Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui pada kelompok kontrol rata-rata halusinasi pasien sebelum intervensi 20.12, dan setelah intervensi menurun menjadi 19.25. selanjutnya berdasarkan uji statistik disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata halusinasi antara sebelum dengan setelah intervensi pada kelompok kontrol P-value = 0.087, α ≤ 0,05. Berdasarkan tabel 5.5 diketahui pada kelompok intervensi rata-rata halusinasi pasien sebelum intervensi 16.00, setelah intervensi menurun menjadi 12.50, selanjutnya berdasarkan uji statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata halusinasi pasien antara sebelum dengan sesudah intervensi pada kelompok intervensi P-value= 0.004, α ≤ 0.05.

2. Pembahasan Penelitian

2.1 Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran sebelum terapi musik pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi di RSJD Pemprovsu 2014 Hasil penelitian menunjukkan tanda dan gejala halusinasi sebelum diberikan terapi musik pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 20.12, sedangkan pada kelompok intervensi diperoleh nilai rata-rata 16.00. Dan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaantanda dan gejala halusinasi yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi sebelum dilakukan terapi musik P-value = 0.086 ; α ≤ 0.05. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lama rawat responden yang kurang dari satu bulan sebanyak 43,8, lama rawatmemilikipengaruh yang besar terhadap kekambuhan tanda dan gejala, hal ini sesuai dengan penelitian Noviandi2008 yang mengatakan bahwa semakin lama klien dirawat maka semakin banyak klien tersebut mendapatkan pengobatan terapi pengobatan dan perawatan, sehingga kekambuhan tanda dan gejala pada klien akan semakin berkurang. Sesuai dengan Kaplan Sadock, 2003dikatakanbahwa 45 penderita skizofrenia yang mendapatkan pengobatan masih akan mengalami kekambuhan tanda dan gejala dalam waktu 1 tahun pasca rawat. Hal ini sesuai dengan data yang didapat peneliti bahwa tingkat kekambuhan tanda dan gejala pasien yang masa rawatnya masih dibawah 1 tahun masih tinggi . Seluruh pasien mendapatkan terapi medis tipikal, dimana terapi medis tipikal merupakan terapi yang efektif hanya bagi gejala positif skizofrenia tidak efektif untuk gejala negatif skizofrenia, hal ini sangat berpengaruh pada kekambuhan tanda dan gejala skizofrenia sesuai dengan pernyataan Videbeck 2008, dalam Wahyuni, 2010 bahwa obat-obatan tipikal hanya efektif untuk gejala positif dari skizofrenia, sedangkan obat-obatan atipikal efektif untuk gejala positif dan negative pada skizofrenia. Pada umumnya pendidikan yang lebih tinggi akan membuat individu mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dalam mengontrol tanda dan gejala halusinasi hal ini sejalan dengan penilitian bahwa sebanyak 68.8 pasien memiliki pendidikan tinggi, sesuai dengan Notoadmodjo, 2003 yang mengatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan menyulitkan individu untuk menerima ilmu yang didapat. 2.2 Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran Setelah Terapi Musik Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi Di RSJD Pemprovsu 2014 Hasil penelitian menunjukkan tanda dan gejala halusinasi setelah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 19.25, sedangkan pada kelompok intervensi diperoleh nilai rata-rata 12.50. Dan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna tanda dan gejala antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi P-value = 0.001 ; α ≤ 0.05. Terjadi penurunan tanda dan gejala pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi hal ini dikarenakan kedua kelompok mendapatkan terapi generalis, sedangkan pada kelompok intervensi terjadi penurunan yang lebih besar dibandingkan kelompok kontrol karena kelompok intervensi mendapatkan terapi generalis dan terapi musik. Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketikaseseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada diotaknyadapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistemtubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengaturhormon-hormon yang mempengaruhi stress seseorang, serta mampumeningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan memiliki kaitan erat, dantidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik kesukaannyaseseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalamwaktu singkat. Suara musik yang terdengar, dapat mempengaruhi gelombang otak sesuai dengan jenis musiknya. Struktur musik klasik pada umumnya akan membangkitkan gelombang alpha sehingga lebih banyak pengaruhnya dalam relaksasi Rachmawati, 2005. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa terapy musik berguna memadukan seluruh proses bekerjanya otak kiri dan kanan, yang dapat membuat pikiran berkonsentrasi dan rilek Sulistyowati, E, C, 2009. Brucia, 1998 dalam Johan, 2005 juga mengungkapkan penggunaan terapi musik sebagai kesatuan kekuatan dan isyarat stimulus untuk meningkatkan atau memodifikasi perilaku adaptif dan menghilangkan perilaku maladaptive. Dari beberapa paparan diatas disimpulkan bahwa terapi musik adalah terapi nonverbal, teknik penyembuhan yang memakai bunyi atau irama yang dapat dipakai untuk mempengaruhi perubahan fisik, emosi, pikiran dan perilaku Sulistyowati, E, C, 2009. Terapi musik merupakan salah satu metode alternatif yang mendukung terapi pada klien gangguan jiwa. Rocke 2001 mengemukakan kajiannya mengembangkan terapi musik untuk mengatasi gangguan seperti delirium, melankolia dan mania. Morgan 2000 dari Florida University Amerika, mengemukakan bahwa musik dapat mengurangi depresi dan berdampak positif untuk mengatasi gangguan perilaku. Demikian juga MacKay 2002 mengungkapkan indikasi terapi musik telah menjadi salah satu pelengkap pada terapi gangguan jiwa seperti skizofrenia, perilaku kekerasan, dan gangguan alam perasaan. Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mentaldengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,bentuk dangaya yang diorganisisr sedemikian rupa hingga tercipta musikyang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental Eka, 2011. ChristandyAndrean menyatakan bahwa musik memiliki tiga bagian penting yaitu beat,ritme dan harmoni. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwasedangkan harmoni mempengaruhi roh. Musik klasik ini memiliki irama dannada-nada yang teraturSurilena, 2008. Semua jenis bunyi akan masuk melalui telinga, kemudian menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel berambut di dalam Koklea untuk selanjutnya melalui saraf Koklearis menuju ke otak. Ada 3 buah jaras Retikuler atau Reticular Activating System yang diketahui sampai saat ini. Pertama: jarak retikuler-talamus. Musik akan diterima langsung oleh Talamus, yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh bagian otak yang berpikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia. Kedua: melalui Hipotalamus mempengaruhi struktur basal “forebrain” termasuk sistem limbik, Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain, dan ketiga: melalui axon neuron secara difus mempersarafi neokorteks. Seorang peneliti Ira Altschuler mengatakan “Sekali suatu stimulus mencapai Talamus, maka secara otomatis pusat otak telah diinvasi.” Gilman dan Newman 1996 mengemukakan bahwa Planum Temporale adalah bagian otak yang banyak berperan dalam proses verbal dan pendengaran, sedangkan Corpus Callosum berfungsi sebagai pengirim pesan berita dari otak kiri kesebelah kanan dan sebaliknya. Seperti kita ketahui otak manusia memiliki dua bagian besar, yaitu otak kiri dan otak kanan. Walaupun banyak peneliti mengatakan bahwa kemampuan musikal seseorang berpusat pada belahan otak kanan, namun pada proses perkembangannya proporsi kemampuan yang tadinya terhimpun hanya pada otak kanan akan menyebar melalui Corpus Callosum kebelahan otak kiri. Akibatnya, kemampuan tersebut berpengaruh pada perkembangan linguistik seseorang. Dr. Lawrence Parsons dari Universitas Texas San Antonio menemukan data bahwa harmoni, melodi dan ritme memiliki perbedaan pola aktivitas pada otak. Melodi menghasilkan gelombang otak yang sama pada otak kiri maupun kanan, sedangkan harmoni dan ritme lebih terfokus pada belahan otak kiri saja. Namun secara keseluruhan, musik melibatkan hampir seluruh bagian otak. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, dunia kedokteran serta psikologi membuktikan bahwa musik bisa dijadikan terapi dan berpengaruh dalam mengembangkan imajinasi dan pikiran kreatif. Musik juga mempengaruhi sistem imun, sistem saraf, sistem endokrin, sistem pernafasan, sistem metabolik, sistem kardiovaskuler dan beberapa sistem lainnya dalam tubuh. Dari berbagai penelitian ilmiah tersebut, dinyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu penyembuhan beberapa penyakit seperti insomnia, stress, depresi, rasa nyeri, hipertensi, obesitas, parkinson, epilepsi, kelumpuhan, aritmia, kanker, psikosomatis, mengurangi rasa nyeri saat melahirkan, dan rasa nyeri lainnya.O’Sullivan 1991 mengemukakan bahwa musik mempengaruhi imaginasi, intelegensi dan memori, di samping juga mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin. 2.3 Pengaruh Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran Sebelum Dan Sesudah Terapi Musik Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi Hasil penelitian pengaruh terapi musik terhadap tanda dan gejala halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi, untukkelompok kontrol sebelum terapi diperoleh nilai rata-rata adalah 20.12, sesudah terapi pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata- rata 19.25. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tanda dan gejala halusinasi pendengaran klien sesudah dan sebelum intervensi pada kelompok kontrol P-value = 0.087 ; α ≤ 0.05. Sedangkan untuk kelompok intervensi sebelum terapi diperoleh nilai rata-rata 16.00, sesudah terapi pada kelompok intervensi diperoleh nilai rata-rata 12.50. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikkan pada tanda dan gejala halusinasi pendengaran klien sesudah dan sebelum inetervensi pada kelompok intervensi P-value = 0.004 ; α ≤ 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ayu, Candra, Gama 2013 yang telah membuktikan bahwa pemberian terapi musik dapat mengurangi perilaku agresif pasien skizofrenia dan dapat memberikan rasa tenang pada pasien skizofrenia. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Purvis, T, N 2007. Music Therapy in Schizophreniayang telah membuktikan bahwa pemberian terapi musik dapat mengurangi gejala positif dan gejala negatif pada pada pasien skizofrenia. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian Amerika Music Therapy Association 2008 mengungkapkan tujuan terapi musik yaitu untuk meningkatkan kesehatan secara menyeluruh dalam fungsi mental, fungsi fisik dan fungsi sosial. Musik dapat membuat pikiran selalu siap dan ,mampu berkonsentrasi Deporter Hernacki, 1992, mereka juga menjelaskan bahwa pada saat otak kiri sedang bekerja, musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses. Mendengarkan musik merupakan salah satu cara yang efektif untuk menyibukkan otak kanan ketika sedang berkonsentrasi pada aktivitas- aktivitas otak kiri. Gold, 2007 dalam Sulistyowati, E, C, 2009 melakukan penelitian terapi musik memperbaiki gejala pada klien skizofrenia dewasa di Rumah sakit. Dilaporkan setelah mengikuti terapimusik terjadi perbaikan gejala pada pasien skizofrenia dibandingkan pasien yang hanya diberikan terapi generalis, terapi ini dilakuakn selama 12 minggu dan diiukur dengan menggunakan Positive Negative Syndrome Scale PANSS. Hasil penelitian Herry Chunagi 1996 Siegel 1999, yang didasarkan atas teori neuron sel kondiktor pada sistem saraf, menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Menurut Siegel 1999 ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari neuronal di otak. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosiyang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

1 Kesimpulan a. Tanda dan gejala halusinasi pendengaran sebelum terapi musik pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi memiliki perbedaan yang tidak signifikkan b. Tanda dan gejala halusinasi pendengaran sesudah terapi musikmenurun secara bermakna pada kelompok yang mendapatkan terapi musik, sedangkan pada kelompok yang tidak mendapat terapi musik halusinasi pendengaranmenurun secara tidak bermakna. c. Terapi musik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia 2 Saran

2.1 Pendidikan Keperawatan

Diharapkan tenaga pendidik keperawatan dapat menambahkan studi pendidikan terapi musik pada pasien skizofrenia. 2.2Pihak Rumah Sakit Rumah sakit hendaknya membuat program lanjutan serta menyediakan sarana untuk menerapkan terapi musik bagi pasien halusinasi di rumah sakit. Dan pasien yang telah mendapatkan terapi musik agar diteruskan, latihan diteruskan agar hasilnya menjadi lebih optimal

2.3 Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya agar tidak hanya melakukan terapi musik pasif tapi juga melakukan terapi musik aktif

2.4 Tenaga perawat

Perawat jiwa sebaiknya lebih aktif menerapkan terapi asuhan keperawatan generalis halusinasi dilanjutkan dengan terapi musik 3 Keterbatasan Penelitian a. Pelaksanaan terapi musik hanya dilakukan dalam 2 minggu dimana hanya diulang 3 kali. Dikarenakan waktu penelitian yang berbenturan dengan jadwal kuliah. b. Keterbatasan literatur, hanya sedikit literatur yang membahas tentang pengaruh terapi musik terhadap halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia. DAFTAR PUSTAKA American Music Therapy Association 2013.Diakses 23 februari 2013. What is Music Therapy?. Availablefrom http:www.musictherapy.rg Arikunto, S 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, S 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta Direja, A, H, S 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika Djohan 2003. Psikologi Musik. Yogyakarta. Buku Baik Maramis, W, F 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press. Mohammadi, A, Z. Minhas, L, S. Haidari, M. Panah, F, M.A Study of the Effects of Music Therapy on Negativeand Positive Symptoms in Schizophrenic Patients. diunduh pada tanggal 16 November 2013. http:www.gjpsy.uni- goettingen.degjp-article-mohammadi.pdf Natalina, D. 2013. Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media Notoatmodjo, S 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Purvis, T, N 2007. Music Therapy in Schizophrenia.Diakses tanggal 16 November 2013.http:web.wlu.casoundeffectsresearchlibraryTonyaCastle.pdf Stuart, G. W., Laraia, M. T. 2005. Principles and Practice of Psychiatic Nursing, Eighth edition.Elsevier Mosbyhttp:www.terapimusik.comterapi_musik.htm Wahyuni, S, E 2010. Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy Terhadap Halusinasi Pasien di Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu Meda. Tesis, Universitas Indonesia Sulistyowati E, C, 2009. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Perubahan Perilaku Pada Klien Skizofrenia Dengan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Diakses tanggal 7 Juli 2014. http:lontar.ui.ac.idfile?file=digital124781- TESIS064320End20N09p-Pengaruh20Terapi-HA.pdf Wahyuni., Yuliet., Elita 2011 Hubungan lama rawat dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Pekanbaru. Diakses pada tanggal 11 juli 2014. http: ejournal.unri.ac.idindex.phpJNIarticledownload641634

Dokumen yang terkait

Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Pasien Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah PEMPROVSU

17 174 86

Efektivitas Terapi Gerak terhadap Perubahan tingkat Kecemasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta

0 10 8

GAMBARAN STATUS MENTAL PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Gambaran Status Mental Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 3 19

RESPON FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS SAAT TERJADI HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA Respon Fisiologis Dan Psikologis Saat Terjadi Halusinasi Dengar Pada Pasien Skizofrenia Paranoid Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 4 19

PENDAHULUAN Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 5

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 2 10

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 66

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu

0 2 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skizofrenia 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu

0 1 31