Pengolahan Air PDAM Bantul Instalasi Kamijoro

55

A. Pengolahan Air PDAM Bantul Instalasi Kamijoro

PDAM Instalasi Kamijoro Bantul menggunakan air baku berasal dari Sungai Progo. Air sungai merupakan air yang masuk dalam golongan B, yang dapat digunakan sebagai air baku air minum Philip Kristanto, 2002: 71-72. Air baku diolah melalui beberapa tahap untuk menjadi air minum yang kemudian didistribusikan ke pelanggan PDAM Instalasi Kamijoro Bantul. Distribusi air hasil pengolahan PDAM sampai pelanggan dengan jarak terjauh, yaitu 8 km dari Instalasi pengolahan air. PDAM memiliki kapasitas produksi 50 Ldetik. Pengolahan air baku menjadi air minum yang pertama yaitu air baku disadap atau diambil menggunakan alat penyadap berupa intek, kemudian unit koagulasi dilanjutkan pada unit flokulasi sedimentasi serta filtrasi dan kemudian masuk ke bak penampung pada air yang sudah diolah yang dilengkapi dengan disinfektan. Gambar 2. Bagan Pengolahan Air Bantul Instalasi Kamijoro.PDAM. Bangunan intek yang dibangun adalah dengan sistem open galerry yang dimaksudkan agar kendala yang dihadapi pada musim penghujan baik lumpur maupun sampah dapat mudah dilakukan pembersihan. Bangunan intek yang terdapat di Instalasi Kamijoro masing-masing berkapasitas 30 literdetik dan 50 literdetik. Pompa digunakan siweg dipompa ke unit IPA Instalasi air yang pertama melalui unit flokulasi tetapi sebelum masuk ke unit flokulasi terdapat unit 56 koagulasi yang digunakan untuk membubuhkan bahan kimia dengan sistem injeksi pompa. Koagulasi merupakan proses pengolahan air yaitu zat padat melayang ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok-flok dengan cara menambahkan zat kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah PAC dan kemudian diinjeksikan, apabila pada musim kemarau di bawah 50 ppm sedangkan pada musim penghujan antara 50 ppm sampai 90 ppm. Penentuan dosis PAC dilakukan dengan studi laboratorium menggunakan jar test. Metode jar test ini digunakan untuk menentukan dosis koagulan yang sesuai dengan melihat tingkat kekeruhan air baku sebelum mealui proses pengolahan. Dosis koagulan yang tepat akan berpengaruh terhadap proses koagulasi dan flokulasi Asmadi, dkk, 2011: 35. Tujuan ditambahkannya PAC yaitu sebagai koagulan. Koagulan yang tercampur di dalam air baku akan menyebabkan partikel padatan yang mempunyai berat ringan dan ukurannya kecil menjadi lebih berat dan ukurannya besar flok yang akan mudah mengendap. PAC dapat digunakan sebagai koagulan karena mempunyai kemampuan koagulasi yang kuat, cocok digunakan untuk pengolahan limbah yang keruh dengan Biological Oxygen Demand BOD dan Chemical Oxygen Demand COD tinggi, rentang pH lebar 6-9, dan pengoprasiannya mudah Raharjo, 1993 dalam Sri Darnoto Dwi Astuti, 2009: 180. Proses koagulasi terdiri dari unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat. Bak pengaduk cepat dibubuhkan bahan kimia koagulan. Pengadukan cepat dimaksudkan agar koagulan yang dibubuhkan dapat tercampur secara homogeny dan pada bak pengaduk lambat terjadi pembentukan flok. 57 Proses koagulasi mengakibatkan partikel-partikel terdestabilasi saling bertumbukan membentuk agregat sehingga terbentuk flok, dan selanjutnya air masuk dalam tahap flokulasi. Proses flokulasi selesai air kemudian masuk dalam unit sedimentasi. Proses sedimentasi terjadi proses pengikatan dari flok-flok yang sudah terurai mengikat satu sama lain dan mempunyai gaya berat yang semakin lama semakin berat dan pengkiatan terhadap flok yang lain juga semakin banyak sehingga dengan sisa waktu yang cukup memungkinkan flok-flok ini tidak naik ke atas permukaan sehingga akan mengendap dibawah dan mengikat yang lain. Flok- flok akan mengendap dalam waktu 30 detik, setelah mengendap akan terjadi pengendapan flok dan lumpur yang banyak. Lumpur akan dibuang secara periodik selama 2 jam sekali. Tahap filtrasi merupakan tahap selanjutnya setelah tahap sedimentasi. Filtrasi dalam sistem pengolahan air bersih atau air minum adalah proses penghilangan partikel-partikel flok-flok halus yang lolos dari unit sedimentasi, dimana partikel-partikel flok-flok tersebut akan bertahan pada media penyaring selama air melewati media tersebut. Filtrasi diperlukan untuk menyempurnakan penurunan kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau, dan Fe sehingga diperoleh air bersih yang memenuhi standar kualitas air minum Asmadi,dkk, 2011: 79-80. Proses pengolah air selanjutnya setelah masuk dalam unit filtrasi kemudian masuk ke dalam bak penampung, namun sebelum masuk ke bak penampung akan dilakukan injeksi dengan menggunakan disenfektan berupa calsium hypoklorit kaporit dengan kadar 60. Pembubuhan khlor hanya dilakukan satu kali di 58 Instalasi dan dilakukan oleh operator PDAM. Berdasarkan hasil angket yang dibagikan ke pelanggan diketahui bahwa pelanggan dengan jarak 2-4 km dari Instalasi terkadang mencium kaporit yang baunya sangat tajam. Hal ini diduga bahwa dosis khlor yang diberikan melampaui batas dari dosis yang telah ditetapkan. Hal tersebut diduga bahwa pihak operator yang berada di Instalasi tidak melakukan pengukuran khlor yang akan dibubuhkan dalam air sehingga dosis yang ditetapkan tidak sesuai dan melampaui batas atau bahkan kurang dari dosis yang sudah ditetapkan. Bagian produksi PDAM Bantul telah menetapkan bahwa pembubuhan khlor di Instalasi terukur dengan dosis 0,5-1 mgL secara terus-menerus continue dengan tujuan apabila sampai ke konsumen masih dengan dosis 0,2-0,3 mgL. Hal ini merupakan syarat yang ditetapkan oleh Pemenkes RI No. 736MenkesPerVI2010 bahwa air minum dalam jaringan perpipaan dalam unit reservoir maksimal 1 mgl dan pada distribusi jaringan perpipaan pada jarak dengan titik terjauh minimal 0,2 mgl. Khlor pada bak penampung akan berkontak dengan air selama 30 menit untuk daya sergap bakteri, kemudian air dialirkan ke unit reservoir dan kemudian didistrubusikan ke pelanggan PDAM.

B. Hasil Pengisian Angket Pelanggan PDAM Instalasi Kamijoro Bantul