Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis menggunakan standar buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2007 yang dianjurkan Fakultas Ushuluddin dan juga rujukan penulisan ayat-ayat al-
Qur’ân Depag RI.
F. Sistematika Penulisan
Ada lima bab dalam skripsi ini, setiap bab terdiri dari sub-sub bab, hal ini sebagai penjelas yang memiliki kolerasinya dengan pembahasan bab-bab tersebut.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
Bab pertama adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi peneletian dan sistematika penulisan. Bab kedua, biografi dari Ibnu Qutaibah dan sekilas tentang kitab
Ta’wil mukhtalif al-hadis.
Bab ketiga pengertian kemiskinan, yang berisi penjabaran miskin dari prespektif islam, prespektif sosial.
Bab keempat mengkaji dari matan hadis, dan analisis Ibnu Qutaibah tentang hadis kemiskinan didalam kitab mukhtalif al-hadis.
Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran- saran.
9
BAB II IBNU QUTAIBAH DAN KARYANYA TAWÎL MUKHTALIF AL-HADÎTS
A. Riwayat Hidup
1. Biografi Ibnu Qutaibah
Nama lengkap Ibnu Qutaibah adalah ‘Abdullah bin Muslim bin Qutaibah al- Dainûrî al-Marwazî. Kun-yahnya adalah Abû Muhammad. Ia dinisbatkan pada al-
Dainûrî, yaitu suatu daerah di mana ia pernah menjadi hakim di sana. Sebagian ulama berpendapat, Ibnu Qutaibah juga dinisbatkan pada al-Marwazî yang merupakan
tempat kelahiran ayahnya. Dalam beberapa literatur, ia terkadang dikenal dengan sebutan al-Qutbâ atau al-Qutaibâ yang merupakan bentuk tashghîr memiliki arti
kecil dari kata Qutbah dan bentuk tunggal dari kata aqtâb yang mempunyai arti jeroan binatang ternak. Tidak diketahui dengan jelas mengapa ia dinisbatkan pada
kata tersebut.
1
Ibnu Qutaibah dilahirkan pada tahun 213 H 828 M di Baghdad, dan ada yang mengatakan di Kufah. Pada masa itu Baghdad merupakan ibu kota negara yang
berada di dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon. Jadi dapat dikatakan bahwa pusat pemerintahan dinas
ti ‘Abbâsiah berada di tengah-tengah bangsa Persia.
2
Sejak saat itu Baghdad tidak pernah sepi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan kemunculan
ulama, sehingga kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Ibnu Qutaibah untuk
1
‘Abd al-Qadîr Ahmad ‘Athâ, Muqaddimah al-Thab’ah al-Ûlâ, dalam ‘Abdullah bin Muslim bin Qutaibah, Tawîl Mukhtalif al-Hadîts, Beirut, Muassasah al-Kutub al-Tsaqâfiah 1988
Cet. I, hlm. 8
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, RajaGrafindo Persada 1995, Cet. III hlm. 51