2.2.5Jenis-Jenis halusinasi
1. Halusinasi audiodengar Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin,
barang, kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun maramis,2005. Halusinasi pendengaran adalah persepsi
sensorik yang keliru melibatkan panca indra pendengaran isaac,2002. 2. Halusinasi VisualLihat
Halusinasi dari organ penglihatan mata. Pasien melihat, sedang orang di sekitar sama sekali tidak. Atau kenyataannya di mata orang lain tidak ada apa-apa
sedangkan pasien yakin sekali melihat. Misalnya, melihat bentangan alam yang indah, melihat hewan-hewan, monster, dan lain-lain.
3. Halusinasi OlfaktorikPenciuman BauHidu Tidak ada sumber bau, tetapi penderita yakin menghirup bau-bau tertentu.
Misalnya bau parfum, bau busuk, bau menyengat, dan lain-lain. Kelainan ini jarang terjadi, dan ada dugaan kelainan ini muncul dengan kecenderungan adanya
kerusakan otak organik. 4. Halusinasi GustatorikKecap
Penderita merasakan sensasi rasa di mulutnya. Kelainan ini sering terjadi bergandengan dengan adanya gangguan penghidupembauolfaktorik.
5. Halusinasi TaktilRaba-RasaKinestetik Penderita merasakan sensasi taktilraba-rasa di tubuhnya yang tentu saja
tanpa sumberstimulusrangsangantrigger. Misalnya penderita merasakan sakit, merasakan seperti di setrum, merasa digebukin, merasakan panas, merasakan
kedinginan. Lebih khusus lagi dari gangguan ke-5 ini: Jika sensasi raba yang dirasakan penderita adalah rangsangan erotis seksual maka disebut sebagai
halusinasi heptik; Jika pasien melaporkan adanya perasaan sedang merasakan proses pembentukan cairan tubuh, seperti merasakan pembentukan feses, urin,
atau darah maka disebut halusinasi cenesthetik; Sedangkan yang dimaksud halusinasi kinestetik apabila pasien merasakan dirinya bergerak padahal posisinya
saat itu tidak bergerak sama sekali.
2.2.6 Tindakan Keperawatan
1. Membantu pasien mengenali halusinasi. Dapat melakukan dengan berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi
apa yang didengar dilihat, waktu terjadi halusinasi, frekwensi terjadi halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi
muncul 2. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara :
a. Menghardik halusinasi Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini dan menguatkan perilaku pasien.
b. Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain tersebut.
c. Melakukan aktivitas yang terjadwal Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dapat dilakukan dengan cara : menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi,
mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktivitas, menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih, memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
d. Menggunakan obat secara teratur Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat : jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
gangguan jiwa, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapat obat berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis.
2.3 Terapi Musik 2.3.1 Pengertian Musik
Dari penulis-penulis Indonesia di antaranya dapat dijumpai sejumlah definisi tentang musik: Jamalus 1988, 1 berpendapat bahwa musik adalah suatu
hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik
yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Rina 2003, 9 setuju dengan pendapat bahwa musik merupakan salah
satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyibunyian. Prier 1991, 9 setuju dengan pendapat Aristoteles bahwa musik
merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara melodi yang berirama.
Menurut ahli perkamusan lexicographer musik ialah: ”Ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi
dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional”1 Walaupun demikian selama berabad-abad para
ahli menganggap bahwa definisi kamus tersebut kurang memuaskan. Sebagai alternatif, di antaranya ada yang memahami musik sebagai ”bahasa para dewa”;
yang lain mengatakan bahwa: ”music begins where speech ends” musik mulai ketika ucapan berhenti. Romain Rolland berpendapat bahwa musik adalah suatu
janji keabadian; bagi Sydney Smith musik ialah satusatunya pesona termurah dan halal di muka bumi.
Goethe berpendapat bahwa musik mengangkat dan memuliakan apa saja yang diekspresikannya. Mendelssohn meyakini bahwa musik dapat mencapai
suatu wilayah yang kata-kata tidak sanggup mengikutinya, dan Tchaikovsky berkata bahwa musik adalah ilham yang menurunkan kepada kita keindahan yang
tiada taranya. Musik adalah logika bunyi yang tidak seperti sebuah buku teks atau sebuah pendapat. Ia merupakan suatu susunan vitalitas, suatu mimpi yang kaya
akan bunyi, yang terorganisasi dan terkristalisasi. Sehubungan dengan itu Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni murni
tertinggi yang terhormat. Dengan demikian musik adalah pengalaman estetis yang
tidak mudah dibandingkan pada setiap orang, sebagaimana seseorang dapat mengatakan sesuatu dengan berbagai cara Ewen 1963, vii-viii.
Dari perspektif interpretasi atau penikmatannya, musik juga dapat dipahami sebagai bahasa karena ia memiliki beberapa karakteristik yang mirip
dengan bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut Machlis 1963, 4 memahami musik sebagai bahasa emosi-emosi yang tujuannya sama seperti bahasa pada umumnya,
yaitu untuk mengkomunikasikan pemahaman. Sebagai bahasa musik juga memiliki tata bahasa, sintaksis, dan retorika, namun tentunya musik merupakan
bahasa yang berbeda. Setiap kata-kata memiliki pengertian yang kongkrit, sementara nada-nada memiliki pengertian karena hubungannya dengan nada-nada
yang lain. Kata-kata mengekspresikan ide-ide yang spesifik sedangkan musik menyugestikan pernyataan-pernyataan misterius dari pikiran atau perasaan.
Dari beberapa pendapat di atas setidaknya dapat dipahami bahwa musik merupakan salah satu cabang seni pertunjukan seperti tari, drama, puisi, dan
sebagainya. Sebagai sebuah karya seni, musik adalah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan lewat komposisi jalinan nada atau melodi, baik dalam
bentuk karya vokal maupun instrumental. Di samping itu musik adalah suatu karya seni yang tersusun atas kesatuan unsur-unsur seperti irama, melodi,
harmoni, bentuk atau struktur, dan ekspresi.
2.3.2 Pengertian Terapi Musik
Terapi musik adalah materi yang mampu mempengaruhi kondisiseseorangbaik fisik maupun mental. Musik memberi
rangsanganpertumbuhan fungsi-fungsiotak seperti fungsi ingatan, belajar,