Hasil Tambahan Penelitian Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah

terkategorikan sebanyak 125 orang 62,5, dan pada kategori tinggi sebanyak 1 orang 0,5. Pada strategi Meminta bantuan guru, siswayang memiliki strategi self regulated learningpada kategori rendah sebanyak 111 orang 55,5, tidak terkategorikan sebanyak 84 orang 42, dan pada kategori tinggi sebanyak 5 orang 2,5. Pada strategi Meminta bantuan orang dewasa, siswa yang memiliki strategi self regulated learningrendah sebanyak 128 orang 64, tidak terkategorikan sebanyak 69 orang 34,5, dan pada kategori tinggi sebanyak 3 orang 1,5. Pada strategi Mengulang tugas atau tes sebelumnya, siswa yang memiliki strategi self regulated learningpada kategori rendah sebanyak 38 orang 19, tidak terkategorikan sebanyak 144 orang 72, dan pada kategori tinggi sebanyak 18 orang 9. Pada strategi Mengulang catatan, siswa yang memiliki strategi self regulated learningpada kategori rendah sebanyak 40 orang 20, kategori tidak terkategorikan sebanyak 148 orang 74, dan pada kategori tinggi sebanyak 12 orang 6. Pada strategi Mengulang buku pelajaran, siswa yang memiliki strategi self regulated learningpada kategori rendah sebanyak 43 orang 21,5, tidak terkategorikan sebanyak 140 orang 70, dan kategori tinggi sebanyak 17 orang 8,5.

b. Hasil Tambahan Penelitian

Penelitian ini juga memperoleh beberapa hasil tambahan yang dapat memperkaya hasil penelitian, yaitu gambaran strategi self regulated learningsiswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan jenis kelamin, suku, pekerjaan orangtua, dan penghasilan orangtua dapat dilihat sebagai berikut :

i. Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah

Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin gambaran strategi self regulated learningsiswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan dapat dilihat pada tabel berikut dan grafik berikut. Tabel 15. GambaranStrategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Min Max Mean Self Regulated Learning Rendah Tidak terkategori Tinggi Perempuan 118 79 151 115 20 98 - Laki-laki 82 88 157 122.5 8 74 - Total 200 28 172 - Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi pada strategi self regulated learningsiswa sekolah menengah pertama SMP yang berada di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan jenis kelamin terdapat pada siswa laiki-laki yaitu sebesar 122.5. Tabel 15 juga menunjukkan bahwa subjek penelitian berjenis kelamin perempuan yang memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 20 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 98 orang, dan yang memiliki strategi self regulated learningtinggi tidak ada. Sedangkan subjek berjenis kelamin laki-laki yang memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 8 orang, kemudian yang memiliki strategiself regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 74 orang, dan tidak ada yang memiliki strategiself regulated learning tinggi. Data ini jika disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti ini: Grafik 1.Gambaran Strategi Self Regulated LearningSiswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Jenis Kelamin ii. Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Suku Berdasarkan suku subjek penelitian gambaran strategi self regulated learningsiswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuandapat dilihat pada tabel dan grafik berikut. Tabel 16. Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Suku Suku N Min Max Mean Self Regulated Learning Rendah Tidak terkategori Tinggi Melayu 36 79 157 118 6 30 - Jawa 90 88 156 122 15 75 - Batak 43 102 154 128 2 41 - Lain-lain 31 95 155 125 5 26 - Total 200 28 172 - Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi pada strategi self regulated learningsiswa Sekolah Menengah Pertama SMP yang berada di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan suku terdapat pada siswa yang 20 40 60 80 100 120 Perempuan Laki Laki Rendah Tidak Terkategorikan Tinggi 20 98 8 74 bersuku batak yaitu sebesar 128. Tabel 16 juga menunjukkan bahwa subjek penelitian yang bersuku Melayu memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 6 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learning tidak terkategorikan berjumlah 30 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Lalu subjek penelitian yang bersuku Jawa memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 15 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 75 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Lalu subjek penelitian yang bersuku Batak memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 2 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 41 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Lalu subjek penelitian yang bersuku lainnya Mandailing, Karo, Nias, dan Sunda memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 5 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 26 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Data ini jika disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti ini: Grafik 2.Gambaran Strategi Self Regulated LearningSiswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Suku 50 100 Melayu Jawa Batak Lain-lain Rendah Tidak Terkategorikan Tinggi 6 30 15 75 2 41 5 26 iii. Gambaran Strategi Self Regulated LearningSiswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Berdasarkan pekerjaan orangtua subjek penelitian gambaran strategi self regulated learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut: Tabel 17.Gambaran Strategi Self Regulated LearningSiswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Pekerjaan Orangtua N Min Max Mean Self Regulated Learning Rendah Tidak terkategori Tinggi Nelayan 53 79 155 117 8 45 - Petani 42 94 156 125 7 35 - Wiraswasta 44 88 153 120.5 6 38 - Pedagang ikan 23 102 157 129.5 2 21 - Lain-lain 38 94 156 125 5 33 - Total 200 28 172 - Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggipada strategi self regulated learning siswa Sekolah Menengah Pertama SMP yang berada di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan pekerjaan orangtuanya terdapat pada siswa yang pekerjaan orangtuanya Pedagang Ikan yaitu sebesar 129.5. Tabel 17 juga menunjukkan bahwa subjek penelitian yang pekerjaan orangtuanya Nelayan dan memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 8 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 45 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learning tinggi. Lalu subjek penelitian yang pekerjaan orangtuanya Petani dan memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 7 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 35 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Lalu subjek penelitian yang pekerjaan orangtuanya Wiraswasta dan memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 6 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learning tidak terkategorikan berjumlah 38 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Lalu subjek penelitian yang pekerjaan orangtuanya Pedagang Ikan dan memiliki strategi self regulated learning rendah berjumlah 2 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learning tidak terkategorikan berjumlah 21 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Kemudian subjek penelitian pekerjaan orangtua yangpekerjaan lainnya Buruh, Supir, Guru, PNS, dan Satpamdan memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 5 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learning tidak terkategorikan berjumlah 33 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Data ini jika disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti ini: Grafik 3.Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Pekerjaan Orangtua Grafiik 4.Gambaran Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Pekerjaan Orangtu 10 20 30 40 50 Nelayan Petani Wiraswasta Pedagang ikan Lain-lain Rendah Tidak Terkategorikan Tinggi 8 45 7 35 6 38 2 21 5 33 iv. Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Penghasilan Orangtua Perbulan Berdasarkan penghasilan orangtua subjek penelitian gambaran strategi self regulated learningsiswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut. Tabel 18. GambaranStrategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Penghasilan Orangtua Perbulan Penghasilan Orangtua Perbulan N Min Max Mean Self Regulated Learning Rendah Tidak terkategori Tinggi Rp1.000.000,- 94 79 157 118 14 80 - Rp1.000.000,-s.d. Rp 3.000.000,- 91 88 156 122 11 80 - Rp3.000.000,- 15 102 153 127.5 3 12 - Total 200 28 172 - Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi pada strategi self regulated learningpada Siswa Sekolah Menengah Pertama SMP yang berada di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan penghasilan orangtuanya terdapat pada siswa yang penghasilan orangtuanya lebih dari Rp 3.000.000,- yaitu sebesar 127.5. Tabel 18 juga menunjukkan bahwa subjek penelitian yang penghasilan orangtuanya dibawah Rp 1.000.000,- dan memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 14 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learning tidak terkategorikan berjumlah 80 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Lalu subjek penelitian yang penghasilan orangtuanya antara Rp 1.000.000 sampai Rp 3.000.000,- dan memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 11 orang, kemudian yang memiliki strategi self regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 80 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Kemudian subjek penelitian yang penghasilan orangtuanya lebih Rp 3.000.000,- dan memiliki strategi self regulated learningrendah berjumlah 3 orang, yang memiliki strategi self regulated learningtidak terkategorikan berjumlah 12 orang, dan tidak ada subjek penelitian yang memiliki strategi self regulated learningtinggi. Data ini jika disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti ini: Grafik 4.Gambaran Strategi Self RegulatedLearningSiswa Sekolah Menengah Pertama SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan Berdasarkan Penghasilan Orangtua Perbulan B. Pembahasan Berdasarkan hasil utama yang diperoleh dari hasil penelitian yang terdiri dari 200 subjek, dapat diketahui bahwa gambaran strategi self-regulated learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan secara umum memiliki strategi self-regulated learning yang di kategori rendah 14 sebanyak 28 orang sampai dengan strategi self-regulated learning yang di kategori tidak terkategori 86 20 40 60 80 100 Rp1.000.000,- Rp1.000.000 s.d Rp 3.000.000,- Rp3.000.000,- Rendah Tidak Terkategorikan Tinggi 14 80 11 80 3 12 sebanyak 172 orang. Dalam penelitian ini tidak ada subjek yang memiliki strategi self-regulated learningyang di kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh strategi self-regulated learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan yang berada pada kategorisasi tidak terkategori sebanyak 172 subjek, menurut Zimmerman 1990 self-regulated learning adalah usaha aktif dan mandiri peserta didik dengan memantau, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang diorientasikan atau diarahkan pada tujuan belajar. Strategi self-regulated learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan yang berada pada kategorisasi tidak terkategori dapat digambarkan berdasarkan jawaban-jawaban subjek pada skala self-regulated learning yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun karakteristik penggunaan strategi self-regulated learning yang tidak terkategori tersebut yaitu, subjek cukup baik dalam menunjukkan usahanya secara aktif dan mandiri untuk memantau, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku agar tujuan belajarnya dapat tercapai namun dalam pelaksanaannya subjek belum cukup baik dalam hal mengupayakan mencari bantuan dari lingkungan sosialnya seperti meminta bantuan guru dan meminta bantuan pada orang dewasa untuk membantu dirinya dalam mencapai tujuan belajar. Disamping mengungkapkan gambaran strategi self regulated learningsiswa secara umum, penelitian ini juga mencantumkan analisis penelitian tambahan, yaitu gambaran strategi self regulated learning siswa SMP yang berada di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan jenis kelamin, suku, pekerjaan orangtua, dan penghasilan orangtua. Berdasarkan jenis kelamin, gambaran strategi self regulated learning siswa SMP yang berada dimasyarakat pesisir Percut Sei Tuan, dapat dilihat bahwa strategi self-regulated learning siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan. Hal ini berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Zimmerman dan Martinez- Ponz dalam Yukselturk Bulut, 2009 bahwa ada perbedaan penerapan strategi self- regulated learning antara murid laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut Zimmerman, menguraikan bahwa murid perempuan lebih sering menggunakan strategi memonitor diri self monitoring, membuat rencana dan tujuan belajar goal settingplanning, mengatur lingkungan belajar environmental structuring dibandingkan laki-laki. Dari hasil tambahan pada penelitian ini, yaitu strategi self regulated learningpada murid laki-laki lebih tinggi, ini bisa saja disebabkan oleh keadaan lingkungan, dimana anak laki-laki lebih ditekankan untuk lebih maju dan sukses, terlihat dari kondisi kehidupan keseharian mereka, anak laki-laki lebih banyak terlibat turun langsung untuk menangkap ikan dilaut, harus lebih bertanggung jawab, serta bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Berdasarkan suku, gambaran strategi self regulated learning siswa SMP yang berada dimasyarakat pesisir Percut Sei Tuan, dapat dilihat bahwa strategi self regulated learning tertinggi pada suku Batak. Seperti yang diketahui nilai yang dianut pada masyarakat Batak adalah nilai tentang pentingnya ikatan sosial, kekeluargaan, dan kekerabatan Muhammad, 2011. Konsep dasar kebudayaan Batak adalah Dalihan Na Tolu yang dihayati sebagai sistem kognitif yang memberikan pedoman bagi orientasi setiap orang batak. Pada tahap selanjutnya, Dalihan Na Tolu adalah pengetahuan kolektif yang menentukan persepsi dan definisi terhadap realitas. Etnis Batak memiliki falsafah hidup yang lebih dikenal denga 3H yaitu Hamoraon kekayaan, Hagabeon menikah dan keturunan, Hasangapon nama baik. Adapun jalan menuju tercapai kekayaan hamoraon dan kehormatan hasangapon adalah melalui pendidikan. Dalam hal pendidikan, keluarga etnis Batak dengan yang lainnya sangat berkompetisi dalam menyekolahkan anak-anaknya. Orangtua etnis Batak selalu menekankan falsafah hidup kepada anak-anaknya sehingga etnis Batak cenderung memiliki karakter pekerja keras, gigih, dan selalu berorientasi kedepan Harahap, 1987. Oleh karena itu, suku Batak yang memiliki falsafah hidup yang sudah terkenal dengan 3H nya bisa menjadi salah satu kemungkinan penyebab tingginya skor pada strategi self regulated learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan. Berdasarkan penghasilan orangtua, gambaran strategi self regulated learning siswa SMP yang berada dimasyarakat pesisir Percut Sei Tuan, dapat dilihat bahwa strategi self-regulated learning tertinggi terdapat pada siswa yang penghasilan orangtuanya diatas Rp 3.000.000,-. Status sosial ekonomi bisa dikatakan merupakan salah satu faktor dalam penerapan strategi self regulated learning.Hal ini diperkirakan dapat terjadi karena lingkungan keluarga yang dimiliki siswa mampu mendukung untuk terpenuhinya hak-hak dan kebutuhan yang diperlukan siswa di sekolah untuk menunjang performansinya dalam belajar. Berdasarkan pekerjaan orangtua, gambaran strategi self regulated learning siswa SMP yang berada dimasyarakat pesisir Percut Sei Tuan, dapat dilihat bahwa strategi self-regulated learning tertinggi terdapat pada siswayang pekerjaan orangtuanya sebagai Pedagang ikan. Hal ini jika dilihat berdasarkan informasi langsung dari subjek penelitian, mungkin saja disebabkan karena jenis pekerjaan orangtua subjek tidak terlalu berat sehingga tidak terlalu menguras tenaga serta pikiran subjek dan kemungkinan waktu yang dihabiskan untuk membantu orangtua tidak terlalu padat dalam seminggu sehingga membuat subjek masih bisa mengatur waktu belajarnya serta cukup mampu dalam mengoptimalkan penerapan strategi self regulated learning.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran- saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini dan kemudian dikemukakan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data, dapat disimpulkan : 1. Gambaran strategi Self Regulated Learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berada pada golongan tidak terkategori. 2. Berdasarkan data tambahan yang diperoleh melalui skala yang telah diisi oleh subjek penelitian diketahui bahwa strategi self regulated learning tertinggi pada siswa yang : a. Berjenis kelamin Laki-laki b. Bersuku Batak c. Pekerjaan orangtua sebagai pedagang ikan d. Penghasilan orangtua lebih dari Rp 3.000.000,-