Hewan Percobaan Analisis Data

tanah teknis, etil asetat teknis, serbuk seng, serbuk magnesium, isopropanol, Na- CMC, gliserin, air suling, metil paraben, larutan dapar pH 4 dan pH 7.

3.2 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar Rattus norvegicus 150-200 g umur 8-10 minggu. Sebelum percobaan dimulai, terlebih dahulu tikus dipelihara selama 2 minggu dengan kondisi lingkungan, makanan, suhu, dan minuman yang sama. 3.3 Prosedur 3.3.1 Pembuatan simplisia Pembuatan simplisia meliputi pengumpulan sampel, identifikasi tumbuhan dan pengolahan sampel.

3.3.1.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun puguh tanoh yang diambil dari Daerah Pancur Batu Provinsi Sumatera Utara. Daun yang diambil sebagai sampel adalah keseluruhan dari daun tumbuhan yang masih dalam keadaan baik. Gambar tumbuhan puguh tanoh dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 50.

3.3.1.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan pada Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor, Indonesia. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 49. Universitas Sumatera Utara

3.3.1.3 Pengolahan sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun puguh tanoh yang masih segar. Daun dipisahkan dari pengotor lain lalu dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan dan ditimbang. Diperoleh berat basah sebesar 1766 g. Selanjutnya daun tersebut dikeringkan selama 2 hari dalam oven dengan temperatur ±40 o C sampai daun kering ditandai bila diremas rapuh. Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu ditimbang, diperoleh berat kering sebesar 462 g, dimasukkan ke dalam wadah plastik bertutup dan di simpan pada suhu kamar.

3.3.2 Pemeriksaan karakterisasi simplisia

Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air dengan metode azeotropi, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam WHO, 1992; Ditjen POM, 1995.

3.3.2.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dari daun puguh tanoh segar dan serbuk simplisia daun puguh tanoh.

3.3.2.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun puguh tanoh. Serbuk simplisia daun puguh tanoh diletakkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan kloral hidrat dan ditutup dengan kaca penutup, selanjutnya diamati di bawah mikroskop.

3.3.2.3 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi destilasi toluena. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 mL, pendingin, tabung Universitas Sumatera Utara penyambung, tabung penerima 5 mL berskala 0,05 mL, alat penampung dan pemanas listrik. Cara kerja: Dimasukkan 200 mL toluena dan 2 mL air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 mL. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1992; Ditjen POM, 1995.

3.3.2.4 Penetapan kadar sari larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL air-kloroform 2,5 mL kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 mL filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105 o C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1992; Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.3.2.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 mL filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105 o C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1992; Ditjen POM, 1995.

3.3.2.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk simplisia dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1992; Ditjen POM, 1995. 3.3.2.7 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 mL asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1992; Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Skrining fitokimia

Skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia meliputi pemeriksaan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroidtriterpenoid.

3.3.3.1 Pemeriksaan alkaloida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut: a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Mayer akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Bouchardat akan terbentuk endapan berwarna coklat-hitam c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna merah atau jingga Alkaloida dinyatakan positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan di atas Ditjen POM, 1995.

3.3.3.2 Pemeriksaan flavonoida

Larutan Percobaan: Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml metanol lalu direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambah 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati, didiamkan. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40 o C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Cara Percobaan: a. Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1- 2 ml etanol 96, ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml asam klorida 2 N, Universitas Sumatera Utara didiamkan selama satu menit. Ditambahkan 10 ml asam klorida pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoida glikosida-3-flavonol b. Satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 96, ditambahkan 0,1 g magnesium dan 10 ml asam klorida pekat, terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoida Ditjen POM, 1995.

3.3.3.3 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi III klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966.

3.3.3.4 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volume air suling, selanjutnya ditambahkan 10 ml HCl 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform dan 2 bagian volume isopropanol. Diambil lapisan air kemudian ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch, ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat terbentuk cincin warna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.3.3.5 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.

3.3.3.6 Pemeriksaan steroidatriterpenoida

Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroida triterpenoida Harborne, 1987.

3.3.4 Pembuatan ekstrak etanol daun puguh tanoh EEDPT

Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Menurut Depkes, 1979 caranya: Sebanyak 400 g 10 bagian serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 3 L 75 bagian etanol, ditutup, diserkai. Ampas dicuci dengan etanol secukupnya hingga diperoleh 4 L100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40°C sampai diperoleh ekstrak kental. Universitas Sumatera Utara

3.3.5 Pembuatan sediaan gel

R Ekstrak daun puguh tanoh X Na-CMC 2 Metil paraben 0,18 Air suling 2 Gliserin ad 100 Tabel 3.1 Formula gel dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun puguh tanoh Keterangan: F1= dasar gel tanpa ekstrak etanol daun puguh tanoh F2= gel dengan konsentrasi ekstrak etanol daun puguh tanoh 2 F3 = gel dengan konsentrasi ekstrak etanol daun puguh tanoh 4 F4 = gel dengan konsentrasi ekstrak etanol daun puguh tanoh 6 F5 = gel dengan konsentrasi ekstrak etanol daun puguh tanoh 8 F6 = gel dengan konsentrasi esktrak etanol daun puguh tanoh 10 Cara Pembuatan: Pembuatan Suspensi Na-CMC: Ditimbang Na-CMC, ditaburkan di atas air suling yang dipanaskan dengan perbandingan 1:20 di dalam lumpang. Dibiarkan beberapa menit sampai Na-CMC mengembang, kemudiaan digerus sampai diperoleh massa transparan. Ditambahkan sebagian gliserin dan sisa air suling sedikit demi sedikit, digerus hingga terbentuk massa gel. Dilarutkan ekstrak daun puguh tanoh dengan beberapa tetes etanol di dalam lumpang, digerus sampai homogen. Suspensi Na-CMC ditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus hingga terbentuk massa gel yang homogen. Kemudian pada lumpang lain di gerus metil paraben, ditambahkan massa gel sedikit demi sedikit Bahan Formula gel gram F1 F2 F3 F4 F5 F6 Ekstrak daun puguh tanoh - 2 4 6 8 10 Na-CMC 2 2 2 2 2 2 Metil Paraben 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 Air suling 42 42 42 42 42 42 Gliserin ad 100 100 100 100 100 100 Universitas Sumatera Utara dan ditambahkan sisa gliserin, gerus hingga terbentuk massa yang homogen. Gel dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup rapat dan disimpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya Susanti, 2009.

3.3.6 Evaluasi sediaan

Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan stabilitas fisik sediaan, pemeriksaan homogenitas dan penentuan pH.

3.3.6.1 Pemeriksaan stabilitas fisik.

Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan meliputi bentuk, warna, dan bau yang diamati secara visual Suardi, dkk., 2008. Sediaan dinyatakan stabil apabila warna, bau, dan penampilan tidak berubah secara visual selama penyimpanan. Pengamatan di lakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 2, 4, 6, 8 dan minggu ke 12.

3.3.6.2 Uji homogenitas

Uji homogenitas akan dilakukan dengan menggunakan kaca objek, sejumlah tertentu sediaan jika diletakkan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979. Pengamatan di lakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 2, 4, 6, 8 dan minggu ke 12.

3.3.6.3 Pemeriksaan pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter. Cara: alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut, elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling, kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang Universitas Sumatera Utara ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan Rawlins, 2003. Pengamatan di lakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan minggu ke 12.

3.3.7 Pengujian sediaan gel terhadap penyembuhan luka bakar

Tikus dicukur bagian punggungnya. Luka bakar pada tikus dilakukan dengan menempelkan lempeng besi berdiameter ± 20 mm yang telah dipanaskan dalam air mendidih dengan suhu 100º C selama 10 menit dan ditempelkan pada punggung tikus yang telah dianastesi selama 15 detik, tunggu 24 jam, lalu diukur diameter luka bakar dan dianggap sebagai diameter luka bakar pada hari 0. Kemudian pada kulit yang melepuh atau yang mengalami luka bakar tersebut, dioleskan sediaan gel secara merata pada permukaan luka ± 200 mg sediaan gel pada masing-masing tikus pada semua kelompok, pengolesan di lakukan satu kali dalam sehari. Pengamatan di lakukan secara visual dengan memperhatikan perubahan pada fase-fase penyembuhan luka, diameter luka yang diukur menggunakan jangka sorong dan dihitung persentase penyusutan luka dengan menggunakan rumus di bawah ini Pereira, et al., 2012; Kumar, et al., 2006. persentase penyusutan luka hari X = Diameter luka hari 0 –Diameter luka hari X Diameter luka hari 0 × 100

3.4 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17. Data hasil penelitian di tentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan analisis statistik yang digunakan. Data analisis menggunakan uji ANAVA satu arah untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc LSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Hasil analisis data dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20, halaman 75 dan 83. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor, identitas sampel tumbuhan adalah Curanga fel-terrae Lour. Merr. Famili Scrophulariaceae yang dikenal masyarakat dengan nama puguh tanoh.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak

Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap simplisia daun puguh tanoh menunjukkan bahwa daun berwarna hijau muda sampai hijau tua, berbentuk bulat telur, tepi daun beringgit, ukuran daun ± 2 x 4 cm, dengan tekstur permukaan daun yang kasar, berkerut-kerut dan berbulu. Hasil pemeriksaan mikroskopis menunjukkan bahwa serbuk simplisia mempunyai fragmen pengenal berupa trichoma, berkas pembuluh, tulang daun, kristal kalsium oksalat bentuk prisma dan stomata dengan dua tipe yaitu diasitik dan anomositik. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 52. Hasil karakterisasi simplisia daun puguh tanoh dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia dan ekstrak daun puguh tanoh No. Parameter Hasil Simplisia Ekstrak 1. 2. 3. 4. 5. Kadar air Kadar sari larut dalam air Kadar sari larut dalam etanol Kadar abu total Kadar abu tidak larut dalam asam 7,97 16,18 14,54 9,80 0,98 10,63 67,67 78,42 3,93 0,35 Universitas Sumatera Utara