57
1. Profil Tenaga Pendidik
Tenaga  pendidik  penting  adanya  dalam  sekolah.  Hal  ini dikarenakan tenaga pendidik merupakan komponen yang harus ada dalam
setiap  penyelenggara  suatu  pendidik.  Tenaga  pendidik  dalam  setting inklusi  diantaranya  adanya  kepala  sekolah,  guru  kelas,  guru  pendamping
khusus.  Selain  itu,  tenaga  pendidik  juga  merupakan  salah  satu  penentu keberhasilan  pendidik  sehingga  perlu  diperhatiakn  kelengkapan,
kualifiaksi,  profesi  dan  kompetensi.  Hasil  observasi  dan  wawancara  yang dilakukan  peneliti  di  SD  Negeri  Tamansari  1  mengenai  tenaga  pendidik.
Hal  ini  sebagaimana  yang  disampaikan  oleh  guru  kelas  bu  If  sebagai berikut:
“GPK  nyakan  hanya  satu  ditambah  datangnya  dua  kali seminggu jadi GPK nya menurut saya sebaiknya ditambah
mba ,  soalnya  kalau  misalnya  dia  bisa  standby  disinikan
bisa  optimal  toh  menangani  anak-anak  ABK  kan  disini tiap  kelasnya  mesti  ada  anak  ABK  dari  kelas  1  sampai
kelas  6  nah  sedangkan  GPK  nya  mung  siji  tok  mba  jadi kan  kurang  efektif  lah,  dan  GPK  nya  pun  mendampingi
ABK  hanya  pada    hari  selasa  dan  sabtu  dan itu pun  tidak semua kelas terdampingi mbak” IF0515.
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak T sebagai berikut: “Iya    mbak.  Guru  pendamping  kurang  sementara  anak
berkebutuhan  khusus  disini  ya  lumayan  banyak” T020515.
Pernyataan  di  atas  di  benarkan  oleh  Ibu  HI  selaku  guru pendamping khusus  sebagai berikut:
58 “Iya  mbak,  pihak  sekolah  belum  menambah  jumlah  guru
pendamping  khusus  karena  masalah  biaya,  pihak  sekolah masah  kurang  dana  kalau  ingin  menambahkan  jumlah
guru  pendamping  untuk  anak  berkebutuhan  khusus” HI050515.
Tenaga  pendidik  di  SD  Negeri  Tamansari  1  mengenai kualifikasi  yang  dimiliki  belum  sesuai  karen  masih  ada  beberapa  guru
yang belum S1. Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu IF  selaku guru kelas I sebagai berikut:
“...  guru  hampir  semua  S1  namun  masih  ada  beberapa yang  beum  S1  seperti  Pak  SM  dan  juga  Bu  SF  yang
masih kuliah” IF060515
Pernyataan  senada  juga  disampai  oleh  Ibu  YL,  dan  Bapak TH, sebagai berikut:
“... Iya mbak. Guru di sekolah ada beberapa yang belum S1 soalnya ada yang masih kuliah” YL070515.
“...  Iya  mbak.  Ada  guru  yang  masih  kuliah  untuk  gelar S1-nya.  Seperti  guru  kelas  V  dan  guru  kelas  III”
130515.
Selain  kualifiaksi,  tenaga  pendidik  khususnya  guru  juga  terkait dengan kompetensi. Kompetensi yang dimiliki guru SD Negeri Tamansari
masih  kurang  dalam  memberikan  penanganan  kepada  anak  berkebutuhan khusus  karena  terbatasnya  kemampuan  dan  pengetahuan  yang  dimiliki.
Hal ini sesuai dengan ernyataan yang diungkapkan Ibu IF sebagai berkut: “...  untuk  kompetensi  guru  di  sekolah  masih  belum
sepenuhnya bisa mengetahui bagaimana cara menangani anak  berkebutuhan  khusus  dengan  karakter  yang
berbeda”IF060515.
59 Hal senada juga disampaikan oleh  Ibu DA selaku guru kelas IV
sebagai berikut: “Kompetensi  guru  kelas  hanya  sebatas  pengalaman
menyelami  anak,  dan  hasil  dari  pelatihan,  workshop maupun seminar yang diikuti”DA130515.
Pernyataan  di  atas  diperkuat  oleh  ungkapan  yang  disampaikan oleh  Bapak  TH  selaku  guru  kelas  II  dan  juga  koordinator  inklusi
sebagai berikut: “guru  kelas  kompetensinya  masih  sangat  kurang
terutama  dalam  menangani  anak  berkebutuhan  khusus. Kompetensi  guru  yang  dimiliki  diperdalam  dengan
mengikuti berbagai seminar dan pelatihan SPPI sekolah penyelenggara  pendidikan  inklusi  baik  yang  diadakan
dinas pendidikan maupun dinas provinsi”120515.
Adanya  GPK  sangat  membantu  pekerjaan  guru  kelas.  Akan tetapi guru kelas juga harus mengetahui cara-cara dan metode mengajar
di kelas inklusi. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat mengerti keadaan peserta  didik  di  kelas  inklusi.  Sehingga  dapat  memberikan  metode
pengajaran  yang  sesuai.  Berikut  merupakan  beberapa  pelatihan  khusus yang  diberikan  guru  di  SD  Negeri  Tamansari  1  agar  bisa  mengajar  di
kelas inklusi: a.
Pemberian diklat-diklat Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu IF dan Ibu HI
Peneliti :”Adakah  pelatihan  khusus  yang  diberikan
sekolah  kepada  guru  agar  bisa  mengajar  kelas inklusif?
GPK :“Ada,  biasanya  si  itu  mba,  perwakilan-
perwakilan  guru  saja  tidak  semua,  ya  digilir
60 lah  mba,  saya  pernah  berapa  kali  itu  ya  ikut
diklat-diklat  disekolah  biasanya  UNY  mba yang  mengadakan,  tapi  untuk  yang  pelatihan-
pelatihan  yang  diluar  saya  belum  mba IF050515.”
Bu IF :“Ada  pelatihan-pelatihan  mba,  biasanya  dari
Dinas  Propinsi,  Dinas  Kota,  UNY  juga  sering mba,  khususnya  jurusan  PLB  itu  sering  mba
mengadakan  diklat-diklat,  seminar-seminar seperti  itu  mba  dan  dan  kemarin  itu  ada
pelatihan  yang  di  Batam  cuma    tidak  semua guru yang ikut paling hanya perwakilan 1 atau
2  guru  saja  yang  bisa  menghadiri  pelatihan yang  diluar-luar  kota  seperti  itu  mba
IF060515.”
b. Mengikuti seminar-seminar
Kegiatan  seminar  biasanya  dilakukan  oleh  UNY.  UNY merupakan  salah  satu  Universitas  di  Yogyakarta  yang  secara  umum
menonjolkan  dalam  bidang  kependidikan.  Dalam  seminar  tersebut, perwakilan  guru  berkumpul  jadi  satu,  sehingga  selain  memperoleh
materi  seminar,  guru-guru juga  bisa  saling  tukar pengalaman.  Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ibu IF guru kelas sebagai berikut.
Peneliti :”Adakah  pelatihan  khusus  yang  diberikan
sekolah  kepada  guru  agar  bisa  mengajar  kelas inklusif?
Bu IF :“Seminar
biasanya dari
UNY. Diklat
dilaksanakan  untuk  lebih  paham  sekilas mengenai  inklusi,  serta  antara  guru  dari
sekolah  dari  beberapa  sekolah  saling  bertemu bisa  sharing  mengenai  pelaksanaan  inklusi.
Seminar  biasanya  diikuti  oleh  perwakilan- perwakilan guru kelas IF60515.”
Selain  dari  UNY,  beberapa  waktu  yang  lalu  SD  Negeri Tamansari 1 mengirimkan perwakilan guru ke Batam untuk mengikuti