EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK BERUPA PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DI SMP NEGERI 11 SEMARANG

(1)

i

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK BERUPA PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VIII PADA MATERI USAHA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DI SMP NEGERI 11 SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Ima Utari Siregar

3201412007

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

(5)

v As-Shiddiq)

 Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya beroleh kemenangan akan menghilangkan letihnya perjuangan, menuntaskan pekerjaan dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah (Dr.Aidh bin Abdullah Al-Qumi).

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada allah,, skripsi ini ku persembahkan kepada:

1. Almamaterku Universitas Negeri Semarang

2. Kedua orangtua ku Ibu Kulia dan Bapak Syahdan Siregar yang telah memberikan kasih sayang, materi, doa tanpa henti-hentinya dalam menyusun skripsi. 3. Saudara kandungku Herwan dan Fabregas yang telah

memberikan do’a dan dukungan dan semangat.

4. Sahabat-sahabatku yang setia dan membantu dalam menyusun skripsi yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.

5. Teman-teman jurusan pendidikan geografi dan khususnya teman-teman rombel 4.


(6)

vi SARI

Siregar, Ima Utari 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Proyek Berupa Pengelolaan Sampah terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Materi Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup di SMP Negeri 11 Semarang

Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr Tjaturahono Budi Sanjoto, M,Si. Pembimbing II : Drs. Sriyono,M,Si,.118 Halaman.

Kata Kunci : Pembelajaran Efektif, Pembelajaran Berbasis Proyek Barupa Pengelolaan Sampah.

Banyaknya sampah yang berada tidak di tempatnya menunjukkan tujuan pembelajaran usaha pelestarian lingkungan belum tersampaikan secara optimal. Hal tersebut, bisa disebabkan karena cara penyampaian yang kurang berkesan atau kurang tepat. Menyampaikan materi harusnya menggunakan metode atau model yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dan berperan langsung dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi harusnya dapat menarik perhatian siswa, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai akan mengakibatkan proses pembelajaran tidak optimal dan tujuan pembelajaran itu sendiri tidak akan tercapai. Tujuan dari penelitian ini, mengetahui efektivitas model pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada materi usaha pelestarian lingkungan hidup di SMPN 11 Semarang.

Sampel penelitian meliputi VIII E (kelas eksperimen) dan VIII D (kelas kontrol). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari aktvitas belajar, kinerja guru, hasil belajar dan kegiatan pengelolaan sampah. Metode pengumpulan data berupa: dokumentasi, tes, angket dan observasi. Analisis data menggunakan uji t.

Hasil penelitian diperoleh, bahwa tingkat awal pengetahuan usaha pelestarian lingkungan hidup siswa SMPN 11 Semarang dapat dikatakan rendah karena rata-rata kedua kelas tidak mencapai 75. Pelaksanaan Pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah berdasarkan kinerja guru menunjukkan bahwa kelas eksperimen menunjukkan rata- rata 76% yang masuk dalam kriteria baik dan aktivitas belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol karena memiliki persentase 81 % yang termasuk dalam kriteria sangat aktif. Sedangkan berdasarkan respon positif siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah mencapai 56% atau 19 dari 34 siswa sangat tertarik. Tingkat efektivitas menggunakan pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah dapat diketahui melalui: uji t dengan dk =n1+n2-2 t(hitung) 7,155 rata-rata dengan t (0,95)(66) menunjukkan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa kelas eksperimen secara klasikal di atas Kriteria Ketentuan Minimal (KKM) karena mencapai 91% sedangkan kelas kontrol hanya mencapai 68%.

Saran, guru perlu menerapkan model pembelajaran berbasis proyek untuk materi lainya. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dapat meneliti media, sumber bahan ajar, fasilitas belajar dan kegiatan siswa dalam pembelajaran untuk melengkapi penelitian yang telah dilakukan.


(7)

vii

Berbasis Proyek Berupa Pengelolaan Sampah terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Materi Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup” dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini banyak sekali mendapatkan bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi strata satu di Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian untuk menyusun skripsi ini.

3. Bapak Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto M.Si., Ketua Jurusan Geografi, sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus.

4. Bapak Drs. Sriyono M.Si., dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus.

5. Bapak Mukayat, S.Pd. Kepala SMP Negeri 11 Semarang yang telah membantu melancarkan penelitian untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Indartik, S.Pd, M.Pd. Guru mata pelajaran IPS SMP Negeri 11 semarang yang telah membantu dan melancarkan penelitian ini.


(8)

viii

7. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu. Demikian besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umunya.

Semarang, November 2016


(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI ... iv

PRAKATA ...vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah ...6

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Manfaat Penelitian ...7

1.5 Batasan Istilah ...8

BAB II Tinjauan Pustaka ...10

2.1. Belajar dan Pembelajaran ...10

2.2 Model Pembelajaran Berbasis Proyek ...13

2.3 Pengelolaan Sampah ...19

2.4 Kajian Teoritis Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Pengelolaan sampah ...29

2.5 Aktivitas Belajar...32

2.6 Hasil Belajar ...34

2.7 Pembelajaran Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup ...37 2.8 Hubungan Pendekatan Geografi dengan Pembelajaran IPS pada


(10)

x

Materi Pelestarian Lingkungan Hidup ... . 40

2.9 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ...42

2.10 Kerangka Berfikir...45

2.11 Hipotesis ...45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

3.1 Populasi Penelitian ...46

3.2 Sampel dan Teknik Sampling ...46

3.3 Variabel Penelitian ...47

3.4 Desain Penelitian ...48

3.5 Alat dan Teknik Pengumpulan Data ...53

3.6 Ujicoba Instrumen ...56

3.7 Analisis Data Statistik ...61

3.8 Analisis Data Deskriftif...65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...70

4.1 Hasil Penelitian ...70

4.2 Pembahasan ...108

BAB V PENUTUP ...113

5.1 Kesimpulan ...113

5.2 Saran ...114


(11)

xi

Tabel 3.3. Analisis Validitas Soal ... 57

Tabel 3.4. Analisis Tingkat kesukaran ... 59

Tabel 3.5. Analisis Pembeda Soal ... 61

Tabel 3.6. Kriteria Belajar Afektif Siswa dan Psikomotorik Siswa ... 67

Tabel 3.7. Rata-rata Skor Aspek Afektif dan Psikomotorik ... 68

Tabel 3.8. Kriteria Tanggapan Siswa ... 69

Tabel 4.1. Sarana dan Prasarana Pendukung Sekolah... 72

Tabel 4.2. Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 74

Tabel 4.3. Rata-rata Hasil Pengamatan Kinerja Peneliti Tiap Pertemuan Kelas Eksperimen ... 83

Tabel 4.4. Rata-rata Aktivitas Siswa Kelas Eksperim Tiap Pertemuan Observer satu ... 84

Tabel 4.5. Rata-rata Aktivitas Siswa Kelas Eksperime Tiap Pertemuan Observer dua ... 84

Tabel 4.6. Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 85

Tabel 4.7. Rata-rata Hasil Pengamatan Kinerja Peneliti Tiap Pertemuan Kelas Kontrol ... 89

Tabel 4.8. Rata-rata Analisis Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Tiap Pertemuan Observer satu ... 90

Tabel 4.9. Hasil Rata-rata Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Tiap Pertemuan Observer dua ... 91

Tabel 4.10. Persentase Ketertarikan Siswa terhadap Model Pembelajaran Berbasis Proyel Berupa Pengelolaan Sampah ... 92

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas ... 94


(12)

xii

Tabel 4.13. Hasil Uji Dua Perbedaan ... 96

Tabel 4.14. Peningkatan Hasil belajar Kelas Eksperimen ... 97

Tabel 4.15. Peningkatan Hasil belajar Kelas ... 98

Tabel 4.16. Hasil Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ... 99

Tabel 4.17. Hasil Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ... 100

Tabel 4.18. Penilaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen ... 101

Tabel 4.19. Penilaian Aspek Afektif Kelas Kontrol ... 102

Tabel 4.20. Rata-rata Kemampuan Siswa dalam Ranah Afektif ... 102

Tabel 4.21. Rata-rata Klasikal Kemampuan Siswa dalam Ranah Afektif ... 103

Tabel 4.22. Penilaian Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 104

Tabel 4.23. Penilaian Rata-rata Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 105

Tabel 4.24. Rata-rata Kemampuan Siswa dalam Ranah Psikomotorik ... 106

Tabel 4.25. Rata-rata Klasikal Kemampuan Siswa dalam Ranah Psikomotorik ...107

Tabel 4.26. RataTabel Perbandingan Rata-rata Observasi Aktivitas Belajar Siswa Tiap Pertemuan ... 108


(13)

xiii

Gambar 4.1. Peta Lokasi Penelitian ... 71

Gambar 4.2. Suasana Membuka Pelajaran Kelas Eksperimen ... 75

Gambar 4.3. Suasana Pre Test Kelas Eksperimen ... 76

Gambar 4.4. Suasana Guru Memberikan Pertanyaan Esensial ... 77

Gambar 4.5. Siswa Diskusi Merencanakan Proyek ... 77

Gambar 4.6. Siswa Membuat Jadwal ... 78

Gambar 4.7. Guru Memantau kemajuan Proyek ... 78

Gambar 4.8. Siswa mencacah Daun ... 79

Gambar 4.9. Siswa Menyiram EM4 keCampuran Daun dan Pupuk Kandang ... 79

Gambar 4.10. Siswa Mengaduk semua Bahan Kompos ... 80

Gambar 4.11. Siswa Memasukan Kompos Ke dalam Ember Penampungan ... 80

Gambar 4.12. Siswa Melakukan Persentasi ... 81

Gambar 4.13. Susana Guru Melakukan Refleksi ... 81

Gambar 4.14. Suasana Post Test Kelas Eksperimen ... 82

Gambar 4.15. Suasana Menjawab Angket Kelas Eksperimen ... 82

Gambar 4.16. Suasana Membuka Pelajaran Kelas Kontrol ... 86

Gambar 4.17. Suasana Pre Test Kelas Kontrol ... 87

Gambar 4.18 Suasana Menonton Video Membuat Kompos Kelas Kontrol ... 87

Gambar 4.19. Suasana Diskusi Kelas Kontrol ... 88

Gambar 4.20. Suasana Persentasi Kelas Kontrol ... 88


(14)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Persentase Efektivitas Kelas Ekperimen ... 97 Diagram 4.2. Persentase Efektivitas Kelas Kontrol ... 98


(15)

xv

Lampiran 2. Daftar Nama Kelas Eksperimen ... 120

Lampiran 3. Daftar Nama Kelas Kontrol ... 121

Lampiran 4. Silabus ... 122

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 125

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 132

Lampiran 7. Rubrik Penilaian Ranah Afektif ... 139

Lampiran 8. Lembar Observasi Penilaian Ranah Afektif ... 141

Lampiran 9. Rubrik Penilaian Ranah Psikomotorik ... 143

Lampiran 10. Lembar Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik ... 145

Lampiran 11. Soal Pre Test dan Post Test ... 146

Lampiran 12. Kunci Jawaban Pre Test dan Post Test ... 150

Lampiran 13. Analisis Validitas, Reabilitas dan Tingkat Kesukaran Soal ... 151

Lampiran 14. Perhitungan Validitas Soal Uji Coba ... 158

Lampiran 15. Perhitungan Reabilitas Soal Uji Coba ... 160

Lampiran 16. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ... 161

Lampiran 17. Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba... 163

Lampiran 18. Rekapitulasi Nilai Pre Test dan Post Test ... 165

Lampiran 19. Normalitas Data Pre Test Kelas Eksperimen ... 167

Lampiran 20 Normalitas Data Pre Test Kelas Kontrol. ... 168

Lampiran 21. Normalitas Data Post Test Kelas Eksperimen ... 169

Lampiran 22. Normalitas Data Post Test Kelas Kontrol... 170

Lampiran 23 Uji Kesamaan Pre Test. ... 171

Lampiran 24 Uji Kesamaan Post Test. ... 172

Lampiran 25. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 173

Lampiran 26. Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t Pihak Kanan) ... 174

Lampiran 27. Uji Normalized N-gain kelas Eksperimen ... 175

Lampiran 28. Uji Normalized N-gain kelas Kontrol ... 176


(16)

xvi

Lampiran 30. Analisis Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 178

Lampiran 31. Analisis Ranah Afektif Kelas Eksperimen ... 179

Lampiran 32. Analisis Ranah Afektif Kelas Kontrol ... 180

Lampiran 33. Analisis Ranah Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 181

Lampiran 34. Analisis Ranah Psikomotorik Kelas Kontrol ... 182

Lampiran 35. Hasil Analisis Angket Tanggapan Siswa ... 183

Lampiran 36. Analsis Respon Positif terhadap Siswa ... 186

Lampiran 37. Analisis Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 187

Lampiran 38. Analisis Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 188

Lampiran 39. Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan ... 189

Lampiran 40. Surat Izin Penelitian di SMPN 11 Semarang... 190

Lampiran 41. Surat Selesai Penelitian di SMPN 11 Semarang ... 191

Lampiran 42. Tabel Distribusi t ... 192


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk sumber daya manusia yang ahli dan terampil serta produktif sehingga pada gilirannya dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat. Manusia sangat berperan dalam melestarikan lingkungan melalui pendidikan lingkungan. Dikatakan demikian karena penduduk bumi, manusia bertanggung jawab terhadap Tuhan, dalam arti kelangsungan hidup manusia dan kelestarian lingkungan. Manusia pada dasarnya berinteraksi dengan lingkungan. Manusia mempengaruhi lingkungan hidup dan juga dipengaruhi oleh lingkungan (Neolaka, 2008:104).

Menanamkan sikap peduli lingkungan dapat dilakukan pada anak sejak duduk dibangku sekolah. Sikap peduli lingkungan dapat diartikan sebagai upaya-upaya untuk melestarikan, mencegah dan memperbaiki lingkungan alam. Sikap manusia dapat diubah atau dididik melalui pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya menanamkan sikap peduli lingkungan sejak dini. Namun kondisi tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada di SMPN 11 Semarang. Sebagai Sekolah Menegah Pertama belum mampu menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan pada diri siswa. Hal tersebut terlihat dari sikap siswa yang membuang sampah sembarangan dan banyaknya sampah yang berada di halaman sekolah. Berdasarkan hasil observasi SMPN 11 Semarang sudah menghimbau siswa untuk membersihkan kelas. Selain itu, SMPN 11 Semarang juga


(18)

2

menyediakan tempat sampah organik dan anorganik agar siswa-siswinya membuang sampah pada tempatnya. Akan tetapi, himbauan tersebut tidak diindahkan oleh siswanya. Oleh karena itu, dibutuhkan perlakuan lain agar siswa memiliki sikap peduli lingkungan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Pelaksanaan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 11 Semarang menunjukkan bahwa pencapaian hasil kognitif sudah cukup baik namun belum mengasah ketrampilan atau kemampuan lain siswa. Hal ini terlihat dari partisipasi siswa yang masih pasif di dalam kelas. Materi yang diberikan belum mampu mengaplikasikan pengetahuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata, serta belum adanya aplikasi materi pembelajaran pada kehidupan siswa sehingga siswa kurang kreatif dan terampil serta memiliki pola pikir yang monoton. Perilaku siswa menampilkan sikap yang belum sesuai dengan tujuan belajar dari materi usaha pelestarian lingkungan hidup.

Pembelajaran IPS pada kompetensi dasar permasalahan lingkungan dan upaya penanggulanganya dalam kaitan pembangunan berkelanjutan terdapat sub materi yang usaha melestarikan lingkungan hidup. Tujuan dari materi usaha pelestarian lingkungan hidup adalah memberikan contoh usaha melestarikan lingkungan hidup. Usaha yang dapat dilakukan siswa dalam melestarikan lingkungan hidup adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan. Akan tetapi, masih banyak siswa di SMP Negeri 11 Semarang yang belum bisa melakukanya sehingga, kegiatan pembelajaran belum tercapai. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada


(19)

guru (teacher centered), konsep yang diajarkan masih berupa tulisan di papan tulis, lisan, gambar maupun video. Guru berperan mentransfer materi umum terkadangnya kurang melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya siswa hanya menerima secara verbalisme dan sibuk mencatat materi yang disampaikan guru. Pembelajaran yang hanya menggunakan komunikasi satu arah dapat mengurangi keaktifan siswa di dalam kelas dan belum mampu merenkontruksi pengetahuan dalam dirinya. Oleh sebab itu, keadaan kelas siswa sering berisik atau asik dengan kegiatan sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan guru. Hal itu terjadi karena siswa merasa bosan dengan kegiatan belajar yang hanya mendengarkan ceramah saja tanpa memberikan pengalaman yang bermakna.

Kegiatan pembelajaran masih bersifat verbalistik dan teori abstrak menurut Budimansyah (2003: 4), tidak memperdayakan siswa untuk mau dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkunganya, sehingga tidak dapat membangun pengetahuannya terhadap lingkungan sekitar (learning to know). Selain itu, siswa juga tidak mempunyai kesempatan untuk membangun kepercayaan diri (learning to be) maupun kemampuan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang beragam (learning to live together). Pada prinsipnya pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat oleh siswa. Pelaksanaan pembelajaran harus melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa menjadi aktif dan prestasi belajar siswa menjadi meningkat. Kenyataan yang ada di lapangan guru belum mau menerapkan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman nyata kepada


(20)

4

siswa, sehingga masih banyak siswa yang belum tertarik dengan pembelajaran khususnya IPS untuk materi geografi tentang lingkungan yang bisa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Proses pengembangan penalaran dan kreativitas siswa tidak terlepas dari peran guru di kelas. Menurut Degeng dalam Wena (2009:2) guru sebagai komponen penting dalam tenaga kependidikan, harus mampu menyampaikan materi pelajaran dengan situasi pembelajaran efektif dan menarik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan guru dalam hal tersebut, berguna agar proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dan siswa menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pemahaman guru mengenai materi geografi dalam pelajaran IPS diperlukan melakukan pemilihan metode dan model pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa berperan langsung di dalamnya akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Melakukan pengelolaan sampah sebagai kegiatan yang nyata dan melibatkan siswa secara langsung untuk melestarikan lingkungan hidup. Menurut Dale dalam pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) mengatakan “hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada didalam lingkungan kehidupan seseorang melalui benda tiruan sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan. Proses belajar dan mengajar tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajar”.


(21)

Pengalaman langsung akan memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman. Oleh karena itu, melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung berinteraksi dengan lingkungan akan memberikan kesan yang sesuai dengan pengalaman. Pembelajaran berbasis proyek mengolah sampah membuat siswa harus terlibat langsung untuk merencanakan proyek, mendesain proyek dan berpartisipasi membuat proyek. Di terapkan pembelajaran berbasis proyek akan menuntut siswa aktif dan kreatif.

Belum terdapatnya wujud kegiatan usaha pelestarian lingkungan hidup di SMPN 11 Semarang menjadi penyebab kenapa ingin melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan hidup berupa kegiatan pengelolaan sampah pada kegiatan pembelajaran. Sampah yang dihasilkan baik dari tumbuhan berupa daun-daunan dan sampah plastik masih diletakkan dalam satu bak sampah. Untuk itu diadakan kegiatan pengelolaan sampah untuk memanfaatkan sampah yang dihasilkan dari SMPN 11 Semarang. UU RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang berbunyi “Masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan pemerintah dan/atau pemerintah daerah”. Itu artinya bahwa partispasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat dibutuhkan demi terwujudnya lingkungan yang baik sehat, bersih dan rapi. Tujuan dari kegiatan pengelolaan sampah yakni untuk mengajak peserta didik aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Pengelolan sampah dilaksanakan sebagai proyek dari kegiatan belajar. Proyek pengelolaan sampah akan dilaksanakan dalam wujud dari kegiatan belajar yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.


(22)

6

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengolah pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek (Thomas 2000 dalam Wena 2009). Kerja proyek menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, sehingga memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Dengan model pembelajaran berbasis proyek siswa diberikan kesempatan merencanakan aktivitas mandiri dalam kegiatan kerja proyek. (Thomas 2000 dalam Wena 2009) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan pencapaian prestasi akademik, pemahaman yang mendalam terhadap bahan ajar dan meningkatkan motivasi belajar. Untuk itu peneliti melakukan peneltian berupa penelitian eksperimen dengan judul “ Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Proyek Berupa Pengelolaan Sampah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 11 Semarang Pada Materi Pelestarian Lingkungan Hidup”.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPS pada materi usaha pelestarian lingkungan hidup menggunakan model pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah pada kelas VIII di SMPN 11 Semarang tahun ajaran 2016/2017?

2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah terhadap hasil belajar siswa pada materi usaha pelestarian lingkungan hidup?


(23)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terdiri dari beberapa aspek yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah pada materi usaha pelestarian lingkungan hidup siswa SMPN 11 Semarang tahun ajaran 2016/2017.

2. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah terhadap hasil belajar siswa pada materi pelestarian lingkungan hidup siswa kelas VIII SMPN 11 Semarang tahun ajaran 2016/2017

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis, diantaranya sebagai berikut :

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khusus di bidang pendidikan dan memberikan sumbangan untuk mengembangkan teori-teori yang bersangkutan dalam proses pembelajaran.

2) Manfaat Praktis

Sebagai masukan untuk penyusun kebijakan oleh pihak yang berkompeten terutama dalam bidang kependidikan.


(24)

8

1.5.Batasan Istilah

Berdasarkan pemilihan kata yang terdapat pada judul di atas, maka agar tidak terjadi salah tafsir terhadap istilah-istilah yang digunakan dan menghindari agar permasalahan yang dimaksud tidak menyimpang dari tujuan semula, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut :

1). Efektivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan efektivitas berasal dari kata efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatknya, kesanya). Penelitian ini akan melihat efek dari model pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah terhadap hasil belajar siswa.

2). Model pembelajaran berbasis proyek

Model pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada guru untuk mengola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek (Thomas, dkk dalam Wena 2009).

3). Pengeloaan Sampah

Pengelolaan sampah (UU-18/2008): adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah dengan metode 3R dan pembuatan kompos.


(25)

4). Aktivitas belajar

Menurut Sanjaya (2006 :174) aktivitas adalah segala perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja dirancang oleh guru untuk menfasilitasi kegiatan belajar siswa. Aktivitas dalam penelitian ini berupa perbuatan yang dilakukan siswa dalam kaitan pembelajaran, seperti bertanya, menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memperhatikan penjelasan, membaca sumber belajar, interaksi siswa dan membuat rangkuman/ catatan.

5). Hasil belajar

Hasil belajar menurut Anni (2007:174) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diteliti adalah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1.Belajar dan Pembelajaran 2.1.1. Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

Menurut Morgan dan kawan-kawan dalam Soekamto dan Winata Putra (1997:8) belajar dapat didefinisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Definisi ini mencakup tiga unsur yaitu (1) belajar merupakan perubahan tingkah laku, (2) perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman. Perubahan yang terjadi pada tingkah laku karena unsur kedewasaan bukan belajar, dan (3) sebelum dikatakan belajar perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap pada waktu yang cukup lama.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha seseorang yang melibatkan langsung dengan pengalaman sehingga, terbentuklah suatu perubahan tingkah laku baru yang dapat membantu seseorang dalam menyikapi hal baru.


(27)

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Muhibbin Syah dalam bukunya, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakann menjadi golongan, yaitu:

1. Faktor Intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.

Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Faktor fisologis.

Faktor ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Kondisi umum jasmani dan

tonus (tegangan otot)yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila disertai dengan jasmani yang kurang sehat disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas.

b. Faktor psikologis

Muhinddin Syah dalam bukunya psikologi belajar menyebutkan, yang termasuk dalam faktor fsikologis, diantara nya adalah: motivasi, minat, dan bakat. Apabila seseorang memiliki motivasi, minat dan bakat maka ia akan terpacu untuk terus belajar.

2. Faktor Ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar siswa. Faktor ini terdiri dari lingkungan.


(28)

12

a. Faktor-faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Lingkungan sosial

Faktor lingkungan sosial juga bisa berwujud manusia dan representasinya termasuk akan budayanya mempengaruhi proses belajar siswa. Lingkungan sekolah seperti guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang siswa.

2. Lingkungan non sosial

Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa yang tak terhitung jumlahnya misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, (pagi, siang, atau malam), gedung sekolah atau letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut.

3. Faktor-faktor instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa

2.1.3. Pembelajaran

Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada persediaan sumber belajar”. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi. Guru menyampaikan materi kepada siswa yang memiliki kemampuan menangkap pelajaran yang berbeda-beda.


(29)

Ahmad Sugandi (2006:9) mendeskripsikan pembelajaran sebagai barikut: (1) usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar (behavioristik); (2) cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (kognitif); (3) memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuan (humanistik).

2.2.Model Pembelajaran Berbasis Proyek

2.2.1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Thomas, dkk, (dalam Wena, 2013:144) pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

Widiyatmoko (2012:52) pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang sitematis, yang melibatkan siswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian atau penggalian (inkuiri) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat berhati-hati.

Menurut Buck Institute For Education (dalam Wena, 2013: 145) belajar berbasis proyek memiliki karakteristik yaitu :


(30)

14

2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. 3. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.

4. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.

5. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.

6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. 7. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya.

8. Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.

2.2.2. Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas (dalam Wena 2013) pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu:

1. Prinsip sentralistis (centrality), menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi di mana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Dalam proses pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran, siswa mengalami dan belajar konsep-konsep ini suatu disiplin ilmu melalui proyek.

2. Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun (driving question) berarti bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan “ yang akan dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan


(31)

Blumemenfeld, dkk. 1991 (dalam Wena 2009) ataupun dengan cara memberikan masalah dalam bentuk definisi yang lemah menurut Stepien dan Gallagher, 1993 (dalam Wena 2009).

3. Prinsip investigasi konstruktif (contructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep dan resolusi. dalam investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model.

4. Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihan sendiri, bekerja dengan supervisi, dan bertanggung jawab.

5. Prinsip realitis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti disekolah. Pembelajaran berbasis proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas, peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standart produknya.

2.2.3. Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Proyek

Siswa dalam pembelajaran berbasis proyek diikutsertakan dalam kegiatan kelompok dan bekerja individu. Selanjutnya, aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis proyek dikelompokkan menjadi tiga kategori aktivitas individu, aktivitas dalam kelompok, dan aktivitas antar kelompok.


(32)

16

1. Secara individu

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam hal pendekatan belajar sampai pada penyelesaian tugas. Selama mengerjakan proyek, setiap siswa melaksanakan aktivitas seperti: menggambarkan aktivitas proyek dan mencari tugas yang akan dikerjakan, mengatur jadwal, mengorganisir materi pembelajaran, menata dokumen.

2. Dalam kelompok

Ketika siswa belajar bekerja di dalam kelompok, para siswa harus belajar bekerja sama. Kerja sama berlangsung dalam wujud aktivitas dasar seperti: diskusi, melakukan editing dokumen secara bersama-sama. Sinkronisasi komunikasi lewat audio, video, atau text, menata dokumen kelompok, mengatur jadwal, peer assessment. Sebagian dari aktivitas ini dapat dilakukan bersama kelompok.

3. Antar kelompok

Kelompok berbagi informasi dan pengetahuan dengan kelompok lain dapat diuraikan melalui beberapa contoh aktivitas ini yaitu presentasi dan memberikan kontribusi dalam forum diskusi.

2.2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Menurut The George Lucal Educational Foundation yang dikutip Sabar Nurohman (2007) dalam Sutriman (2013: 46), langkah-langkah Project Based Learning adalah sebagai berikut:

1. Mulai dengan pertanyaan esensial 2. Membuat desain rencana proyek


(33)

3. Membuat jadwal

4. Memantau siswa dan kemajuan proyek 5. Menilai hasil

6. Refleksi

Pada penelitian ini langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah yang akan dilakukan yaitu:

1. Mulai dengan pertanyaan

Siswa diberikan pertanyaan oleh guru untuk memberikan contoh masalah lingkungan yang ada disekitar tempat tinggal. Permasalahan lingkungan yang akan dibahas adalah masalah sampah. Siswa diberikan kesempatan secara berkelompok untuk mencari masalah lingkungan tentang permasalahan sampah.

2. Membuat desain rencana proyek

Siswa secara berkelompok mendiskusikan permasalahan sampah yang telah ditentukan lalu membuat desain rencana proyek. Proyek yang akan dikerjakan secara kelompok adalah membuat karya dengan memanfaatkan bahan bekas yang berasal sesuai dengan lokasi yang ditentukan. Selain, membuat karya siswa juga akan membuat poster dengan tema masalah lingkungan yaitu permasalahan sampah. Siswa secara kelompok mendesain rencana karya yang akan dibuat dari bahan bekas dan mendesain poster sesuai dengan tema. Membuat karya dari bahan bekas dan poster siswa akan dibimbing oleh guru untuk membuat kompos.


(34)

18

3. Membuat jadwal.

Secara bersama guru dan siswa berkelompok siswa membuat jadwal kapan menyelesaikan proyek membuat karya dari bahan bekas dan poster.

Dalam membuat jadwal guru mengarahkan untuk

1) Kapan siswa akan melakukan observasi ke lokasi yang telah ditentukan

2) Membuat laporan hasil observasi

3) Menentukan karya dari bahan bekas sesuai lokasi dan poster 4) Membuat karya dari bahan bekas dan poster

5) Menyelesaikan laporan sesuai dengan lembar kerja yag dibagikan guru

4. Memantau siswa dan kemajuan proyek

Guru akan memantau siswa dalam pengerjaan proyek yaitu membuat karya dari bahan bekas dan poster. Pemantauan tersebut dilakukan dengan setiap kelompok melakukan diskusi hasil observasi. Diskusi yang dilakukan akan melihat perkembangan dari tugas proyek yang diberikan.

5. Menilai hasil

Penilaian akan dilakukan saat persentasi. Hasil persentasi akan menampilkan tingkat pemahaman siswa secara berkelompok dalam menyelesaikan laporan.


(35)

6. Refleksi

Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi secara individu maupun kelompok.

2.3.Pengelolaan Sampah 2.3.1. Pengertian Sampah

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.

2.3.2. Jenis-Jenis Sampah

Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beranekaragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :


(36)

20

1. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa- sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.

2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi: sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. (Gelbert, 1996:97-99).

2.3.3. Pengertian Pengelolaan Sampah

Menurut Chandra, (Budiman 2006)dalam Darmawan (2013) pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan juga ada yang negatif.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sitematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah (UU-18/2008) Pengaruh positif dari pengelolaan sampah ini terhadap masyarakat dan lingkungan, antara lain :

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah


(37)

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak.

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat

7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat

8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.

Techobanoglous (1997) dalam Darmawan (2013) mengatakan pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik

(engineering), perlindungan alam (coservation), keindahan dan pertimbangan


(38)

22

Menurut Cunningham (2004) dalam Darmawan 2013 tahap pengelolaan sampah modern terdiri dari 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan.

2.3.4. Metode Pengolahan Sampah

2.3.4.1.Penerapan Prisip 3-R, 4-R atau 5-R

Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penanganan sampah misalnya dengan menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse

(menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah Replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan Replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengurangi biaya pengelolaan sampah.

1. Reduce

Prinsip Reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin melakukan minimalisasi barang atau material yang digunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Menurut Suyoto (2008) dalam Darmawan (20013) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program Reduce:

1) Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar


(39)

2) Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain

3) Gunakan baterai yang dapat di charge kembali

4) Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

5) Ubah pola makan (pola makan sehat: mengkonsumsi makanan segar, kurangi makanan kaleng/instan)

6) Membeli barang dalam kemasan besar (versus kemasan sachet- membeli barang dengan kemasan yang dapat di daur ulang (kertas, daun dan lain-lain)

7) Bawa kantong/tas belanja sendiri ketika berbelanja 8) Tolak penggunaan kantong plastik

9) Gunakan rantang untuk tempat membeli makanan

2. Reuse

Prinsip Reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin memilih barang-barang yang bisa dipakai kembali. Menghindari pemakaian barang-barang-barang-barang yang hanya sekali pakai. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

Menurut Suyoto (2008) dalam Darmawan (2013) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program Reuse:

1) Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang 2) Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill)


(40)

24

4) Plastik kresek digunakan untuk tempat sampah

5) Kaleng/baskom besar digunakan untuk pot bunga atau tempat sampah

6) Gelas atau botol plastik untuk pot bibit, dan macam-macam kerajinan

7) Bekas kemasan plastik tebal isi ulang digunakan sebagai tas

8) Styrofoam digunakan untuk alas pot atau lem

9) Potongan kain/baju bekas untuk lap, keset, dan lain-lain 10) Majalah atau buku untuk perpustakaan

3. Recycle

Prinsip Recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

Menurut Suyoto (2008) dalam Darmawan (2013) tindakan yang dapat dilakukan berkaitan dengan program Recycle:

1) Mengubah sampah plastik menjadi souvenir

2) Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos

3) Mengubah sampah kertas menjadi lukisan atau mainan miniatur

4. Replace

Prinsip Replace dilakukan dengan cara lebih memperhatikan barang yang digunakan sehari-hari. Mengganti barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Prinsip ini


(41)

mengedepankan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan seperti mengganti kantong plastik dengan keranjang saat berbelanja, atau hindari penggunaan styrofoam karena banyak mengandung zat kimia berbahaya.

5. Replant

Prinsip Replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.

2.3.4.2.Pengomposan

Kompos merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik sehingga berubah bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan merupakan proses penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga mikroorganisme dapat aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan (Santoso, 2009). Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba–mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat (Hasim & Hedianto, 2010:71).

2.3.4.2.1. Manfaat Kompos

Manfaat kompos dapat dirasakan oleh berbagai aspek, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:72):


(42)

26

1. Aspek Lingkungan:

1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah. 2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk menimbun

3) Memperpanjang umur TPA (Tempat Pembuangan Akhir). 2. Aspek Pertanian:

1) Meningkatkan kesuburan tanah

2) Memperbaiki struktur dan karakristik tanah. 3) Meningkatkan kapasitas serap air.

4) Meningkatkan aktivitas mikroba dan cacing dalam tanah.

5) Meningkatkan kwalitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).

6) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman. 7) Menekan pertumbuhan atau serangan penyaki tanaman. 8) Meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.

9) Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. 3. Aspek ekonomi:

1) Menghemat biaya transportasi/penimbunan limbah 2) Mengurang volume/ukuran limbah.

3) Memiliki nilai jual lebih tinggi daripada bahan asalnya.

4) Membuka lapangan pekerjaan bila dikelola secara profesional. 2.3.4.2.2. Bahan – bahan Yang Dapat Dijadikan Kompos

Hampir semua bahan organik dapat dijadikan bahan utama untuk membuat kompos, seperti (Hasim & Hedianto, 2010:73):


(43)

1) Limbah organik pertanian, contohnya sisa hasil panen, batang ranting tanaman, daun – daunan, dan jerami.

2) Sampah rumah tangga, contohnya sisa sayuran dan makanan. 3) Limbah pasar, contohnya sayur–sayuran dan buah–buahan busuk. 4) Limbah ternak, contohnya kotoran dan sisa pakan.

5) Limbah industri yang organik, contohnya serbuk gergaji, ampas tebu, limbah pengolaan tepung kanji, kelapa sawit dan lain sebagainya.

Sedangakan tempat untuk membuat kompos dapat dibuat menggunakan drum bekas, dus bekas yang sebelumnya telah dilapisi plastik atau karung, ember bekas, atau bisa dengan menggali lubang di pekarangan rumah. Tetapi ada juga keranjang – keranjang yang khusus dibuat untuk membuat kompos agar hasilnya maksimal.

2.3.4.2.3. Prosedur Pembuatan Kompos

Agar mendapatkan kompos yang baik, ada prosedur yang harus dilaksanakan dengan cermat, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:75):

1) Pemilahan sampah

Sampah haruslah dipisahkan antara sampah organik (bahan dasar kompos) dan anorganik (plastik, kaca, kaleng). Kualitas kompos yang baik adalah kompos yang tidak tercampur dengan sampah anorganik, karena jika tercampur dengan sampah anorganik hasilnya tidak akan maksimal.


(44)

28

2) Pencacahan bahan organik

Sampah organik dicacah atau dipotong–potong sehingga menjadi bagian– bagian yang lebih kecil, proses ini dilakukan agar sampah dapat dengan mudah dan cepat terurai menjadi kompos.

3) Penyusunan

Penyusunan bahan dasar kompos bisa bervariasi, bahan dasar kompos biasanya disusun dengan komposisi sampah organik sebagai bahan dasar sebanyak 70–80 persen, tanah 10–15 persen dan bahan tambahan 10–15 persen, bahan tambahan ini dapat berupa gabah, dedak, kotoran ternak atau kompos yang sudah jadi sebelumnya.

4) Pencampuran/pengadukan

Proses ini dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan cara membalikkan sampah yang ada pada lapisan bawah ke bagian atas kemudian mengaduknya hingga rata. Hal ini berguna untuk membuang panas berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan, meratakan proses pelapukan, meratakan pemberian air dan membantu menghancurkan bahan organik secara efektif.

5) Penyiraman

Tumpukan kompos harus terjaga dalam kondisi kelembaban yang cukup, maka dari itu dilakukanlah proses penyiraman ketika tumpukan kompos terlalu kering. Cara mengecek kelembaban kompos hanya dengan menggenggamnya, jika ketika diperas tidak mengeluarkan air maka tumpukan bahan kompos tersebut harus disiram air secukupnya. Menyiram menggunakan air cucian beras akan lebih baik karena dapat menambah unsur glukosa dalam kompos.


(45)

6) Pematangan

Proses pematangan kompos beragam tergantung bahan dasar organik pembuat kompos, cuaca dan pengolahan yang dilakukan. Proses pematangan berkisar antara 20–40 hari dengan menggunakan aktivator, sedangkan sekitar 2–6 bulan jika ditimbun secara alami. Ketika tumpukan bagian atas terlihat mulai lapuk,

volume sampah akan menyusut kurang lebih 30–40 persen dari volume awal dan

kompos berwarna kehitaman, jika ciri–ciri kompos yang baik sudah terlihat maka kompos sudah siap di panen.

7) Penyaringan

Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara bahan jadi dengan bahan yang belum terurai.

8) Kompos siap digunakan

Kompos yang baik adalah kompos yang terurai dengan sempurna, tidak berbau den berwarna coklat kehitaman seperti tanah juga berefek baik jika diaplikasikan pada tanah.

2.4. Kajian Teoritis Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Pengolahan Sampah

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mengartikan sampah sebagai benda yang dibuang karena tidak terpakai dan tidak dapat digunakan lagi. Sampah merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi, baik oleh negara-negara berkembang maupun negara-negara-negara-negara maju di dunia. Masalah sampah


(46)

30

merupakan masalah yang umum dan telah menjadi fenomena dengan titik perbedaanya terletak pada seberapa banyak sampah yang dihasilkan.

Permasalahan sampah yang tidak akan pernah habisnya untuk dibahas. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan penimbunan sampah. Sampah dari waktu ke waktu terus bertambah tidak disesuaikan dengan kegiatan pengurangan sampah. Banyak cara untuk menggurangi sampah tetapi, yang sadar dan mau melakukannya masih sedikit. Kurangnya kesadaran seseorang untuk berpartisipasi dalam mengatasi permasalahan sampah tidak pernah selesai. Kesadaran yang kurang dikarenakan kegiatan tersebut bukan hal yang terbiasa dilakukan. Merubah kebiasaan seseorang untuk berprilaku sadar terhadap lingkungan bisa saja diterapkan dalam kegiatan belajar di kelas. Seperti menurut Crow &Crow (1995) dalam Hamzah dan Nurdin 2014 belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru. Dari pendapat tersebut dapat dijadikan bahwa perilaku seseorang dapat berubah dengan adanya belajar.

Menurut Gage dan Berliner Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar dapat dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas. Untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan dan sikap baru biasanya dihasilkan dari proses belajar. Supaya proses berlajar berjalan dengan baik dan kreatif, jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri aturanya (termasuk konsep, teori, dan defenisi) dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, guru selain sebagai pendidik, pembimbing, dan pengarah serta nara sumber pengetahuan juga motivator yang bertanggung jawab atas keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Dengan


(47)

kata lain, guru sebagai pendidik selain harus mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang kondusif dan bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran yang kondusif maka salah satu hal yang dilakukan adalah merencanakan kegiatan pembelajaran secara matang. Merencanakan kegiatan pembelajaran yaitu dengan memilih model pembelajaran yang akan dipakai saat melakukan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran harus sesuai dengan materi yang diajarkan supaya tujuan pembelajaran dapat terlaksana. Dalam menciptakan kebiasaan-kebiasaan dan perubahan sikap sebagai hasil belajar maka pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran berbasis proyek .

Menurut Buck Institute For Education (2003) dalam (Sutirman 2013: 43) pembelajaran berbasis proyek adalah suatu metode pengajaran sistematis yang melibatkan para siswa dalam mempelajari pengetahuan dan ketrampilan melalui proses yang terstruktur, pengalaman nyata dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan bisa dengan memanfaatkan sampah menjadi barang yang lebih berguna. Memanfaatkan sampah sama dengan melakukan pengolahan sampah yang dapat mengurangi penimbunan sampah dan berdampak pada kebersihan lingkungan.

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) dalam Darmawan (2013) pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Kegiatan mengelola sampah yang dilakukan sebagai contoh kegiatan untuk menjaga kelestarian lingkungan dapat mengubah perilaku siswa


(48)

32

dalam memandang sampah. Hasil perubahan perilaku siswa dalam memanfaatkan sampah merupakan proses dari pembelajaran berupa pengelolaan sampah menjadi barang yang bernilai .

2.5.Aktivitas Belajar

Menurut Sardiman (2001:4) belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Berdasarkan pendapat Sardiman ini, dapat diartikan bahwa dalam kegiatan kedua aktivitas saling berhubungan atau harus selalu terkait untuk berlangsungnya aktivitas belajar yang optimal. Dengan kata lain, keterlibatan dan keberhasilan seseorang dalam aktivitas belajar yang optimal tidak hanya ditentukan oleh kemampuan kecerdasannya, tetapi juga harus melibatkan fisik dan mental secara bersama-sama dalam aktivitas belajar tersebut.

Menurut Slameto (2003:10) bagi sebagian orang aktivitas belajar sering dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan, tidak menarik, bahkan pada beberapa siswa dinilai sebagai mencemaskan. Adanya perasaan cemas, takut, dan khawatir akan menghambat terjadinya proses berpikir dan daya ingat yang baik. Beberapa ahli menemukan kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu bekerjanya kemampuan mental yang disebut workingmemory, sehingga informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan tidak mampu dikeluarkan dalam ingatan kita. Sehubungan dengan hal tersebut, guru berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif sehingga siswa tidak mengalami


(49)

ketegangan dalam aktivitas belajar sehingga terjalin suatu hubungan (kedekatan emosional) selama terjadinya aktivitas belajar.

Prof B. Diedrich (Sardiman, 2004:100) menggolongkan aktivitas belajar siswa dapat menjadi delapan meliputi:

1. Visual Aktivities, yang termasuk di dalamnya ini membaca,

mempraktekkan, demontrasi, percobaan.

2. Oral Aktivities, seperti: menyatukan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

3. Listening Aktivities seperti: mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing Aktivities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket

5. Drawing Aktivities, seperti: menggambar, membuat grafis, peta

diagram.

6. Motor Aktivities, seperti: melakukan aktivitas, membuat konstruksi, metode, permainan, berkebun, berternak

7. Mental Aktivities, seperti: memecahkan soal, menganalisis, mengingat,

mengambil keputusan.

8. Emotional Aktivities, seperti: merasa bosan, bergembira, bersemangat,

berani, tenang, gugup.

Dengan demikian aktivitas pembelajaran di sekolah sangat bervariasi. Guru hendaknya dapat memotivasi peserta didik agar aktivitas dalam pembelajaran dapat optimal. Proses belajar akan lebih dinamis dan tidak membosankan.


(50)

34

Moetesory (Sardiman, 2004:95) berpendapat bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan guru hanya memberikan bimbingan dan perencanaan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh siswa. Dari pandangan tersebut siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut di atas dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berjalan dengan baik.

2.6.Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Keunikan tersebut disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil belajar dari proses belajar. Perubahan perilaku hasil belajar itu merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pengajaran. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemapuan kognitif, afektif, psikomotorik, tergantung dari tujuan pengajaran. Hasil belajar seringkali digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

Menurut Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap


(51)

tujuan-tujuan intruksional. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Winkel, 1996: 224 dalam Purwanto 2008).

Bloom (dalam Sudjana 2009) membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

1) Pengetahuan (knowledge)

Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan dalam membuat kalimat.

2) Pemahaman

Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang


(52)

36

menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau ketrampilan.

4) Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

5) Sintesis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll.

b. Ranah afekif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

c. Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.


(53)

2.7.Pembelajaran Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup

Menurut Dimayanti Mujiono (1999:297) Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Pada pembelajaran usaha pelestarian lingkungan hidup memiliki tujuan yakni kegiatan yang dapat menciptakan suatu contoh atau tindakan yang dapat dijadikan sebagai usaha pelestarian lingkungan hidup.

Pembelajaran usaha pelestarian lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan model pembelajaran berbasis proyek sebagai wujud dari tindakan usaha pelestarian lingkungan hidup. Usaha pelestarian lingkungan hidup terdapat berbagai contoh tindakan pelestarian lingkungan hidup. Pada materi pelestarian lingkungan hidup meliputi sebagai berikut:

Pembelajaran usaha pelestarian lingkungan hidup terdapat pada kompetensi dasar 1.3 berisikan tentang mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangan dalam pembangunan berkelanjutan. Materi yang digunakan peneliti dalam pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah terdapat pada sub materi usaha pelestarian lingkungan hidup. Tujuan kegiatan pembelajaran dari materi mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup adalah mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan cara penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan. Tetapi, untuk penelitian ini hanya dilakukan sampai pada permasalahan lingkungan dan cara penanggulangannya yang ditetapkan dalam sub materi usaha melestarikan lingkungan hidup.


(54)

38

Materi usaha pelestarian lingkungan hidup memiliki tujuan pembelajaran yaitu memberikan contoh usaha pelestarian lingkungan hidup. Materi usaha pelestarian lingkungan hidup meliputi:

Usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab kita sebagai manusia. Dalam hal ini, usaha pelestarian lingkungan hidup tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat. Pada pelaksanaannya, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang dapat digunakan sebagai payung hukum bagi aparat pemerintah dan masyarakat dalam bertindak untuk melestarikan lingkungan hidup.

Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah tersebut, antara lain meliputi hal-hal berikut ini. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 148/11/SK/4/1985 tentang Pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri. Peraturan Pemerintah (PP) Indonesia Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Pembentukan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup pada tahun 1991.

Selain itu, usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini.

1. Melakukan pengolahan tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan, serta mengatur sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.


(55)

2. Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah terlebih dahulu sebelum dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.

3. Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan gundul, serta melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar kelestarian hutan, sumber air kawasan pesisir/pantai, dan fauna yang ada di dalamnya dapat terjaga.

4. Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang ramah lingkungan.

5. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) agar tidak mengeksploitasi hutan secara besar-besaran.

Menurut Fattah dkk, (2008:72). Beberapa yang dapat dilakukan dalam usaha pelestarian lingkungan hidup sebagai pelajar, antara lain sebagai berikut:

1. Menghemat penggunaan kertas dan pensil 2. Membuang sampah pada tempatnya 3. Melakukan kegiatan daur ulang

4. Memanfaatkan barang-barang hasil daur ulang 5. Menghemat penggunaan listrik, air, dan BBM, serta

6. Menanam dan merawat pohon di sekitar lingkungan rumah tinggal. 7. Melakukan kegiatan pengolahan sampah atau limbah

Peneliti mengajukan pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah karena sangat cocok untuk materi usaha pelestarian lingkungan hidup. Materi pelestarian lingkungan hidup yang memiliki tujuan memberikan contoh


(56)

40

usaha pelestarian lingkungan hidup sangat sesuai dengan kegiatan pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah. Karena, kegiatan pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah mengajak siswa untuk melakukan pengelolaan sampah sebagai hasil proyek kegiatan belajar di kelas. Kegiatan pengelolaan sampah dilakukan untuk memberikan contoh usaha yang nyata dilakukan siswa sebagai usaha pelestarian lingkungan hidup dilingkungan sekolah. Oleh sebab itu, melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah tujuan pembelajaran dalam memberikan contoh usaha pelestarian lingkungan hidup terlaksana.

2.8. Hubungan Pendekatan Geografi dengan Pembelajaran IPS pada Materi Pelestarian Lingkungan Hidup

Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajari fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah.

Pembelajaran IPS di SMP adalah pembelajaran secara terpadu, dimana terdapat materi geografi yang membahas tentang lingkungan. Materi lingkungan di dalam Lingkup geografi terdapat pada pendekatan geografi yaitu pendekatan lingkungan. Pendekatan kelingkungan merupakan pendekatan yang tidak membahas antara mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam tetapi juga dikaitkan dengan (1) fenomena yang di dalamnya meliputi fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan


(57)

lingkungan. Pembelajaran IPS pada materi lingkungan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu ide untuk membangkitkan kesadaran lingkungan dalam diri siswa.

Noelaka (1991), menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup dan terlihat pada perilaku dan tindakan masing-masing individu.

Menurut Emil Salim (1982) kesadaran lingkungan adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran agar tidak hanya tahu tentang sampah, pencemaran, penghijauan dan perlindungan satwa langka, tetapi lebih dari pada itu semua membangkitkan kesadaran lingkungan manusia Indonesia khususnya pemuda masa kini untuk mencintai tanah dan air untuk membangun tanah air Indonesia yang adil, makmur serta utuh lestari. Selanjutnya dikatakan bahwa sadar lingkungan ini mendorong pribadi manusia untuk hidup serasi dengan alam dan dengan begitu menumbuhkan rasa religi dan gandrung akan kasih Allah yang sesungguhnya tertulis pada alam dan isi bumi ini. Pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah sangat sesuai dengan pendekatan geografi dalam upaya menumbuhkan kesadaran seseorang terhadap lingkungan dan sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran dari materi lingkungan hidup yaitu memberikan contoh tindakan untuk melestarikan lingkungan.


(58)

42

2.9.Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Deskripsi dari penelitian yang relevan di dalam tabel adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mukh Farid, J.A Pramukantoro Yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standart Kompetensi Menerapkan Dasar-Dasar Teknik Digital di SMKN 2 Surabaya” pada jurnal tahun 3013. Memperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar pada standart kompetensi menerapkan dasar-dasar teknik digital di SMKN 2 Surabaya. Berdasarkan jurnal tersebut dapat dijadikan acuan dalam peneltian ini, karena kesimpulannya memperjelas bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek sudah banyak yang

meneliti, salah satunya oleh I made Wirasana Jagantara dkk. Pada tahun 2014. Dengan judul jurnal “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. SMA”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung ditinjau dari gaya belajar siswa. Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar biologi antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek dan model pembelajaran langsung.


(59)

Berdasarkan tujuan dan hasil dari jurnal tersebut dapat diambil sebagai acuan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan pengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar .

3. Penelitian yang dilakukan oleh N.W. Amanda dkk pada jurnal tahun 2014.

Dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap

Hasil Belajar Siswa Ditinjau dari Self Efficacy Siswa” . Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis proyek dan siswa mengikuti model pembelajaran konvensional. Berdasarkan jurnal tersebut dapat dijadikan acuan sebagai alasan kenapa memilih model pembelajaran berbasis proyek, karena hasil penelitian jurnal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Indah Retno Susilowati dkk. Melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Sistem Pencernaan Manusia” pada tahun 2013. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap hasil belajar siswa materi sistem pencernaan. Hasil penelitian ini juga diacukan sebagai alasan dalam penelitian ini bahwa pembelajaran berbasis proyek memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa .

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sudewi I.G.A dkk pada tahun 2013. Jurnal dengan judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek untuk


(60)

44

Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa Pada Kelas X Multimedia 3 SMKN Sukasada”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Pembelajaran IPS di kelas X MM3 SMKN 1 Sukasada menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang dapat menimbulkan keaktifan siswa di kelas. Siswa yang aktif menunjukkan adanya aktivitas belajar dikelas sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan aktivitas belajar dikelas dan meningkatkan hasil belajar siswa.


(61)

2.11.Kerangka Berfikir

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

2.12.Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka berfikir di atas maka disusun suatu hipotesis yaitu “ Ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada materi usaha pelestarian lingkungan hidup menggunakan model pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah.

Latar belakang

1. Sikap kurang peduli lingkungan

2. Pembelajaran berbasis teacher centered 3. Tujuan pembelajaran tidak tersampaikan 4. Siswa yang kurang aktif

5. Tidak ada kegiatan usaha pelestarian lingkungan

Model Pembelajaran konvensional

Proyek Berupa Pengelolaan Sampah Diskusi, Persentasi.

Ceramah, Persentasi dan Menyelesaikan Tugas-tugas dari

Guru

1. Siswa lebih aktif

2. Pengetahuan siswa tidak hanya berasal dari guru

3. Menghasilkan produk

1. Siswa kurang aktif

2. Pengetahuan berpusat pada guru


(62)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan dikenai generalisasi dari penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 11 Semarang tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 256 siswa yang terdiri dari 8. Kelas VIII yang terdiri dari kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C, VIII-D, VIII-E, VIII-F, VIII-G, dan VIII-H. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 3.1

Tabel 3. 1. Rincian siswa kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang

No Kelas Jumlah

1. VIII A 32 Siswa

2. VIII B 32 Siswa

3. VIII C 32 Siswa

4 VIII D 34 Siswa

5 VIII E 34 Siswa

6 VIII F 32 Siswa

7 VIII G 32 siswa

8 VIII H 32 Siswa

Jumlah 256

Sumber : Data sekunder 2016

3.2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Pertimbangan yang menjadi alasan pengambilan sampel diambil adalah sebagai berikut :


(63)

1) Kegiatan pengelolaan sampah sesuai dengan materi usaha pelestarian lingkungan hidup dengan mata pelajaran IPS kelas VIII SMP untuk memberikan contoh usaha pelestarian lingkungan.

2) Kondisi fasilitas kelas sama dengan memiliki LCD di dalam kelas. 3) Kelas VIII D dan VIII E mempunyai tingkat kognitif siswa yang

sama.

4) Kelas VIII D dan VIII E mempunyai guru pengampu yang sama. 5) Kelas VIII D dan VIII E memilki jam pelajaran IPS yang sama

Penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Cluster

Random Sampling yaitu pengambilan sampel penelitian berupa kelompok yang

dilakukan secara acak dengan populasi yang ada terbagi dalam memiliki homogenitas dan kesamaan rata-rata yang sama. (Sugiyono, 2010:118). Kelas yang menjadi kelas eksperimen adalah VIII E dengan kelas berjumlah 34 orang dan kelas kontrol adalah VIII D.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:61). Variabel dalam penelitian ini adalah :


(64)

48

1. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS model pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran IPS Geografi materi lingkungan hidup, dengan sub variabel:

a). Keaktifan mendengarkan penjelasan guru b). Keaktifan siswa selama proses pembelajaran

c). Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas dari guru 2. Kinerja Guru

3. Hasil belajar

Hasil belajar pada penelitian yang dilakukan adalah meliputi: 1) Hasil belajar kognitif

2) Hasil belajar afektif 3) Hasil belajar psikomotorik 4. Kegiatan pengelolaan sampah

1) Kegiatan 3R

2) Kegiatan composting

3.4.

Desain Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 11 Semarang dengan sampel penelitian siswa kelas VIII D dan VIII E. Metode yang digunakan adalah True Ekperimental Design (ekperimen yang betul-betul). Dalam penelitian ini peneliti dapat mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Maka, eksperimen dipilih dalam penelitian ini karena mengukur efektivitas model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar siswa. Kedua kelas yang termasuk dalam sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompok eksperimen kelas VIII E dan kelompok kontrol kelas VIII D.


(65)

Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar siswa materi usaha pelestarian lingkungan hidup kelas VIII SMP Negeri 11 Semarang. Adanya kelompok pembanding atau kelompok kontrol akibat yang diperoleh dari perlakuan dapat diketahui secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak mendapat perlakuan (Arikunto, 2006). Pada dasarnya kedua kelompok ini terdapat dua tahap pelaksanaan kegiatan yakni proses pembelajaran dan tes evaluasi. Dalam proses pembelajaran kelompok eksperimen, guru menggunakan model pembelajaran berbasis proyek Sedangkan pada kelas kontrol dilakukan proses pembelajaran yang konvensional. Waktu yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran dari kedua kelompok relatif sama yaitu 8 jam pelajaran inti dan 1 jam pelajaran untuk tes evaluasi. Alokasi waktu tiap jam pelajaran adalah 40 menit. Adapun desain penelitian pada dua kelas dapat dilihat pada table 3.2.

Tabel 3. 2 Pretest-Postest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Pelaksana Posttest

kelompok eksperimen T1 X P T2

kelompok kontrol T1 Y P T2

Keterangan

X = Model pembelajaran berbasis proyek Y = Model pembelajaran konvensional P = Peneliti

T1 = Pretest


(66)

50

Pada desain penelitian ini terdapat Pre Test, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan, Sugiyono (2012:110- 111). Perlakuan eksperimen dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model berbasis proyek.

3.4.1. Tahap Penelitian 3.4.1.1.Tahap Persiapan

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal lokasi tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian sebagai observasi awal. Kegiatanya berupa:

1) Melakukan observasi untuk mengetahui kondisi sekolah dan pengajaran IPS

2) Meminta data mengenai profil dan kondisi sekolah, serta data siswa dan data nilai ulangan harian kelas VIII

3) Menentukan kelas yang dijadikan kelas uji coba soal instrumen dan kelas eksperimen serta kelas kontrol

4) Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) disusun pada setiap Kompetensi Dasar (KD). RPP.

5) Metode pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan model pembelajaran proyek berupa pengelolaan sampah pada kelompok eksperimen dan model konvensional pada kelompok kontrol pada materi usaha pelesatarian lingkungan hidup.


(67)

6) Mengujicobakan instrumen soal tes pada siswa.

7) Menganalisis data hasil tes uji coba untuk mengetahui validitas, realibitas, dan taraf kesukaran soal.

3.4.1.2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

1) melakukan pretest kepada kelas yang menjadi sampel untuk melihat hasil belajar sebelum diberi perlakukan

2) pemberian perlakuan kepada kelas yang menjadi sampel penelitian yaitu pembelajaran yang menggunakan model berbasis proyek berupa pengelolaan sampah

3) selama proses pembelajaran berlangsung, obervasi terhadap aktivitas belajar dilakukan oleh guru pamong mahasiswa (selain peneliti)

4) Melakukan Post Test kepada kelas yang menjadi sampel.

5) Menganalisis hasil belajar siswa dan hasil pengamatan aktivitas belajar siswa.

4.3.1. 3.Tahap Pasca Penelitian

Pada tahap ini data yang diperoleh dilapangan kemudian dianalisis, selanjutnya hasil data disajikan dalam bentuk laporan yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.


(68)

52

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian Observasi

Menyusun bahan pembelajaran

Menyusun instrumen penelitian

Valid

Tidak

Ya

pretest

Lapangan

Eksperimen Kontrol

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis

proyek

Melakukan observasi ranah afektif dan aktivitas belajar selama proses pembelajaran

berlangsung

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran

konvensional

Tes evaluasi Pasca lapangan Tes evaluasi

Analisis dan pengujian Pembuatan laporan


(69)

3.5. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sumber data, metode pengumpulan data dan teknik pengumpulan data.

3.5.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari siswa dan guru.

3.5.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian (Arikunto, 1998:21) dalam memperoleh data digunakan beberapa metode pengumpulan data, dimana masing-masing metode tidak berdiri sendiri melainkan saling mendukung dan saling melengkapi hasil temuan dari metode lainnya. Menurut Arikunto (2010:262) instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.

Dalam peneltian ini, metode dan instrumen penelitian yang digunakan adalah:

3.5.2.1.Metode Dokumentasi

Arikunto (1998: 149) mengemukakan bahwa dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal sebelum penelitian dan data setelah penelitian. Data awal diperoleh hasil observasi awal yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS kelas VIII yang mengajar pada kelas penelitian. Data awal sebelumnya adalah diantaranya data rata-rata hasil belajar peserta didik tahun sebelumnya pada materi usaha pelestarian lingkungan hidup sedangkan data setelah penelitian adalah data hasil belajar peserta didik dan data


(1)

190


(2)

(3)

192

Lampiran 42.


(4)

Lampiran 43.


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pemeblajaran berbasis proyek terhadap hasil belajar fisika siswa; studi quasi eksperimen di SMPN 48 Jakarta

0 3 192

EFEKTIVITAS METODE FIELD TRIP DI SUNGAI KALIGARANG SEMARANG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

0 12 207

EFEKTIVITAS LKS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PBP) PADA MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN DI SMPN 3 BREBES

0 6 21

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura Tahun

0 1 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA KELAS VIII SMP NEGERI 11 MEDAN.

0 4 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DI KELAS XI SMA NEGERI 10 MEDAN T.A 2011/2012.

0 0 22

Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pengelolaan Lingkungan di SMP Negeri 1 Ampelgading.

0 0 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN SENI TARI KELAS VIII SMP

0 0 14

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DISERTAI PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA

0 0 8

Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran berbasis Proyek pada Materi Gaya Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Kesesi Tahun Pelajaran 20142015

0 0 8