Tanda dan Gejala Skizofrenia

penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat menyaring stimulus yang tidak relevan Durand, 2007. Terapi Elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada penatalaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930-an, electroconvulsive therapy ECT diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia.Tetapi terapi ini telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa alasan. ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa, termasuk skizofrenia. 2.2 Halusinasi 2.2.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar. Walaupun tampak sesuatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “ terepsesi”. Halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar organic fungsional, psikotik maupun histerik. Yosep, 2007. Halusinasi adalah sensasi panca indra tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau dan ada rasa kecap meskipun tidak ada suatu rangsang yang tertuju pada kelima indra tersebut Damaiyanti, 2008 . Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal dunia luar.Klien memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara Kusumawati dan Hartono 2011.

2.2.2 Penyebab Halusinasi

Menurut Yosep 2007 penyebab halusinasi ada faktor predisposisi dan factor presipitasi : 1. Faktor Predisposisi a. Genetik b. Neurobiology c. Neurotransmitter d. Abnormal perkembangan saraf e. Psikologis 2. Faktor Presipitasi a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal c. Adanya gejala pemicu.

2.2.3 Tahapan Halusinasi

Menurut Direja 2011 Halusinasi melalui empat fase, yaitu sebagai berikut : 1. Fase 1 Non-psikotik Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat orientasi sedang. secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien a. Karakteristik : Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan,Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan, Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran b. Perilaku yang muncul : Tersenyum atau tertawa sendiri, Menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, Respons verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi. 3. Fase II Non-psikotik Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat. secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan antisipasi. a. Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalam tersebut, Mulai merasa kehilangan kontrol, Menarik diri dari orang lain. b. Perilaku yang muncul : Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah, Perhatian terhadap lingkungan menurun, konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun, Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita. 4. Fase III Psikotik Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi a. Karakteristik : Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya, Isi halusinasi menjadi atraktif, Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir. b. Perilaku yang muncul : Klien menuruti perintah halusinasi, Sulit berhubungan dengan orang lain, Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat,

Dokumen yang terkait

Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Pasien Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah PEMPROVSU

17 174 86

Efektivitas Terapi Gerak terhadap Perubahan tingkat Kecemasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta

0 10 8

GAMBARAN STATUS MENTAL PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Gambaran Status Mental Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 3 19

RESPON FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS SAAT TERJADI HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA Respon Fisiologis Dan Psikologis Saat Terjadi Halusinasi Dengar Pada Pasien Skizofrenia Paranoid Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 4 19

PENDAHULUAN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 5

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 2 10

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 66

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu

0 2 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skizofrenia 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu

0 1 31