Alokasi sumber daya Masjid Jogokariyan Yogyakarta
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
angkringan. Terdapat perbedaan pendapat saat itu antara bapak Jazir yang memiliki ide tersebut, dengan beberapa orang yang menganggap bahwa angkringan hanya
akan membawa kemudharatan bagi masjid. Konflik yang terjadi sudah cukup meruncing sebab sampai pada upaya untuk mempengaruhi salah satu warga yang
tanahnya dipinjam sebagai lokasi angkringan untuk membatalkan rencana peminjaman tanah tersebut.
Konflik lain juga terjadi ketika ada beberapa pengurus yang menganggap aktivitas masjid sampai malam dianggap tidak bermanfaat. Akibatnya beberapa
remaja masjid yang sering beraktivitas hingga malam dimarahi oleh orang tersebut. Sekelompok remaja yang berkumpul malam-malam dianggap hanya akan
melahirkan hal-hal yang negatif. Menyikapi hal seperti ini, manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta tidak
memilih langkah penghindaran atau konfrontasi, melainkan menggunakan pendekatan defusi. Pendekatan ini berfokus pada usaha untuk meminimalisir
perbedaan pendapat dan justru mengutamakan kesamaan dan kepentingan bersama. Langkah yang ditempuh oleh manajemen adalah dengan mengajak dialog sdm-sdm
yang berbeda pendapat tersebut, lalu dijelaskan secara perlahan-lahan mengenai maksud diadakannya angkringan tersebut. Bahwa angkringan yang akan diadakan
bukan untuk kegiatan yang negatif dan maksiat, namun justru dijadikan sebagai pintu gerbang masjid dalam menyambut jamaah yang hendak mendatangi masjid.
mengenai aktivitas remaja masjid yang sampai malam juga dijelaskan bahwa dengan aktivitas itu pada hakikatnya masjid justru mewadahi energi remaja yang
seringkali berlebih dan butuh pelampiasan dengan kegiatan positif. Akan jauh lebih
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
baik bila para remaja itu berkumpul dan melakukan aktivitas di masjid daripada melakukannya di tempat-tempat lain. Di masjid, aktivitas mereka akan terkontrol
sehingga bisa menghindarkan diri dari godaan-godaan nafsu, selain itu masjid bisa memberikan alternatif kegiatan, misalnya olahraga pingpong, futsal, atau kajian-
kajian di malam hari. Cara ini menekankan pada aspek kesamaan kepentingan antar sdm, yaitu
terciptanya masyarakat yang baik berdasarkan nilai-nilai keislaman. Perbedaan yang ada hanya pada cara yang dianggap efektif atau tidak dalam mencapai
kepentingan tersebut. sebab lain juga bisa jadi karena kesalahpahaman semata. Terbukti ketika terjadi proses dialog intensif untuk menyamakan persepsi, sdm-sdm
yang dulunya keras menentang justru hari ini juga sering ikut nongkrong di angkringan tersebut hingga malam. Manfaat yang dirasakan dari cara mengelola
konflik seperti ini adalah tidak ada pihak yang dikorbankan. Juga bisa benar-benar menyelesaikan persoalan. Berbeda dengan model penghindaran yang terkesan bisa
meredam tensi konflik, namun secara hakikat tidak benar-benar menyelesaikan persoalan. Cara konfrontasi juga tidak dilakukan sebab boleh jadi bisa
menghilangkan konflik dengan cepat, namun memiliki dampak pertentangan psikologis yang cukup ekstrim.