesia dengan melihat perkembangan positivisasi hukum Islam
dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Disamping itu, penulis juga ingin mengetahui apakah positivisasi hukum Islam tersebut sudah sesuai
dengan arah dan tujuan pembangunan hukum nasional atau belum karena masih terdapat perbedaan pendapat terkait adanya positivisasi hukum Islam
dalam hukum nasional. Adapun sistematika kerangka berpikir penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Unsur Pembangunan Hukum Nasional: Hukum
Barat, Islam, Adat
Hukum Islam
lv Produk hukum nasional yang
memuat nilai-nilai hukum Islam: Ø
UU No. 38 Tahun 1999 Ø
UU No. 17 Tahun 1999 Ø
UU No. 41 Tahun 2004 Ø
UU No. 3 Tahun 2006 Ø
UU No. 13 Tahun 2008 Ø
UU No. 21 Tahun 2008 Ø
UU No. 19 Tahun 2008 Ø
Perda-Perda Syari’ah Proses politik dan kebijakan publik:
Ø Identifikasi masalah kebijakan
Ø Penyusunan agenda
Ø Perumusan kebijakan
Ø Pengesahan kebijakan
Arah dan Tujuan Pembangunan Hukum Nasional
lvi
BAB III METODE PENELITIAN
9. Jenis Penelitian