24 a.
Untuk meminimalkan ketebatasan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memaksimalkan kesempatan anak terlibat
dalam aktivitas normal, b.
Jika memungkinkan untuk mencegah terjadinya kondisi yang lebih parah dalam ketidakteraturannya perkembangan sehingga menjadi anak yang
tidak berkemampuan, c.
Untuk mencegah berkembangnya keterbatsan kemampuan lainnya sebagai hasil yang diakibatan oleh ketidakmampuannya.
Tujuan pendidikan inklusif dalam Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 2 yaitu:
a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosia atau memiliki potensi kecerdasan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan, b.
Mewujudkan penyelenggara
pendidikan yang
menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didk
sebagaimana yang dimaksud pada huruf a. Dari peraturan menteri Pendidikan di atas menunjukkan
bahwasannya pendidikan harus dapat diterima oleh semua warga negara tanpa terkecuali oleh anak yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini
sejalan dnegan yang tercantum dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 47 tahun 2008 tentang penyelenggara pendidikan Inklusif pada
Bab II Pasal 3. Tujuan pendidikan inklusif adalah;
25 a.
Terpenuhinya hak atas pendidikan yang layak dan memberikan akses seluas-luasnya bagi semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus,
b. Terwujudnya pemerataan penyelenggara sistem pembelajaran yang layak
dan berkualitas sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan individu siswa,
c. Terwujudnya pebentukan manusia sosial yang menjadi bagian integral
dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Berdasarkan uraian di atas, tujuan pendidikan inklusif yang dilakukan
dapat memberikan hak yang sama dalam memperoleh pelayanan pendidikan kepada peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki
sehingga dapat mencapai kemandirian.
6. Indikator Keberhasilan Pendidikan Inklusif
Keberhasilan suatu pendidikan harusnya terdapat beberapa indikator yang dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu pendidikan, begitu juga pada
pendidikan inklusif. Dalam Peraturan Walikota Yogyakarta tentang Penyelenggara Pendidikan inklusi Pada Bab IV pasal 7 yaitu:
a. Pengelolaan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi menggunakan
Sistem Manajemen Sekolah yang berperspektif inklusi. b.
Manajemen berbasis sekolah yang berspektif inklusi meliputi perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan monitoring dan evaluasi baik dalam hal
kelembagaan maupun akademik dengan mengintegrasi keperluan siswa berkebutuhan khusus secara proporsional.
26 c.
Manajemen Berbasis Sekolah yang bersprespektif inklusi dilaksanakan dengan prinsip partisipatorik, transparan, dan akuntabel.
d. Prinsp pertisipatorik, transparan, dan akuntabel sebagaimana dimaksud
pada ayat 3 dilaksanakan dengan melibatkan: 1
Guru reguelr dan guru pendamping khusus; 2
Peserta didik berkebutuhan khusus; 3
Peserta didik reguler; 4
Orang tua peserta didik berkebutuhan khusus; 5
Orang tua peserta didik reguelr; 6
Para ahli terkait; 7
Anggota masyarakat; 8
Tenaga kependidikan e.
Setiap satuan pendidikan yang menyelenggara pendidikan inklusi memprioritaskan penerimaan peserta didik yang berkebutuhan khusus
yang tempat tinggalnya dekat dengan satuan pendidikan yag bersangkutan. Dari uraian di atas dapat dijabarkan mengenai pengelolaan dilakukan
dalam Petunjuk Teknis Walikota Yogyakarta tentang penyelenggara Pendidikan Inklusi pada pasal 8, setipa satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi paling sedikit harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki program sekolah dan program pembelajaran yang berperspektif
inklusi;
27 b.
Memiliki tenaga pendidik yang mempunyai kompetensi menyelenggara pembelajaran bagi peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan
khusus; c.
Menyelenggara proses dan penilaian pembelajaran yang disesuaikan dnegan kondisi, potensi, kemampuan, dan kebutuhan individu peserta
didik termasuk peserta didikberkebutuhan khusus; d.
Memiliki program kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan inklusi.
D. Komponen-komponen dalam Penyelenggara Pendidikan Inklusif
Penyelenggara pendidikan inklusif merupakan sebuah upaya dalam rangkan meningkatkan kualitas pendidikan sehingga perlu adanya dukungan
manjerial. Dalam hal ini diperlukan banyak komponen-komponen yang ahrus ada dalam penyelenggara pendidikan inklusif. Komponen-komponen
yang ada diharapkan mampu bersatu padu sehingga penyelenggara pendidikan inklusif dapat berjalan dengan lancar. Komponen-komponen
yang harus ada dalam pendidikan inlusid akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Tenaga Kependidikan
a. Kompetensi guru dalam setting inklusi
Kompetensi terkait dengan kemampuan atau kecakapan. Depdiknas 2004 Mudjito, dkk, 2012: 52, kompetensi dapat
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalamkebiasaan berfikir dan bertindak. Arti lain
adalah spesifikasi dari engetahuan, keterampilan, dan sikap yang