Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Pengolahan PDAM

61 dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Hal ini dikarenakan pelanggan sudah terbiasa memasak air sebelum diminum dan pelanggan juga takut untuk meminum air secara langsung karena air tersebut melewati pipa yang dikawatirkan pipa sudah berkarat atau pipa bocor dan terkontaminasi oleh bakteri maupun bahan kimia yang dihasilkan oleh produksi pabrik. Hasil angket juga menyebutkan bahwa air kadang-kadang berbau kaporit yang sangat tajam. Namun, pelanggan tidak pernah menyampaikan keluhan tersebut kepada pihak PDAM dikarenakan pelanggan tidak mengetahui harus menyampaikan keluhan dibagian apa. Pelanggan tidak menggunakan air tersebut apabila air berbau kaporit tajam dan akan menggunakan air kembali setelah air tidak berbau. Sebenarnya air yang berbau kaporit tersebut tidak berbahaya apabila dikonsumsi, jadi pelangan tidak perlu khawatir. Apabila air tersebut masih dalam dosis yang sudah ditetapkan yaitu dosis khlor tidak boleh melebihi 1 mgl karena akan membahayakan bagi kesehatan. Khlor tersebut berfungsi sebagai disenfektan. Menurut Asmadi, dkk 2011: 123 tahap disenfeksi dimaksudkan untuk membunuh bakteri patogen dan mengendalikan jumlah dan jenis mikroorganisme serta untuk melindungi air dari kontaminasi bakteri Coliform bahkan Escherichia coli.

C. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Pengolahan PDAM

Pemeriksaan Kualitas air pengolahan PDAM dilakukan dengan melakukan pemeriksaan air dengan parameter fisik, kemis, dan biologis. Pemeriksaan air dengan parameter fisik berupa bau, rasa, suhu, dan kekeruhan, parameter kemis berupa pH dan sisa khlor, dan parameter biologis yaitu MPN bakteri Coliform dan Escherichia coli . Pemeriksaan fisik dan kemis dilakukan dilapangan tempat 62 pengambilan sampel, sedangkan parameter biologis untuk mengetahui MPN Coliform dan E.coli dilakukan di Laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan di Instalasi dan pelanggan PDAM. Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Air Pnegolahan PDAM Instalasi Kamijoro Bantul Parameter Fisika Bau. No Jarak dari Instalasi km ∑ Bau kaporit air PDAM Bau khlorin Persentase 1 3 Berbau 20 2 2-8 12 Tidak berbau 80 Jumlah 15 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari keseluruhan air hasil pengolahan PDAM Bantul Insatalasi Kamijoro bahwa 20 air berbau kaporit khlorin. Bau yang dihasilkan tersebut berasal dari sampel air yang memiliki jarak 0 km yaitu yang berada di Instalasi pengolahan air. Bau yang dihasilkan diakibatkan karena sisa khlor pada air, namun bau yang tercium tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan karena bau khlorin pada air tersebut masih memiliki dosis dibawah yang ditetapkan oleh Pemenkes RI No. 736MenkesPerVI2010. Dosis yang diperbolehkan untuk air minum dalam jaringan perpipaan yaitu untuk unit reservoir dengan nilai maksimal 1 mgl dan pada titik terjauh unit distribusi minimal 0,2 mgl. Bau khlorin pada Instalasi disebabkan karena pengolahan air PDAM menggunakan khlorin dan masih terdapat residu khlor atau sisa khlor. Bau yang dimaksud dalam ketentuan Permenkes Pemenkes RI No. 736MenkesPerVI2010 harus dipahami secara benar oleh konsumen. Sebagian konsumen mengnggap bau seperti kaporit yang ada dalam air mereka merupakan indikator air yang buruk sehingga mereka takut menggunakannya. Sebenarnya air yang berbau seperti 63 kaporit tersebut adalah sisa khlor yang ada dalam air. Masyarakat harus mengetahui bahwa dengan adanya bau seperti kaporit tersebut maka sebenarnya air yang ada pada mereka aman karena terhindar dari bakteri Muhammmad Desiandi, Rico, dan Hamzah, 2009: 4. Parameter fisik selanjutnya yang diukur yaitu rasa. Metode yang digunakan dalam mengetahui rasa pada air hasil pengolahan PDAM yaitu dengan merasakan air tersebut. Pengukuran rasa dan bau tergantung pada reaksi individual sehingga hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Standar persyaratan menyangkut bau dan rasa menurut Permenkes No. 492MenkesPerIV2010 menyatakan bahwa air minum terdapat bau dan rasa tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan Anrianisa dan Sudiran, 2015: 12-13. Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Air Pengolahan PDAM Instalasi Kamijoro Bantul Parameter Fisik rasa. Tabel 10 menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel tidak ada air yang berasa. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H 2 S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu. Air yang berbau dan mempunyai rasa tidak menyenangkan untuk diminum ditinjau dari segi estetika. Bau dan rasa dalam air juga dapat menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme penghasil bau yang mengganggu kesehatan. Selain itu dapat pula menunjukkan kemungkinan timbulnya kondisi anaerobik. Sebagai hasil kegiatan No Jarak dari Instalasi km Jumlah sampel Rasa BerasaTidak Presentase 1 0-8 15 Tidak berasa 100 64 penguraian kelompok mikroorganisme terhadap senyawa-senyawa organik Unus Suriawira, 1993: 91. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan- bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat, apabila air dilakukan khlorinasi dengan dosis yang tinggi. Dosis pemberian khlorin yang tinggi mengakibatkan air hasil pengolahan berbau kaporit karena akibat dari sisa khlor yang tinggi dan air menjadi memiliki rasa asin. Pengukuran bau dan rasa itu tergantung individual, maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Intensitas bau dilaporkan sebagai berbanding terbalik dengan ratio pencemaran bau sampai pada keadaan nyata yang tidak berbau Totok sutrisno, 1996: 30. Bau dan rasa terjadi bersama-sama akibat adanya dekomposisi bahan organik dalam air. Demikian senyawa kimia tertentu menyebabkan rasa didalam, seperti khlor kaporit apabila dosis tinggi menyebabkan rasa air menjadi asin. Standar persyaratan menyangkut bau dan rasa menurut Permenkes No. 492MenkesPerIV2010 menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan Anrianisa dan Sudiran, 2015: 12-13. Kekeruhan pada air minum merupakan suatu parameter fisik yang penting karena berkaitan dengan nilai estetika air minum tersebut. Peneliti mengukur kekeruhan air menggunkan Turbidity meter, merupakan alat lapangan yang dapat digunakan untuk mengukur kekeruhan pada air, dengan satuan NTU. 65 Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Air Pengolahan PDAM Instalasi Kamijoro Bantul Parameter Fisik kekeruhan. Hasil pada tabel 11 menunjukkan bahwa keseluruhan sampel memiliki nilai kekeruhan 0 NTU. Hal ini disebabkan karena proses filtrasi yang sempurna sehingga menghasilkan nilai kekeruhan 0 NTU. Hal itu juga dikarenakan dosis pemberian PAC yang tepat. Poly Aluminium Chlorida PAC merupakan koagulan yang digunakan dalam membantu mengendapkan zat organik dalam air yang akan diolah yaitu dalam proses koagulasi. Air yang jernih belum tentu bersih, kejernihan air yang dapat dilihat dengan mata biasa belum manjamin kebersihan yang disyaratkan dari segi kesehatan dan keamanan Unus Suriawira, 1993: 318. Hal ini disebabkan karena kekeruhan air telah menurun drastis ketika proses sebelumnya yaitu flokulasi dan koagulasi. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya ke dalam air. Kekeruhan terjadi karena adanya bahan yang terapung, dan terurainya zat tertentu seperti bahan organik, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang atau terapung dan sangat halus sekali Philip kristanto, 2002: 81. Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan Unus Suriawira, 1993: 91. Konsumen tidak mau minum air yang berwarna, karena alasan segi estetika. Warna yang berasal dari bahan-bahan buangan industri kemungkinan dapat membahayakan kesehatan. Warna dalam air No Jarak dari Instalasi km Jumlah sampel Kekeruhan NTU Presentase 1 0-8 15 100 66 juga dapat menunjukkan hadirnya senyawa-senyawa organik yang bila dilakukan proses klorinasi terhadap air tersebut akan mengakibatkan terbentuknya klorofom. Senyawa-senyawa organik tersebut dapat mengakibatkan peningkatan pertumbuhan mikroorganisme akuatik Unus Suriawira, 1993: 91. Tabel 12. Hasil Pemeriksaan Air Pengolahan PDAM Bantul Instalasi Kamijoro Parameter Fisika suhu. No Jarak dari Instalasi km Kode Sampel Suhu udara C Suhu air C 1 1 27 29 2 2 27 29 3 3 27 27 4 2 4 28 29,5 5 2 5 27 28,7 6 2 6 27 28,5 7 4 7 28 28,5 8 4 8 27 28 9 4 9 28 28,6 10 6 10 27 28,4 11 6 11 27 29 12 6 12 27 28 13 8 13 28 29 14 8 14 28 30 15 8 15 27 27,8 Rata-rata 27,3 28,6 Suhu dalam air menunjukkan kadar oksigen terlarut didalam air, kenaikan suhu air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Peneliti melakukan pengambilan data suhu air di pelanggan PDAM menggunkan termometer. Hasil yang diperoleh disajikan dalam tabel 12. Hasil pengukuran suhu air hasil pengolahan PDAM dari 15 sampel diperoleh rata-rata 27,3 C suhu udara dan 28,6 C suhu air, persyaratan Permenkes No. 492MenkesPerIV2010 mengatur temperatur air minum sebesar ±3 C suhu udara, sehingga dapat disimpulkan bahwa air hasil pengolahan PDAM memenuhi syarat sebagai air minum. Temperatur air minum seharusnya sejuk atau tidak panas 67 agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada dalam saluran pipa yang dapat membahayakan kesehatan Slamet, 1996 dalam Muhammad Desiandi, Rico, dan Hamzah, 2009: 3-4. Kenaikan suhu air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang rendah akan menimbulkan bau tidak sedap akibat terjadinya degradasi anaerobik yang mungkin terjadi. Kadar residu terlarut tinggi dapat menyebabkan rasa tidak enak dan dapat mengganggu pencernaan makanan. Air dengan kadar residu terlarut tinggi cenderung memiliki kesadahan yang tinggi pula Unus Suriawira, 1993: 91. Hasil pengkuran suhu yang diperoleh dari 15 sampel berbeda-beda hal ini dikarenakan tempat pengambilan sampel keadaan suhu udara berbeda-beda, tempat pengambilan sampel air pada suhu yang tinggi ditempat yang panas sedangkan suhu 27-28 C tempat pengambilan sampelnya berada ditempat teduh jadi tidak terkena sinar matahari karena ternaungi pohon. Parameter yang diukur selanjutnya yaitu parameter kemis. Paramaeter kemis yang diukur dalam penelitian ini yaitu sisa khlor mgl dan deajat keasaman pH. Parameter kimia sangat penting karena merupakan pengukuran zat kimia di dalam air hasil pengolahan PDAM yang terdapat di pelanggan, yang nantinya air tersebut akan dikonsumsi oleh manusia dan berhubungan dengan kesehatan. Sisa khlor merupakan sisa klorin yang berasal dari proses klorinasi. Pengukuran sisa khlor dilakukan dengan Comparator dan dinyatakan dalam mgl. Hasil pengukuran sisa khlor di pelanggan disajikan dalam tabel 13 dan grafik pada gambar 2. 68 Tabel 13 dan grafik pada Gambar 2. Dibawah menunjukkan nilai sisa khlor bebas pada keseluruhan sampel dan sisa khlor bebas diukur menggunakan Comparator Chlorine . Sisa khlor bebas didalam air terdapat pada sampel yang diambil dari Instalasi dan pelanggan yang memiliki jarak terdekat dari Instalasi yaitu pada jarak 2 km pada 2 ulangan saja yang masih terdapat sisa khlornya, sedangkan pada titik yang lain sisa khlor yaitu 0,0 mgl. pemeriksaan sisa khlor yang dilakukan menunjukkan bahwa hasilnya sangat rendah, hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian khlorin tersebut masih kurang terhadap dosis yang seharusnya diberikan atau diinjeksikan dalam proses klorinasi. Air yang memiliki sisa khlor 0,0 mgl menjadi rentan terkontaminasi mikroorganisme. Hal ini sangat berbahaya terkontaminasi bakteri Coliform maupun E.coli. Sisa khlor pada air tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai air minum. Persyaratan yang ditetapkan oleh permenkes No 736MenkesPerVI2010 bahwa dosis sisa khlor yang terdapat didalam air minum pada jaringan perpipaan distribusi air maksimal 1 mgl pada reservoir dan minimal 0,2 mgl pada titik terjauh unit distribusi di pelanggan. Tabel 13. Hasil Pemeriksaan Air Pengolahan PDAM Bantul Instalasi Kamijoro Parameter Kimia sisa khlor. No Jarak dari Instalasi km Sisa khlor Bebas mgl Rata-rata 1 0,01 0,06 2 0,05 3 0,12 4 2 0,0 0,0067 5 2 0,01 6 2 0,01 7 4 0,0 0,0 8 4 0,0 9 4 0,0 69 No Jarak dari Instalasi km Sisa khlor Bebas mgl Rata-rata 10 6 0,0 0,0 11 6 0,0 12 6 0,0 13 8 0,0 0,0 14 8 0,0 15 8 0,0 Gambar 3. Grafik Pemeriksaan Sisa Khlor. Hasil yang diperoleh peneliti serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elma, Rony, dan Chairul 2015: 51 bahwa sisa konsentrasi khlor di jaringan distribusi bergantung pada injeksi konsentrasi khlor di awal distribusi dan jarak distribusi air dari reservoir ke pelanggan. Konsetrasi khlor pada injeksi yang semakin besar menyebabkan semakin besar sisa khlor yang dihasilkan di air yang diterima oleh pelanggan. Jarak distribusi air yang semakin jauh dari reservoir ke pelanggan menyebabkan semakin kecil sisa khlor sampai ke pelanggan. Sehingga sisa khlor pada konsumen yang dianjurkan minimal 0,2 mgl tidak dapat tercapai. Sisa khlor merupakan sisa khlorin hasil klorinasi yang dilakukan untuk proses disenfeksi. Klorinasi adalah proses yang terjadi didalam air menggunakan senyawa khlor untuk mematikan mikroorganisme dalam air, karena oksigen yang 70 terbebaskan dari senyawa asam hypochlorous mengoksidasi beberapa bagian yang penting dari sel-sel bakteri sehinga rusak. Khlorin adalah disenfektan yang paling banyak digunakan karena efektif pada konsentrasi rendah, murah, dan membentuk residual jika digunakan pada dosis yang tepat. Senyawa khlor yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah hipoklorit dan natrium, kloramin, khlor dioksida, dan senyawa kompleks dari khlor Asmadi, dkk, 2011: 94-95. Pertumbuhan dipengaruhi satu faktor lingkungan yang dapat atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang optimum untuk setiap spesies harus ditentukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0 meskipun beberapa bentuk mempunyai pH optimum rendah. Pengetahuan ini sangat diperlukan dalam penetuan range pH yang akan ditetapkan pada perusahaan pengolahan air Totok Sutrisna, 1996: 33. Kemampuan disenfektan khlorin berasal dari sifat propestisnya sebagai oksidator kuat. Klorin mengoksidasi enzim yang berfungsi sebagai proses metabolis pada mikroorganisme. Sisa khlor apabila di bawah batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan kehadiran bakteri Coliform, namun apabila dosis melebihi batas yang ditetapkan dapat mengganggu kesehatan. Permenkes No 7362010 menyatakan bahwa sisa khlor yang diinginkan dalam reservoir agar memenuhi syarat kesehatan sebagai air yang layak diminum berkisar antara 0,2-1 mgl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sisa khlor pada air hasil pengolahan PDAM Bantul Instalsi Kamijoro menunjukkan kurang dari dosis yang ditetapkan, yaitu sisa khlor dalam air minum minimal 0,2 mgl. Berdasarkan hasil pemeriksaan 71 sisa khlor pada pelanggan maupun Instalasi pengolahan air PDAM, peneliti tidak bisa menentukan jarak yang tepat untuk dilakukan injeksi khlorin karena pada Instalasi pengolahan air sisa khlor juga masih dibawah dosis yang telah ditetapkan. Pihak PDAM harus memperbaiki sistem yang ada yaitu dengan memberikan dosis yang benar-benar sesuai, sehingga sisa khlor apabila sampai di pelanggan terjauh masih memiliki dosis sesuai yang ditetapkan yaitu minimal 0,2 mgl. PDAM juga harus melakukan injeksi khlor pada jarak tertentu sehingga pada pelanggan yang jaraknya jauh dari Instalasi pengolahan air, sisa khlor masih dengan dosis yang sama. Proses klorinasi juga harus dilakukan setiap hari serta dengan dosis yang tepat, karena hasil angket menyebutkan bahwa terkadang bau kaporit sangat tajam yang menyebabkan pelanggan tidak mau menggunakan air tersebut dan beralih ke sumber yang lain. Bau tajam yang ditimbulkan dari air tersebut dikarenakan dosis kaporit yang tinggi. Klorin merupakan senyawa oksidator kuat yang berbahaya jika masuk kedalam tubuh manusia. Pemberian klorin pada pengolahan air harus sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan Proses klorinasi yang mengandung bahan- bahan organik dengan konsentrasi tinggi akan membentuk senyawa halogen organik yang mudah menguap yaitu VHO Volatile Halogenated Organics. Senyawa-senyawa VHO tersebut sebagian besar ditemukan dalam bentuk trihalomethane THM Arif Sumantri, 2010: 49-51. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arydin 2012 dalam Elma Sofia, Rony, dan Chairul 2015: 37, penurunan kadar sisa khlor bebas akan berkurang selama perjalanan air sampai ke konsumen. Hal itu disebabkan oleh daya kerja klor aktif selama perjalanan, kontak dengan mikroorganisme penyebab kontaminasi air, 72 dan jaringan pipa yang tidak efisien karena terjadi kehilangan air yang disebabkan oleh kebocoran. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Syahputra 2012: A.4, diketahui bahwa terdapat kecenderungan semakin jauh antara reservoir dengan konsumen, maka semakin kecil atau semakin sedikit sisa khlor bebas. Berkurangnya konsentrasi sisa khlor bebas selama mengalir pada jaringan pipa distribusi air disebabkan oleh dua sisi reaksi, yaitu: a. Balk Reaction, merupakan pengurangan konsentrasi sisa khlor akibat sisa khlor yang bereaksi dengan komponen-komponen yang terlarut dalam air. Komponen tersebut dapat berupa komponen organik maupun mikroorganisme yang ada dalam pipa. b. Pipe Wall Reaction, merupakan pengurangan konsentrasi sisa khlor bebas akibat reaksi sisa khlor yang beraksi dengan dinding pipa. Reaksi terjadi disebabkan karena adanya lapisan biologisbiofilm karena terjadi korosi pada pipa. Oleh karena itu jenis pipa, diameter pipa, serta kondisi pipa menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan Elma, Rony, dan Chairul, 2015: 37. Berdasarkan penelitian yang dilakukan injeksi khlorin dilakukan pada jarak dimana jarak tersebut diperoleh nilai sisa khlor 0,2 mgl atau dapat juga pemberian khlorin di Instalasi dengan penambahan dosis khlorin, namun dengan catatan dosis sisa khlor tidak melebihi batas yang telah ditetapkan jadi dosis harus bernilai antara 0,2-1 mgl. Parameter kemis selanjutnya yaitu derajat keasaman pH air. pH dalam air menunjukkan ion hidrogen dalam air. pH dalam air diukur menggunakan pH meter. 73 Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Air Pengolahan PDAM Bantul Instalasi Kamijoro Parameter Kimia pH. No Jarak dari Instalaasi km pH Rata-rata 1 8,33 8,22 2 8,23 3 8,10 4 2 8,11 8.08 5 2 8,05 6 2 8,10 7 4 8,08 8.02 8 4 8,01 9 4 7,97 10 6 7,97 8,08 11 6 7,99 12 6 8,3 13 8 7,88 7,97 14 8 8 15 8 8,05 Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat sisa khlor bebas pada pH yang bersifat basa hal ini dikarenakan HOCl pada reaksi klorinasi terurai secara sempurna. Klorinasi akan berjalan efektif pada pH netral dan sedikit asam. Pada pH asam, asam hipoklorit HOCl akan terurai sedikit, namun pada pH basa, HOCl akan terurai sempurna Alaerts Santika, 1997 dalam Octaviannus Amen 2012: 34-35. Klorin akan bereaksi dengan air akan menghasilkan Asam hipoklorit HOCl dengan reaksi sebagai berikut: Cl 2 g+ H 2 O ↔ HOCl+ H+ + Cl - ………......… 1 HOCl adalah asam lemah: HOCl ↔ H+ + OCl - …………………………..…. 2 CaOCL 2 + 2H 2 O ↔ 2 HOCL +CaOH 2 …….. 3 74 Reaksi 1 yaitu reaksi gas klor dengan air, akan mengakibatkan pH air akan menurun karena dihasilkan ion H + , sebaliknya reaksi 3 yaitu reaksi kaporit dengan air, pH air akan naik karena dihasilkan CaOH 2 yang bersifat basa alkalis. pH menunjukkan tinggi rendahnya ion hidrogen dalam air. Nilai pH sangat penting diketahui karena banyak reaksi kimia dan biokimia terjadi pada tingkat pH tertentu, seperti proses nitrifikasi yang akan berakhir jika pH rendah. Di dalam tubuh manusia, pH air yang kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2 akan menyebabkan beberapa persenyawaan kimia berubah menjadi racun Effendi 2003 dalam Muchammad Desiandi, 2009: 3. Pembatasan pH dilakukan karena pH akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efesiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksik dalam bentuk molekuler, di mana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. Logam-logam berat di dalam suasana asam lebih bersifat toksik. Unus Suriawira, 1993: 92. Menurut Totok sutrisno 1996: 33 nilai pH lebih dari 9,2 dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan. Pengujian bakteri Coliform dan E.coli pada penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Coliform dan E.coli yang mengontaminasi air hasil pengolahan PDAM. Pengujian Coliform dan E.coli terdiri dari dua tahap yaitu uji dugaan dan uji penegasan. Cara pengujian bakteri Coliform dan E.coli menggunakan media yang sama dan dengan waktu inkubasi yang sama yaitu 2x24 jam, tetapi suhu untuk inkubasinya berbeda. Suhu yang digunakan untuk inkubasi 75 bakteri Coliform yaitu 37 C dan suhu yang digunakan untuk inkubasi bakteri E.coli yaitu 44 C. Cara pengujian meliputi uji penduga menggunakan medium LB dan uji penegasan menggunakan media BGLB. Penetuan bakteri Coliform dan E.coli dilakukan dengan metode MPN sesuai dengan prosedur dari laboratorium Dinas Kesehatan Kabupataen Bantul yang mengacu pada prosedur Departemen kesehatan RI tahun 1995. Tabung LB yang menunjukkan hasil positif berupa kekeruhan dan adanya gelembung udara dalam tabung Durham. Selanjutnya tabung yang positif diambil 1 ose untuk di masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi media BGLB kemudian diinkubasi selama 2x 24 jam. Suhu yang digunakan untuk inkubasi bakteri Coliform yaitu 37 C dan suhu yang digunakan untuk inkubasi bakteri E.coli yaitu 44 C. Selanjutnya jumlah tabung yang positif berupa kekeruhan dan gelembung gas dalam tabung Durham yang dihitung dan dicocokkan dengan tabel perhitungan MPN. Metode MPN ini memiliki limit kepercayaan 95 pada setiap MPN. Satuan yang digunakan umumnya per 100 ml atau per gram. Nilai MPN semakin kecil menyebabkan semakin tinggi kualitas air tersebut. 76 Gambar 4. Diagram hasil Pemeriksaan Air Kualitas Mikrobiologi. Tabel 15. Hasil Pemeriksaan Air Pengolahan PDAM Bantul Instalasi Kamijoro Parameter Biologis. No Jarak dari Instalaasi km Kode sampel MPN bakteri Coliform per 100 ml MPN bakteri Esherichia coli per 100 ml 1 1 2 2 3 3 4 2 4 8 5 2 5 6 2 6 7 4 7 5 8 4 8 33 2 9 4 9 33 10 6 10 49 8 11 6 11 49 12 6 12 63 6 13 8 13 278 14 8 14 345 15 8 15 345 Tabel 16. Presentase Coliform dan E.coli. Coliform E.coli Persentase positif Persentase negative Persentase positif Persentase negatif 66,67 33,33 20 80 77 Berdasarkan Tabel 16 ditunjukkan hasil pengujian Coliform pada sampel keseluruhan terdapat 66,67 sampel yang positif Coliform dan 33,33 sampel negatif Coliform. Pada 66,67 sampel yang positif ditandai dengan hasil uji perkiraan dan penegasan. Sedangkan 33,33 sampel yang memiliki hasil negatif ditandai dengan hasil uji yang beraksi negatif dari perkiraan dan penegasan. Sedangkan presentase E.coli 20 menunjukkan hasil yang positif dan 80 hasil menunjukkan negatif. Hasil pengujian E.coli pada keseluruhan sampel yang menunjukkan hasil yang positif hanya pada 3 sampel saja. Hasil positif ini ditandai dengan timbulnya gelembung pada media BGLB dan media warnanya menjadi keruh. Keberadaan E.coli tersebut disebabkan karena terjadi penurunan sisa khlor. Hal tersebut dikarenakan banyak kemungkinan antara lain diduga karena adanya kebocoran- kebocoran pipa distribusi air PDAM dan terjadi kontaminasi pada air sehingga dalam air tersebut ditemukan bakteri E.coli, adanya penyambungan pipa, serta usia pipa yang sudah tua. E.coli adalah salah satu bakteri yang tergolong Coliform dan hidup secara normal di dalam colon manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga Coliform fekal. Kelompok bakteri pencemar, bakteri golongan coli yang kehadirannya di dalam badan air dikategorikan bahwa air tersebut terkena pencemar fekal kotoran manusia, karena coli berasal dari tinja atau kotoran khususnya manusia Unus Suriawira, 1993: 26. Coliform dalam jumlah tertentu di dalam suatu substrat ataupun benda, misalnya air dan bahan makanan sudah 78 merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit lainnya Unus suriawira, 1996: 70. Jumlah bakteri Coliform dan E.coli diperairan dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang ada disekitar tempat tersebut. Kepadatan penduduk menyebabkan lahan banyak digunakan untuk pemukiman dan pembangunan sehingga jarak antar rumah semakin dekat. Aktifitas penduduk dapat mempengaruhi kualitas air karena semua aktifitas penduduk dapat menghasilkan limbah domestik yang berbeda- beda. Semakin tinggi tingkat aktifitas penduduk berarti semakin banyak limbah domsetik yang dihasilkan penduduk dan menyebabkan semakin besar dampak atau pencemaran yang akan ditimbulkan terhadap kualitas air PDAM yang ada disekitarnya Hasria Alang, 2015: 19. Sumber E.coli dan Coliform bisa berasal dari limbah rumah tangga, bangkai ataupun kotoran hewan. Tingginya nilai MPN Coliform dan adanya E.coli yang ditemukan pada air hasil pengolahan PDAM Instalasi Kamijoro diduga diakibatkan oleh sisa khlor yang kecil bahkan tidak ada sisa khlor dalam air pada saat air sampai pelanggan, diakibatkan oleh saluran yang dilewati oleh aliran air telah tercemar limbah rumah tangga seperti air buangan dari kamar mandi, WC, dapur, dan bekas cucian yang dibuang oleh penduduk dikarenakan pipa saluran air PDAM bocor. Pencemaran materi fekal tidak dikehendaki, baik ditinjau dari segi estetika, kebersihan, sanitasi, maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang berbahaya. Jika di dalam 100 ml, air minum terdapat 500 bakteri coli, memungkinkan terjadinya penyakit gastroentertritis yang segera diikuti oleh demam tifus Escherichia coli 79 pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh sehingga dapat di tinggal didalam blader cystitis dan pelvis pyelitis ginjal dan hati, antara lain dapat menyebabkan diarrhea, septima, peritonistis, meningitis, dan infeksi- infeksi lainnya. Ternyata tiap kelompok manusia mempunyai jumlah yang berbeda Unus Suriawira, 1993: 74-75. Salah satu upaya untuk menetralisir pengaruh pencemaran E.coli dan Coliform pada air pengolahan PDAM yaitu dengan memberikan khlorin dengan dosis yang tepat dan dengan pengawasan intensif, karena dengan pemberian khlorin dengan dosis tepat dapat berfungsi sebagai disenfektan yaitu membunuh bakteri patogen seperti E.coli dan Coliform karena masih terdapat sisa khlor sesuai yang ditetapkan Permenkes No. 736MenkesPerVI2010 yaitu maksimal 1 mgl dalam reservoir dan minimal 0,2 mgl pada titik distribusi jaringan peripaan pada pelanggan. Sehingga air yang didistribusikan ke pelanggan sampai jarak yang terjauh tidak terkontaminasi bakteri patogen. Namun penggunaan kaporit yang berlebihan juga tidak dianjurkan karena juga memiliki efek samping terhadap kesehatan diantaranya adalah mempercepat penuaan dini sebab merusak lapisan epidermis kulit dengan merusak sel-sl kulit, merusak batang rambut, dan mempengaruhi terjadinya pengkikisan yang cepat dan pemanen pada enamel lapisan luar gigi Tim redaksi 2013. Serta penambahan senyawa kaporit dalam air akan menghasilkan senyawa kimia sampingan yang bernama Trihalometana THM. Senyawa ini banyak diklaim oleh para pakar air luar negri sebagai penyebab produksi radikal bebas daam tubuh mengakibatkan 80 kerusakan sel dan bersifat karsinogenik atau pemicu kanker Mulyono, 2010 dalam Hasria Alang, 2015: 20. Sanitasi air sangat penting terutama untuk air minum, salah satu standar kebersihan dan kesehatan air diukur dengan ada tidaknya Coliform sebagai mikroorganisme indikator. Kehadiran mikroorganisme indikator tersebut di dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut terpolusi oleh tinja dari manusia atau hewan dan berpeluang bagi mikroorganisme patogen untuk masuk ke dalam air tersebut Pelczar, 1998 dalam Agus prayitno, 2009: 2.

D. Hubungan Jarak Distribusi Air dengan Sisa Khlor dan Keberadaan