Prinsip manajemen Masjid Jogokariyan Yogyakarta

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Pelaksanaan Program Kerja Masjid Jogokariyan Yogyakarta

Proses manajemen strategis tidak berhenti setelah organisasi merumuskan dan memutuskan strategi-strategi apa yang hendak digunakan. Dibutuhkan proses berikutnya yaitu bagaimana langkah-langkah perwujudan strategi tadi ke dalam sebuah tindakan strategis.

1. Tujuan Tahunan Masjid Jogokariyan Yogyakarta

Dalam proses wawancara ketika ditanyakan mengenai program yang pengurus jalankan di masa-masa awal periode pertama, bapak Jazir menceritakan bahwa langkah awalnya adalah memetakan jamaah Masjid Jogokariyan Yogyakarta, agar mengetahui kebutuhan, peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Lalu dilanjutkan dengan memasjidkan masyarakat dan memasyarakatkan masjid dengan berbagai programnya, yaitu Gerakan Sholat Subuh Berjamaah, Jogokariyan Kampung Ramadhan, Gerakan Jamaah Mandiri, Pemberdayaan ekonomi, dan seterusnya. Pada tahun 2004, pengurus membuat terobosan dengan mengundang masyarakat berpartisipasi lebih aktif lagi pada gerakan subuh berjamaah dengan undangan cetak layaknya undangan pernikahan. Penjelasan di atas mewakili urutan prioritas target yang ingin dicapai masjid, dimulai dari yang paling mendesak dan urgent. Sehingga jika berbicara mengenai tujuan tahunan yang ingin dicapai oleh Masjid Jogokariyan Yogyakarta, penulis bisa menyimpulkan bahwa tahap awal yang ingin dicapai adalah mendapatkan data peta dakwah yang lengkap, valid dan up to date mengenai kondisi jamaah di Kampung Jogokariyan sebagai pijakan awal bagi masjid dalam menetapkan program.. Target berikutnya adalah peningkatan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id angka partisipasi warga dalam berbagai kegiatan di masjid, misalnya kegiatan sholat subuh berjamaah, PHBI dan kajian-kajian keislaman. Tahun berikutnya targetnya ditambahkan secara kuantitas, misalnya dari sisi jamaah sholat subuh yang semula ditargetkan 20 dari jamaah sholat subuh, 26 lalu ditingkatkan menjadi 50 dari sholat jumat. Aspek keuangan masjid juga ditargetkan meningkat dengan adanya Gerakan Jamaah Mandiri, sehingga proses memberdayakan ekonomi masyarakat bisa optimal. Jika target-target tadi telah dipenuhi, maka tahun-tahun berikutnya bisa memperluas jangkauan segmen pasar yang diharapkan. Perluasan ini bisa dilakukan karena kekuatan internal menyangkut pendanaan dan juga kekuatan program dan partisipasi jamaah sudah tinggi. Maka sudah seyogyanya masjid juga memperluas kepada segmen-segmen yang belum tersentuh, misalnya orang dewasa dan anak kecil yang belum terbiasa sholat di masjid, remaja yang suka mabuk-mabukan, preman kampung, dan yang lainnya menjadi target berikutnya untuk digarap. Sehingga total dalam waktu 5 tahun pertama, seluruh indikator yang ditargetkan bisa terealisasi. Kampung Jogokariyan sudah dikenal sebagai kampung Islami, pemuda yang dulunya suka nongkrong tidak jelas ditarik ke masjid dan kini menjadi aktifis masjid. Warga dan anak kecil yang dulunya jarang sholat, sekarang terbiasa sholat jamaah di masjid, bahkan yang paling fenomenal adalah keberhasilan Masjid Jogokariyan Yogyakarta dalam menarik mantan-mantan preman sebagai tenaga keamanan di masjid yang membantu menjaga keamanan parkir motor, mobil, dan 26 Hasil wawancara dengan Bapak Suharyanto, Bendahara Masjid Jogokariyan Yogyakarta pada periode 2000-2005. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id juga barang berharga lainnya. Mengenai keberhasilan-keberhasilan ini penulis dapatkan datanya dari proses wawancara dengan narasumber dan juga pengalaman riel penulis ketika berinteraksi dengan warga di masjid.

2. Kebijakan Masjid Jogokariyan Yogyakarta

Kebijakan yang diambil oleh Masjid Jogokariyan Yogyakarta dalam menerapkan program kerjanya adalah dengan melakukan apa yang disebut dengan “how to image”, lalu “how to manage”, dan yang terakhir adalah “how to make success”. Lebih detailnya akan diuraikan di bawah ini.

a. How to image

How to image yang dimaksud dalam kebijakan ini adalah bagaimana Masjid Jogokariyan Yogyakarta membangun image baru tentang masjid. Image yang menggambarkan masjid sebagai pusat dalam membangun peradaban umat, bukan hanya sekedar tempat untuk menjalankan sholat berjamaah. 27 Kebijakan ini memiliki tingkat urgensitas yang tinggi mengingat sudah sedemikian mengakarnya pandangan yang menyempitkan image masjid itu sendiri. Agar berhasil dalam manajemen strategisnya, maka Masjid Jogokariyan Yogyakarta harus berhasil mengubah pandangan lama dengan sebuah konsep baru mengenai image sebuah masjid. Dalam ilmu pemasaran, hal ini disebut dengan re-branding, yaitu usaha untuk melakukan penanaman ulang suatu image perusahaan atau produk yang sudah terlanjur melekat di benak konsumen. Disadari, pada proses persentuhannya dengan 27 Hasil wawancara dengan K.H. M. Jazir selaku Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta