6 Pematangan Proses pematangan kompos beragam tergantung bahan dasar organik pembuat
kompos, cuaca dan pengolahan yang dilakukan. Proses pematangan berkisar antara 20
–40 hari dengan menggunakan aktivator, sedangkan sekitar 2–6 bulan jika ditimbun secara alami. Ketika tumpukan bagian atas terlihat mulai lapuk,
volume sampah akan menyusut kurang lebih 30 –40 persen dari volume awal dan
kompos berwarna kehitaman, jika ciri –ciri kompos yang baik sudah terlihat maka
kompos sudah siap di panen. 7 Penyaringan
Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara bahan jadi dengan bahan yang belum terurai.
8 Kompos siap digunakan Kompos yang baik adalah kompos yang terurai dengan sempurna, tidak
berbau den berwarna coklat kehitaman seperti tanah juga berefek baik jika diaplikasikan pada tanah.
2.4. Kajian Teoritis Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Pengolahan Sampah
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 mengartikan sampah sebagai benda yang dibuang karena tidak terpakai dan tidak dapat digunakan lagi. Sampah
merupakan salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi, baik oleh negara- negara berkembang maupun negara-negara maju di dunia. Masalah sampah
merupakan masalah yang umum dan telah menjadi fenomena dengan titik perbedaanya terletak pada seberapa banyak sampah yang dihasilkan.
Permasalahan sampah yang tidak akan pernah habisnya untuk dibahas. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan penimbunan
sampah. Sampah dari waktu ke waktu terus bertambah tidak disesuaikan dengan kegiatan pengurangan sampah. Banyak cara untuk menggurangi sampah tetapi,
yang sadar dan mau melakukannya masih sedikit. Kurangnya kesadaran seseorang untuk berpartisipasi dalam mengatasi permasalahan sampah tidak pernah selesai.
Kesadaran yang kurang dikarenakan kegiatan tersebut bukan hal yang terbiasa dilakukan. Merubah kebiasaan seseorang untuk berprilaku sadar terhadap
lingkungan bisa saja diterapkan dalam kegiatan belajar di kelas. Seperti menurut Crow Crow 1995 dalam Hamzah dan Nurdin 2014 belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru. Dari pendapat tersebut dapat dijadikan bahwa perilaku seseorang dapat berubah dengan adanya belajar.
Menurut Gage dan Berliner Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar dapat dilakukan baik di kelas
maupun di luar kelas. Untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan dan sikap baru biasanya dihasilkan dari proses belajar. Supaya proses berlajar berjalan dengan
baik dan kreatif, jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri aturanya termasuk konsep, teori, dan defenisi dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, guru selain sebagai pendidik, pembimbing, dan pengarah serta nara sumber pengetahuan juga motivator yang
bertanggung jawab atas keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Dengan
kata lain, guru sebagai pendidik selain harus mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang kondusif dan bermakna. Dalam kegiatan pembelajaran yang
kondusif maka salah satu hal yang dilakukan adalah merencanakan kegiatan pembelajaran secara matang. Merencanakan kegiatan pembelajaran yaitu dengan
memilih model pembelajaran yang akan dipakai saat melakukan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran harus sesuai dengan materi yang diajarkan supaya
tujuan pembelajaran dapat terlaksana. Dalam menciptakan kebiasaan-kebiasaan dan perubahan sikap sebagai hasil belajar maka pembelajaran dilakukan dengan
model pembelajaran berbasis proyek . Menurut Buck Institute For Education 2003 dalam Sutirman 2013: 43
pembelajaran berbasis proyek adalah suatu metode pengajaran sistematis yang melibatkan para siswa dalam mempelajari pengetahuan dan ketrampilan melalui
proses yang terstruktur, pengalaman nyata dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan bisa dengan memanfaatkan sampah
menjadi barang yang lebih berguna. Memanfaatkan sampah sama dengan melakukan pengolahan sampah yang dapat mengurangi penimbunan sampah dan
berdampak pada kebersihan lingkungan. Menurut Reksosoebroto 1985 dalam Efrianof 2001 dalam Darmawan
2013 pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-
baiknya sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Kegiatan mengelola sampah yang dilakukan sebagai contoh
kegiatan untuk menjaga kelestarian lingkungan dapat mengubah perilaku siswa
dalam memandang sampah. Hasil perubahan perilaku siswa dalam memanfaatkan sampah merupakan proses dari pembelajaran berupa pengelolaan sampah menjadi
barang yang bernilai .
2.5.Aktivitas Belajar
Menurut Sardiman 2001:4 belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada
aktivitas. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Berdasarkan pendapat Sardiman ini, dapat diartikan bahwa dalam kegiatan kedua
aktivitas saling berhubungan atau harus selalu terkait untuk berlangsungnya aktivitas belajar yang optimal. Dengan kata lain, keterlibatan dan keberhasilan
seseorang dalam aktivitas belajar yang optimal tidak hanya ditentukan oleh kemampuan kecerdasannya, tetapi juga harus melibatkan fisik dan mental secara
bersama-sama dalam aktivitas belajar tersebut. Menurut Slameto 2003:10 bagi sebagian orang aktivitas belajar sering
dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan, tidak menarik, bahkan pada beberapa siswa dinilai sebagai mencemaskan. Adanya perasaan cemas, takut, dan
khawatir akan menghambat terjadinya proses berpikir dan daya ingat yang baik. Beberapa ahli menemukan kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu
bekerjanya kemampuan mental yang disebut working memory, sehingga informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan tidak mampu dikeluarkan
dalam ingatan kita. Sehubungan dengan hal tersebut, guru berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif sehingga siswa tidak mengalami
ketegangan dalam aktivitas belajar sehingga terjalin suatu hubungan kedekatan emosional selama terjadinya aktivitas belajar.
Prof B. Diedrich Sardiman, 2004:100 menggolongkan aktivitas belajar siswa dapat menjadi delapan meliputi:
1. Visual Aktivities, yang termasuk di dalamnya ini membaca, mempraktekkan, demontrasi, percobaan.
2. Oral Aktivities, seperti: menyatukan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3. Listening Aktivities seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing Aktivities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket 5. Drawing Aktivities, seperti: menggambar, membuat grafis, peta
diagram. 6. Motor Aktivities, seperti: melakukan aktivitas, membuat konstruksi,
metode, permainan, berkebun, berternak 7. Mental Aktivities, seperti: memecahkan soal, menganalisis, mengingat,
mengambil keputusan. 8. Emotional Aktivities, seperti: merasa bosan, bergembira, bersemangat,
berani, tenang, gugup. Dengan demikian aktivitas pembelajaran di sekolah sangat bervariasi.
Guru hendaknya dapat memotivasi peserta didik agar aktivitas dalam pembelajaran dapat optimal. Proses belajar akan lebih dinamis dan tidak
membosankan.
Moetesory Sardiman, 2004:95 berpendapat bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan
guru hanya memberikan bimbingan dan perencanaan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh siswa. Dari pandangan tersebut siswa harus aktif dalam proses
belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut di atas dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berjalan dengan baik.
2.6.Hasil Belajar
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Keunikan tersebut
disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda.
Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil belajar dari proses belajar. Perubahan perilaku hasil belajar itu merupakan perubahan perilaku yang relevan
dengan tujuan pengajaran. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemapuan kognitif, afektif, psikomotorik, tergantung dari tujuan
pengajaran. Hasil belajar seringkali digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan
hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.
Menurut Sudjana 2009: 22 hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap
tujuan-tujuan intruksional. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik Winkel, 1996: 224 dalam Purwanto 2008.
Bloom dalam Sudjana 2009 membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni: 1 Pengetahuan knowledge
Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar yang berikutnya. Hal ini
berlaku bagi semua bidang studi pelajaran. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata
akan memudahkan dalam membuat kalimat. 2 Pemahaman
Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.
3 Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang
menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan atau ketrampilan.
4 Analisis Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga
tipe sebelumnya. 5 Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen dimana menyatukan
unsur-unsur menjadi integritas. 6 Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan metode, dll.
b. Ranah afekif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiaannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan
hubungan sosial. c. Ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan skill dan kemampuan bertindak individu.
2.7.Pembelajaran Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup
Menurut Dimayanti Mujiono 1999:297 Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Pada pembelajaran usaha pelestarian lingkungan hidup memiliki tujuan yakni kegiatan yang dapat
menciptakan suatu contoh atau tindakan yang dapat dijadikan sebagai usaha pelestarian lingkungan hidup.
Pembelajaran usaha pelestarian lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan model pembelajaran berbasis proyek sebagai wujud dari tindakan usaha
pelestarian lingkungan hidup. Usaha pelestarian lingkungan hidup terdapat berbagai contoh tindakan pelestarian lingkungan hidup. Pada materi pelestarian
lingkungan hidup meliputi sebagai berikut: Pembelajaran usaha pelestarian lingkungan hidup terdapat pada
kompetensi dasar 1.3 berisikan tentang mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangan dalam pembangunan berkelanjutan.
Materi yang digunakan peneliti dalam pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah terdapat pada sub materi usaha pelestarian lingkungan hidup.
Tujuan kegiatan pembelajaran dari materi mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup adalah mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan
cara penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan. Tetapi, untuk penelitian ini hanya dilakukan sampai pada permasalahan lingkungan dan cara
penanggulangannya yang ditetapkan dalam sub materi usaha melestarikan lingkungan hidup.
Materi usaha pelestarian lingkungan hidup memiliki tujuan pembelajaran yaitu memberikan contoh usaha pelestarian lingkungan hidup. Materi usaha
pelestarian lingkungan hidup meliputi: Usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab kita
sebagai manusia. Dalam hal ini, usaha pelestarian lingkungan hidup tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja, melainkan tanggung jawab bersama
antara pemerintah dengan masyarakat. Pada pelaksanaannya, pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang dapat digunakan sebagai payung hukum
bagi aparat pemerintah dan masyarakat dalam bertindak untuk melestarikan lingkungan hidup.
Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah tersebut, antara lain meliputi hal-hal berikut ini. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 14811SK41985 tentang Pengamanan Bahan
Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri. Peraturan Pemerintah PP Indonesia Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup. Pembentukan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup pada tahun 1991. Selain itu, usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan
dengan cara-cara berikut ini. 1. Melakukan pengolahan tanah sesuai kondisi dan kemampuan lahan,
serta mengatur sistem irigasi atau drainase sehingga aliran air tidak tergenang.
2. Memberikan perlakuan khusus kepada limbah, seperti diolah terlebih dahulu sebelum dibuang, agar tidak mencemari lingkungan.
3. Melakukan reboisasi pada lahan-lahan yang kritis, tandus dan gundul, serta melakukan sistem tebang pilih atau tebang tanam agar kelestarian
hutan, sumber air kawasan pesisirpantai, dan fauna yang ada di dalamnya dapat terjaga.
4. Menciptakan dan menggunakan barang-barang hasil industri yang ramah lingkungan.
5. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap perilaku para pemegang Hak Pengusahaan Hutan HPH agar tidak mengeksploitasi hutan
secara besar-besaran. Menurut Fattah dkk, 2008:72. Beberapa yang dapat dilakukan dalam usaha
pelestarian lingkungan hidup sebagai pelajar, antara lain sebagai berikut: 1. Menghemat penggunaan kertas dan pensil
2. Membuang sampah pada tempatnya 3. Melakukan kegiatan daur ulang
4. Memanfaatkan barang-barang hasil daur ulang 5. Menghemat penggunaan listrik, air, dan BBM, serta
6. Menanam dan merawat pohon di sekitar lingkungan rumah tinggal. 7. Melakukan kegiatan pengolahan sampah atau limbah
Peneliti mengajukan pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah karena sangat cocok untuk materi usaha pelestarian lingkungan hidup.
Materi pelestarian lingkungan hidup yang memiliki tujuan memberikan contoh
usaha pelestarian lingkungan hidup sangat sesuai dengan kegiatan pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah. Karena, kegiatan pembelajaran
berbasis proyek berupa pengelolaan sampah mengajak siswa untuk melakukan pengelolaan sampah sebagai hasil proyek kegiatan belajar di kelas. Kegiatan
pengelolaan sampah dilakukan untuk memberikan contoh usaha yang nyata dilakukan siswa sebagai usaha pelestarian lingkungan hidup dilingkungan
sekolah. Oleh sebab itu, melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek berupa pengelolaan sampah tujuan pembelajaran dalam memberikan contoh usaha
pelestarian lingkungan hidup terlaksana.
2.8. Hubungan Pendekatan Geografi dengan Pembelajaran IPS pada