Hukum Mengikuti Perayaan Hari Besar Non-Muslim
                                                                                35
masih beredar diantara kelompok Yahudi dan Nashara sudah bermacam-macam versinya, saling berbeda dan banyak menyimpang atau dirubah. Sedangkan Al-
Quran tak akan pernah dapat dirubah ataupun diselewengkan.
2
Firman Allah SWT :
َنو ُڤِڭٰ َحَل مُ َ
ل اانِ َر ۡ
كِدَٱ اَ ۡ
ناڒَن  ُنۡ َ
َ اانِإ رجحا
٥١ :١
Artinya  :  ”Sesungguhnya  Kami-lah  yang  menurunkan  Al-Quran,  dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya .
Syariat  Islam  juga  tidak  akan  bisa  disamai  oleh  undang-undang  atau tatanan-tatanan lain.
ۡنَمَو ۡح
َ أ
َنِم  ُن َس ٱ
ۡڳُح ِ اَ مڹ
ۡوَقِدل ا لم
َنوُنِقوُي ةدئاما
١ :
١٥
Artinya : dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin.
Atas dasar ini, sudah seharusnya setiap ahli al-kitâb, baik yahudi maupun Nashara yang telah tahu dakwah Islam untuk beriman kepada Nabi yang Ummi,
yang telah dikabarkan dalam Taurat dan Injil. Mestinya ia beriman kepada yang tertulis dalam Al-Quran dan syariat-syariat yang ada didalamnya. Kalau tidak,
berarti mereka menyembunyikan atau menutupi apa yang tertulis dalam Taurat maupun Injil, kitab mereka sendiri.
Ada hakikat lain yang harus diketahui setiap manusia, bahwa siapa yang beriman kepada sebagian kitab samawi dan mengingkari sebagian yang lain,
maka ia adalah orang kafir. Karena diantara kriteria iman ialah percaya kepada
2
Sikap Islam Terhadap Non-Muslim, h. 33
36
kitab-kitab samawi secara keseluruhan, dan beriman kepada semua nabi dan rasul.
a. Kelompok Atheis dan Murtad
Secara bahasa, murtad adalah kembali kejalan yang semula dilauli. Secara istilah, murtad bermakna kembalinya orang yang telah beragama Islam yang
berakal dan sudah balig pada kekafiran karena kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain.
3
Banyak  sekali  gambaran-gambaran  atau  bentuk-bentuk  keyakinan  yang bathil  dan  pemikiran  menyesatkan  yang  dapat  menyeret  seseorang  pada
kemurtadan dan mengeluarkannya  dari Islam ini,  maka setiap orang  muslim harus mawas diri dalam menaggapi keyakinan, atau perkataan atau perbuatan
yang  menyembul  disekitarnya.  Ia  harus  memagari  diri  dengan  perbuatan- perbuatan  baik,  berpegang  teguh  pada  sendi-sendi  Islam  dan  merujuki  para
ulama  yang  mampu  menyajikan  fatwa  dalam  rangka  menyingkirkan  setiap gangguan dan intimidasi  yang dapat mengotori  aqidah.  Sedangkan  Atheisme
adalah pengingkaran terhadap dzat Illahi, menolak risalah samawi yang telah diturunkan Allah  kepada  Rasul-rasul-Nya.  Karena  seorang Atheis  tidak  mau
menerima  agama  Allah,  mengingkari  rukun  iman  dan  dasar-dasar  syariat. Meskipun Atheisme  termasuk  dalam  kelompok  pengertian  kemurtadan,  tapi
justru ia lebih buruk dan lebih besar bahayanya bagi individu dan masyarakat
3
Sayyid Sabiq, Fiqih al-Sunnah, jil. 2 Beirut Libanon: Dar al-Kutub al-Arabi, 1973, h. 256
37
dibandingkan  dengan  pengertian  kemurtadan  lain,  seperti  pemeluk  agama Nashrani dan Yahudi.
4
b. Kelompok Paganis penyembah berhala dan Musyrikin
Siapakah  yang  disebut  Paganis  itu?  Mereka  adalah  orang-orang  yang membuat  sembahan  selain Allah,  atau  ,mengambil  tuhan  selain Allah. Yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah orang-orang musyrik Arab. Penyembah api,  bintang,  orang-orang  majusi,  dan  lain-lainnya  yang  sama  menyembah
patung. Untuk mendekatkan pada tujuan yang dimaksud, kita batasi pembahasan
ini dalam dua kelompok, yaitu: i.
Kelompok Musyrik Arab Dalam menghadapi kelompok ini, Islam menyodorkan 2 pilihan; Islam
ataukah perang. Jizyah pun berlaku bagi mereka. Pendapat ini didukung oleh jumhur fiqoha, seperti Hanafiah, Imam Ahmad, Malikiah, Zaidiah, dan lain-
lain. Mereka berkata, Jizyah bisa diambil dari setiap orang kafir selain dari penyembah berhala dari bangsa Arab.
Sedang  Al-AuzaI,  Ats-Tsauri  dan  sebagian  mazhab  Malikiyyah berpendapat  bahwa  Jizyah  bisa  diambil  dari  setiap  orang  kafir,  baik  dari
bangsa Arab atau non Arab, dari ahli kitab maupun penyembah berhala.
4
Abullah Nashih Ulwan, Sikap Islam Terhadap Non Muslim, h. 62.
38
ii. Kelompok Paganis selain Arab
Kata  Jizyah  berasal  dari  kata  jaza’  yang  berarti  upah  atau  bayaran. Secara istilah, adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada orang-orang
ahlul-kitab yang masuk dalam perlindungan dan perjanjian umat Islam.
5
Dari  Muhammad  bin  Hambal  berkata,  bahwa  jaminan  tidak  berlaku kecuali  kepada  ahli  kitab  atau  orang-orang  seperti  mereka,  seperti  orang-
orang Majusi. Negara harus menjamin keamanan mereka dan mereka harus melaksanakan beberapa syarat.
Firman Allah SWT:
ُُلوُسَرَو ُ اَٱ َعارَح اَم َنوُسِدرَ ُُ  َََو ِرِخٓٱ ِعۡوَ َۡٱِب  َََو ِ اَٱِب َنوُنِمۡؤُي  ََ َنيِ اَٱ ْاوُڶِتَٰق
م ۡڷُهَو لدَي نَع َٿَيۡڒِ
ۡ َٱ ْاو ُطۡعُي ٰ اَِح  َټٰ َتِڳ
ۡلٱ ْاوُتوُأ َنيِ اَٱ َنِم ِدڮَۡحٱ َنيِد َنوُنيِدَي  َََو َنوُرِغٰ َص
وتا ٿب
٢: ٩٢
Artinya : “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa
yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar agama Allah, yaitu orang-orang yang diberikan Al-
Kitab  kepada  mereka,  sampai  mereka  membayar  jizyah  dengan  patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk”.
Para Ulama ahli Fiqih sepakat bahwa Jizyah diambil dari Ahl al-Kitȃb dan  Majusi.
6
Dalam  kitab  bidayah  al-Mujtahid,  Syafi’i Abu  Hanifah  dan Tsauri berpendapat bahwa kafir dzimmi wajib membayar zakat sama halnya
5
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Kitab al-Jihâd bab al-Jizyah jil. iii, Dar al-Kutub, 1973 , h. 664.
6
Imam Ibn Qayyim, Ahkȃm Ahl az-Dzimmah Dȃrul al-Hadîts, 2005, h. 11.
39
orang Islam, juga seperti yang lain.
7
c. Kelompok orang-orang munafik
Hiprokrisi atau kemunafikan adalah suatu  sikap pada diri seseorang  yang mengaku-ngaku Islam, tetapi jauh dilubuk hatinya menyimpan bara kekufuran
yang menyala dan tujuan-tujuan yang menjijikan. Dalam mengahadapi orang- orang  yahudi  yang  berlindung  kepada  Islam,  maka  mereka  diperlakukan
sebagaimana  seorang  Muslim  yang  murtad  lalu  memeluk  agama  lain. Atau mereka  diperlakukan  sebagaimana  seorang  destroyer  yang  memperlihatkan
fanatismenya yang bakal merusak. Mengenai  hukum  kehadiranmengikuti  perayaan  non-muslim  MUI
telah mengeluarkan fatwa yang mengatakan bahwa kehadiran orang Islam pada perayaan Natal adalah Haram dilarang, karena itu umat Islam tidak boleh ikut
terlibat  dalam  upacara-upacara  semacam  itu.  Fatwa  itu  ditandatangani  oleh Syukri Ghozali, ketua, dan Mas’udi, Sekretaris Komisi Fatwa.
8
ْۚاكوُفَراَعَ ِت  َلِئ كاَبَٵَو امبوُعُش ۡڷُكَٰنۡڶَعَجَو ٰ ََنُأَو لرَكَذ نِدم ڷُكَٰنۡقَڶَخ اانِإ  ُساانٱ اَڿُي
َ أٓ َي
َ اَٱ انِإ ۚۡڷُكٰىَقۡت َ
أ ِ اَٱ َدنِع ۡڷُكَمَرۡٶ َ
أ انِإ ٞرِبَخ ٌڷيِڶَع
تارجحا ٨٢
: ٥١
Artinya : ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan  menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal .
7
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid, wa Nihayatu al-Muqtasid, al-Haramain, t.t, h. 178.
8
Muhammad  Atho  Mudzar,  Fatwa-fatwa  Majlis  Ulama  Indonesia:  sebuah  studi  tentang pemikiran hukum Islam di Indonesia, 1975-1988 Jakarta: INIS, 1993, h. 117.
40
اَيۡنُلٱ  ِِ اَڹُڿۡبِحا َصَو ۖاَڹُڿۡعِطُت َََف ٞڷۡڶِع ۦِڽِب َڱَل  َړۡيَل اَم  ِِ َكِ ُۡۡت نَأ َٓ َل َكاَدَڿٰ َج نِ
ا َ
لِإ  اڷُٯ ۚ ا َ
لِإ  َباَن َ
أ  ۡنَم  َليِبَس  ۡعِباتٱَو ۖامفوُرۡعَم َنوُڶَڹۡعَت  ۡڷُتنُك اَڹِب ڷُكُٺِدبَن
ُ أَف  ۡڷُكُعِجۡرَس
ناڹقل ١٥
: ٥٥
Artinya : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu  yang  tidak  ada  pengetahuanmu  tentang  itu,  maka  janganlah  kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
ُجِر ۡ ُُ ۡڷَلَو ِنيِدلٱ  ِِ ۡڷُكوُڶِتَٰقُي ۡڷَل َنيِ اَٱ ِنَع ُ اَٱ ُڷُكٰىَڿۡنَي  اَ
َََُت ن َ
أ ۡڷُكِرَٰيِد نِدم ڷ ُكو
ۡڷُهو ُټِ ُُ َ اَٱ انِإ ۚۡڷِڿۡ
ََِإ ْاكوُطِسۡقُتَو َنِطِسۡقُڹ
ۡ لٱ
ڽنحتڹڹلا ٨
: ٠٦
Artinya  :  ”Allah  tidak  melarang  kamu  untuk  berbuat  baik  dan  berlaku  adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak pula
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.
Khusus berkaitan dengan perayaan hari-hari besar itu sendiri, menurut  kaca mata Al-Kitab, As-Sunnah, Ijma’ maupun Qiyaas.
Dalil-dalil Al-Qur’an yang melarang kita untuk ikut serta dalam hari-hari raya mereka.  Adapun  menurut  Al-qur’an,  adalah  berdasarkan  penafsiran  beberapa
tabi’in mengenai firman Allah :
امماَرِك ْاوُرَس ِوۡغاڶلٱِب ْاوُرَس اَذِ َروُڒلٱ َنوُدَڿۡشَي  ََ َنيِ اَٱَو
ناقرڭلا ٩٥
: ٢٩
Artinya : “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka  bertemu  dengan  orang-orang  yang  mengerjakan  perbuatan-perbuatan
yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya”.
41
Abu  Bakar  Al-Khallaal  meriwayatkan  dalam  al-Jâmi’,  dengan  sanadnya
sendiri dari Muhammad bin Sirin, berkenaan dengan firman Allah :
َ َ  َنيِ
ا َٱَو
َروُڒلٱ َنوُدَڿ ۡشَي ناقرڭلا
٩٥ :
٢٩
Artinya : “dan orang-orang yang tidak menyaksikan kepalsuankedustaan ...,”
Artinya  adalah  menghadiri  Sya’âni  hari  besar  yang  diperingati  oleh  orang kristen dalam rangka mengenang kembali masuknya Al-Masih ke Baitul Maqdis.
9
Abu  Syaikh  Al-Ashbahani  meriwayatkan  dengan  sanadnya  sehubungan dengan  “syarat-syarat  yang  dibebankan  terhadap  Ahli  Dzimmah”  dari  Adh-
Dhahak,  bahwa  arti:  “orang-orang  yang  tidak  menyaksikan  kepalsuan kedustaan,” adalah: mereka yang tidak melontarkan kata-kata syirik.
Masih dengan sanadnya, dari Juwaibir, dari Adh-Dhahhak bahwa makna ayat yang  artinya:  “orang-orang  yang  tidak  menyaksikan  kepalsuankedustaan,”
mereka yang tidak menghadiri hari-hari besar kaum musyrikin. Pernyataaan  para  tabi’in  bahwa  maksud  ayat  tersebut  adalah  larangan
menghadiri  hari-hari  raya  orang  kafir,  tidak  bertentangan  dengan  pernyataan sebagian mereka bahwa yang dimaksud dengan larangan terhadap perbuatan syirik
atau berhala dimasa jahiliyyah, atau pernyataan sebagian mereka adalah larangan
9
Ibn  Taymiyyah, Iqtida’  al-Sirat  al-Mustaqȋm:  lilMukhȃlafah  Ashȃb  al-Jahȋm  Dar  El-Fikr
Beirut-Libanon, 2003, h.169.
42
terhadap tempat digelarnya kemaksiatan.
10
Adapun dalil Sunnah:
نوبعڶي ناموي ڷڿلو ٿنيدڹلا ڷڶس و ڽيڶع َا ىص َا لوسر عدق لاق ړنأ نع لاقف اڹڿيف
ناموَا ناڐه ام ِ اڹڿيف ټعڶن انك اولاق
َا لوسر لاقف ٿيڶهاَا ڷڶس و ڽيڶع َا ىص
عويو ىضأا عوي اڹڿنم ارخ اڹڿب ڷكلدبأ دق َا نإ رطڭلا
11
دوادوبا هاور
Artinya : Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu meriwayatkan : “ketika Rasulullah Saw tiba  di  Madinah,  Mereka  orang-orang Madinah  telah  memiliki  dua  hari
yang mereka jadikan untuk bermain-main bersuka ria. Beliau bertanya: “Ada apa dengan dua hari ini?” mereka menjawab: “Di masa Jahiliyyah, kami biasa
bermain-main  pada  dua  hari  itu.”  Maka  Rasulullah  Saw  menanggapi; “sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian hari yang lebih baik dari
hari itu yakni hari Idul Adhâ dan Idul Fitri.”
                