Proses penyembuhan luka bakar Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka bakar

a. Luka bakar derajat dua superficial Luka kedalaman parsial superficial mudah dikenali dari penampilannya yang basah dan merah, pembentukan bula yang khas, dan kepekaan nyeri yang hebat terhadap rangsangan. Luka bakar ini timbul setelah kontak dalam waktu yang singkat dengan cairan panas, sengatan listrik atau jilatan api. Luka ini sembuh dengan spontan dalam waktu 2 minggu setelah cedera. b. Luka bakar derajat dua dalam deep Luka bakar ketebalan parsial yang dalam definisinya adalah luka yang sembuh dalam waktu lebih dari tiga minggu; penyembuhan yang lama ini sering kali menimbulkan pembentukan jaringan parut. 3. Luka bakar derajat tiga Disebut juga luka bakar ketebalan penuh, luka bakar ini biasanya mudah dikenali. Luka bakar ini disebabkan oleh paparan terhadap zat kimia yang pekat, arus listrik tegangan tinggi dan kontak yang lama dengan benda yang panas atau jilatan api. Dapat terlihat berwarna putih seperti mutiara, atau seperti kertas perkamen, dan melalui jaringan yang mati dapat terlihat vena yang mengalami thrombosis, dan dikenal sebagai skar. Luka ini tanda khasnya kering dan mati rasa. Luka bakar derajat tiga bersifat kaku.

2.8.1 Proses penyembuhan luka bakar

Proses penyembuhan luka dibagi dalam tiga fase Sjamsuhidajat dan Wim, 1997, yaitu: 1. Fase inflamasi Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh berusaha menghentikannya dengan vasokontriksi, pengerutan pembuluh yang terputus Universitas Sumatera Utara retraksi dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melekat dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan. 2. Fase proliferasi Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. 3. Fase penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih dan pembentukan jaringan baru. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang hilang. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan.

2.8.2 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka bakar

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka bakar yaitu faktor endogen, dimana gangguan datang dari dalam diri sendiri dan faktor eksogen yang datang dari luar tubuh. Gangguan endogen biasanya berupa gangguan koagulasi, gizi, dan gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh. Gangguan eksogen dapat diakibatkan oleh penyinaran pasca radiasi, obat-obatan, pengaruh lingkungan, luka gigitan dan luka artificial Sjamsuhidajat dan Wim, 1997. Cedera pada individu muda akan lebih cepat mengalami penyembuhan dibandingkan dengan yang lebih tua, hal ini terkait dengan kelancaran sirkulasi Universitas Sumatera Utara darah. Proses perbaikan jaringan akan terhambat pada keadaan yang terlalu panas dan terlalu dingin, karena keduanya akan menyebabkan kerusakan jaringan vaskuler yang menyebabkan thrombosis. Ukuran dan jumlah jaringan yang rusak merupakan faktor yang penting karena massa jaringan yang hilang akan mempengaruhi faktor pertumbuhan. Adanya benda asing di dalam luka akan menghambat proses penyembuhan disebabkan bertahannya iritan dan infeksi dalam jaringan granulasi. Semakin besar kerusakan, semakin lama pula proses penyembuhan disebabkan jaringan parut yang terbentuk akan semakin banyak Aliambar, 1996. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu identifikasi sampel, pengumpulan dan pengolahan sampel, pembuatan simplisia, skrining fitokimia dan karakterisasi simplisia serta ekstrak, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan gel dari ekstrak etanol daun puguh tanoh, evaluasi sediaan gel, pengujiaan sediaan gel terhadap penyembuhan luka bakar. Pengamatan efek penyembuhan luka bakar dilakukan secara visual terhadap diameter luka bakar, proses penyembuhan luka bakar fase inflamasi, proliferasi, penyudahan dan persentase penyusutan luka. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, cawan porselen, hot plate, jangka sorong, kaca objek, kaca penutup, krus porselen bertutup, lempeng logam berdiameter ± 20 mm, mortir dan stamfer, neraca analitis Boeco, oven listrik, pH meter HANNA instrument, rotary evaporator, seperangkat alat destilasi penetapan kadar air, stopwatch, termometer.

3.1.2 Bahan-bahan

Daun puguh tanoh, etanol 96 destilasi, kloral hidrat, toluen p.a, air suling, kalium iodida, merkuri II klorida, bismut nitrat, asam nitrat, iodium, alpha naftol, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, kloroform, besi III klorida, timbal II asetat, natrium hidroksida, asam klorida pekat, metanol teknis, eter minyak Universitas Sumatera Utara