Peran PBB dalam menangani Perlindungan Kebebasan Beragama

53 respon dari masyarakat sipil di Indonesia juga mendorong perhatian PBB untuk lebih serius memperhatikan Indonesia. Dalam konteks itu, sebenarnya perhatian PBB tidak bisa dilepaskan dari dorongan aktor di tingkat nasional yang selalu memberikan update dan informasi bahkan beberapa kali pertemuan dengan pelapor khusus, baik secara langsung ataupun tidak, agar Indonesia diperhatikan. 98 Adapun tantangan bagi PBB dalam perlindungan KBB di Indonesia bahwa PBB merupakan lembaga internasional yang sangat terkait dengan dua hal. Pertama, bagaimana soal etika hubungan antar Negara itu dibangun Negara dengan warga negaranya. Kedua, soal peranan politisnya untuk mendesak Negara- negara, walaupun secara tidak langsung. 99 Dari segi politis, tentu, pelapor khusus atau PBB sendiri memiliki peran penting untuk menekan pemerintah Indonesia secara tidak langsung, baik secara vulgar melalui mekanisme-mekanisme yang ada di PBB. Misalnya, lewat sidang dewan HAM dimana didalamnya ada proses UPR atau melalui sarana-sarana diplomatik dengan mengirimkan surat kepada pemerintah Indonesia, entah itu dari OHCHR atau dari pelapor khususnya sendiri atau dari Komisi HAM nya sendiri. Jadi ada layer-layer yang digunakan PBB untuk memperhatikan kasus-kasus di Indonesia dan memunculkan peranan tersendiri bagaimana menekan pemerintah Indonesia. 100 98 Wawancara Muhammad Hafiz, Program Manager UN –OIC Advocacy Human Rights Working Group HRWG, di Kantor HRWG Cikini Jakarta Pusat, pada Tanggal 1 Juni 2015 99 Ibid. 100 Ibid. 54

B. Alasan PBB mengeluarkan Rekomendasi terkait Kebebasan

Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia Ada beberapa forum yang diangkat untuk mengangkat isu kebebasan beragama. Dalam catatan Human Rights Working Group HRWG, setidaknya, ada dua momen yang begitu kuat ditingkat internasional dimana kasus Kebebasan Berkeyakinan dan Beragama menjadi perhatian bagi Negara-negara anggota PBB atau bahkan pelapor khusus. 101 Pertama, ketika UPR dilakukan pada tahun 2012. UPR adalah mekanisme review Negara terhadap situasi hak asasi manusia secara umum. Ditambah lagi masyarakat sipil ketika itu merasa penting mengangkat isu KBB yang memang sangat kritis. Intolerasi meningkat dibarengi dengan tindak kekerasan. ada kasus Cikesik dan Sampang yang terjadi beberapa kali, kemudian Gereja Kristen Indonesia GKI Yasmin dan Huria Kristen Batak Protestan HKBP Philadelpia yang tidak kunjung selesai belum lagi kasus-kasus lain yang secara rutin dimonitor oleh masyarakat sipil. Sehingga merasa penting untuk mengangkat isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di forum UPR. 102 Ada satu laporan khusus terkait Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan yang dibuat HRWG dan dijadikan modal untuk melobi, berdiplomasi dengan Negara-negara dewan HAM di forum UPR. Akibat dari itu, isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan menjadi sangat panas waktu itu bahkan menurut analisa HRWG, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang seharusnya tidak 101 Ibid. 102 Ibid. 55 dijadwalkan pergi, karena besarnya perhatian Negara-negara terhadap isu HAM, khususnya Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia, Menteri Luar Negeri sendiri yang kemudian hadir di Forum UPR itu. Jika dilihat dari kasus per kasus, isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan memang paling tinggi perhatiannya dibandingkan dengan isu-isu lain. Dari 130 rekomendasi ada sekitar 30-35 rekomendasi yang spesifik membahas KBB 103 . Kedua, ketika ada review di bawah mekanisme kovenan hak sipil politik di depan komite HAM PBB. Dimana mekanisme HAM PBB yang seharusnya hanya ada yang tertutup tetapi juga disediakan akses masyarakat sipil yang tidak terlalu politis sebagaimana di dewan HAM. Forum tersebut juga dapat digunakan sebagai laporan alternatif. Forum itu pula yang biasa digunakan oleh masyarakat sipil ketika itu untuk membuat laporan alternatif tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Hampir seluruh perhatian Komite HAM PBB pada tahun 2012 diberikan untuk isu-isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Sehingga ada banyak rekomendasi spesifik yang berbicara tentang Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Salah satu rekomendasinya adalah Indonesia harus meningkatkan dialog antar umat beragama, harus mencabut PNPS, mencabut Undang Undang penodaan agama, menjamin pendirian rumah ibadah, dan seterusnya. 104 103 Ibid. 104 Ibid. 56 Dua momen itu yang cukup memberikan efek baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak terhadap pemerintahan untuk melakukan perlindungan di dalam negeri. 105

C. Respon Indonesia terhadap Rekomendasi Mekanisme PBB

Peninjauan kedua UPR Indonesia dilakukan Working Group pada 23 Mei 2012 dan diadopsi pada 19 september 2012. Indonesia menerima 150 rekomendasi, menolak 30 rekomendasi dan tidak satupun rekomendasi yang ditunda atau tanpa penjelasan. 106 Adapun rekomendasi-rekomendasi yang tidak diterima oleh Pemerintah Indonesia, di antaranya adalah mengundang Pelapor Khusus Kebebasan Beragama Paragraf 109.17, 109.18 dan 109.19 dan dorongan untuk merevisi atau menghapuskan peraturan atau keputusan yang membatasi kebebasan beragama, termasuk pula UU no 1PNPS1965 dan Keputusan Bersama tentang Ahmadiyah. 107 Adapun respon Indonesia terhadap mekanisme HAM PBB, menurut HRWG, ada yang sisi positif ada juga yang sisi negatif. Positif maksudnya menjadikan rekomendasi itu sebagai bahan evaluasi walaupun sebetulnya sangat kecil yang merespon secara positif. Selebihnya, sebetulnya tidak merespon secara negatif tetapi ada semacam penolakan atau bersikap defensif terhadap serangan- serangan itu dengan mengatakan bahwa “yaa itu kan Cuma segelintir kasus, dari 105 Ibid. 106 Alamsyah Djafar, dkk., Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Asia Tenggara: Kerangka Hukum, Praktik, dan Perhatian Internasional Jakarta: HRWG, 2012, 79 107 Alamsyah Djafar, Kebebasan Beragama, 81 57 sebanyak itu kan cuma GKI Yasmin dan HKBP Philadelpia yang bermasalah, Ahmadiyah cuma di Cikesik saja, Sampang juga cuma ada satu ”. Seakan menolak rekomendasi-rekomendasi tersebut dan menolak fakta yang ada. 108 Walaupun begitu ada keyakinan bahwa pemerintah pasti merasa harus memperbaiki diri dan mencoba jangan sampai kasus ini terulang kembali dan kembali memperburuk citra Indonesia di mata dunia hanya karena permasalahan- permasalahan kecil yang sebenarnya tidak terlalu sulit untuk diselesaikan. 109 Menurut Wahid Institute Peran PBB dalam melindungi KBB di Indonesia dianggap efektif, karena isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan dan isu-isu yang lain menjadi bagian dari pergaulan internasional. Kalau ada permasalahan dengan isu-isu ini maka dunia akan menyoroti Indonesia sebagai negara yang tidak menghormati HAM. Itu juga akan menjadi masalah dalam konteks hubungan internasional. 110 Hal tersebut secara tidak langsung menekan pemerintah untuk melakukan antisipasi dan dari kacamata aktivis NonGovermental Organization upaya tersebut cukup efektif. Misalnya, jika indonesia dianggap negara intoleran maka dimata internasional ada noda sehingga pemerintah mulai berfikir bagaimana merespon ini untuk mengembalikan citra indonesia dengan melakukan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Meskipun langkah-langkahnya belum sesuai dengan apa 108 Wawancara Muhammad Hafiz, Program Manager UN –OIC Advocacy Human Rights Working Group HRWG, di Kantor HRWG Cikini Jakarta Pusat, pada Tanggal 1 Juni 2015 109 Ibid. 110 Wawancara Alamsyah Djafar, Peneliti Wahid Institute, di Hotel House of Arsonia, Bendungan Hilir Jakarta Pusat, pada Tanggal 20 Mei 2015