4
tindakan dalam 216 peristiwa
6
; tahun 2011 tercatat 299 tindakan dalam 244 peristiwa
7
; tahun 2012 tercatat 371 tindakan dalam 264 peristiwa
8
. Di bidang regulasi, masih banyak aturan-aturan yang berseberangan
dengan prinsip kebebasan beragama. Aturan berupa undang-undang, peraturan pemerintah, perda, keputusan daerah, surat kepala daerah, atau peraturan di
bawahnya. Misal UU No. 1PNPS1965 tentang pencengahan penyalahgunaan danatau penodaan agama dan Surat Keputusan Bersama SKB Tiga Menteri
tahun 2008 tentang Ahmadiyah.
9
Sementara itu, PBB mempunyai kepentingan melindungi hak kebebasan beragama dan berkeyakinan di negara-negara Association Southeast of Asia
Nation ASEAN. Karena, mayoritas negara-negara ASEAN telah meratifikasi ICCPR dan kovenan lainnya secara otomatis tunduk pada aturan dan mengikat
secara hukum. Berikut ini tabel negara-negara anggota ASEAN yang meratifikasi isntrumen HAM PBB;
States ICCPR ICESCR CERD CAT CEDAW CRC CRMW CRPD
Brunei D. V
V
Cambodia V
V V
V V
V V
6
Ismail Hasani ed, Dokumen Kebijakan: Penghapusan Diskriminasi AgamaKeyakinan Jakarta: Setara Institute, 2011, 1
7
Ismail, SBY, 21
8
Halili, dkk., Kondisi Kebebasan BeragamaBerkeyakinan di Indonesia 2012: Kepemimpinan Tanpa Prakarsa Jakarta: Setara Institute, 2012, 31
9
Alamsyah, Asia Tenggara, 34-35
5
Indonesia V
V V
V V
V V
Laos V
V V
V V
V V
Malaysia V
V V
Myanmar V
V
Philipines V V
V V
V V
V V
Singapore V
V
Thailand
V V
V V
V V
V
Vietnam
V V
V V
V
Diagram Instrumen HAM Internasional yang diratifikasi negara anggota ASEAN.
10
Selain itu PBB juga mengeluarkan rekomendasi-rekomendasi dan hasil kesimpulan pemantauan komite PBB terhadap negara-negara ASEAN, salah
satunya adalah rekomendasi khusus untuk Indonesia. Hasil rekomendasi sidang UPR Universal Periodic Review PBB yang dirilis pada 25 Mei 2012 diikuti 74
negara 27 negara anggota Dewan HAM PBB dan 47 negara peninjau meluncurkan rekomendasi penting yang harus ditindaklanjuti oleh pemerintah
Indonesia dalam empat tahun terakhir atas keprihatinan terhadap kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan. Yakni, khusus menyinggung kebebasan
beragama dan berkeyakinan tentang jaminan pelaksanaan kebebasan beragama
10
David Cohen, Rule of Law for Human Rights in the Asean Region: A Base-Line Study, Depok: Human Rights Resource Centre, 2011, h. 26-27
6
dan berkeyakinan termasuk mengkhususkan pada kelompok seperti Ahmadiyah, Bahai, Syiah, dan Kristen.
Dalam konteks ini Indonesia adalah salah satu dari beberapa negara yang demokratis dan menghormati HAM, dengan meratifikasi norma-norma HAM
PBB. Akan tetapi banyak muncul pelanggaran HAM, khususnya hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan. Peristiwa ini mencapai puncaknya di
Indonesia, merujuk data Setara Institute, sekitar tahun 2012, tercatat 371 tindakan dalam 264 peristiwa pelanggaran atas kebebasan berkeyakinan dan beragama. Di
sisi lain PBB mempunyai kepentingan untuk memenuhi dan melindungi HAM di Indonesia.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut maka dapat ditarik sebuah pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimana Upaya PBB dalam Mendorong
Perlindungan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia tahun 2012?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari dibuatnya Penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui bagaimana peran PBB dalam mengatasi Perlindungan Kebebasan Beragama dan berkeyakinan di Indonesia
tahun 2012. b.
Untuk memenuhi tugas akhir kuliah S1 jurusan Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
Manfaat dari dibuatnya Penelitian ini adalah: a.
Sebagai sebuah penelitian baru, yang memang sebelumnya sangat jarang sekali oleh para akademisi membuat judul penelitian ini, bahkan
belum ada. b.
Sebagai warisan karya akademis bagi studi Hubungan Internasional di FISIP UIN Syarif Hidayatullah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam inisiasi p embahasan penelitian soal “Upaya PBB dalam Menangani
Perlindungan Kebebasan Beragama dan Berke yakinan di Indonesia” ini, oleh
penulis sendiri bersumber dari beberapa sumber pustaka serupa, meskipun dengan variabel yang berbeda. Seperti:
1. Alamsyah Djafar, Herlambang, dan Muhammad Hafiz., Kebebasan
Beragama dan Berkeyakinan di Asia Tenggara: kerangka Hukum, Praktik dan Perhatian Internasional Jakarta: HRWG, 2012, menelaah mengenai
kondisi kebebasan beragama dan berkeyakinan di Asia Tenggara. Dimana, kondisi tersebut mendapat perhatian oleh Organisasi Internasional PBB.
Para peneliti memakai sumber hasil rekomendasi dan hasil kesimpulan pemantuan oleh PBB dalam menganalisa kondisi kebebasan beragama dan
berkeyakinan di Asia Tenggara. 2.
Halili, dkk., Kondisi Kebebasan BeragamaBerkeyakinan di Indonesia 2012: Kepemimpinan Tanpa Prakarsa Jakarta: Setara Institute, 2012.
Hasil penelitian ini mencatat sejauhmana kondisi kebebasan beragama dan
8
berkeyakinan di Indonesia tahun 2012 yang semakin memprihatinkan. Setara Institute mengeluarkan data dan menelaah pelangaran atas
kebebasan beragama yang terjadi di indonesia. Dibandingkan kedua tinjauan daftar pustaka tersebut, penelitian penulis lebih
memilih mengambil sudut pandang yang lain upaya PBB dalam mendorong perlindungan kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia. Tentunya
berbeda dari dua penelitian sebelumnya ini. Dari semua referensi diatas yang dijadikan tinjauan pustaka dalam kajian ini, tentunya digunakan untuk menunjang
argumentasi tema skripsi ini.
E. Kerangka Teoritis
1. Human Security
Konsep Human security mengemuka ditandai dengan berakhirnya Cold War. Isu yang tadinya pada masa Cold War berkutat pada keamanan tradisional
– bersifat state-sentris dan military power
– berubah menjadi isu keamanan non- tradisional. Para akademisi yang mengusung konsep ini dan mewarnai isu
keamanan non-tradisional, dike nal dengan sebutan “The Copenhagen School”
seperti Barry Buzan, Ole Waever, dan Jaap de wilde. Para akademisi tersebut mencoba memasukkan aspek-aspek di luar hirauan
tradisional kajian keamanan – seperti misalnya masalah kerawanan pangan,
terorisme, bencana alam, dan sebagainya – sebagai bagian dari studi keamanan.
Dengan memasukkan hal-hal tersebut ke dalam lingkup kajian keamanan, maka
9
the Copenhagen School mencoba memperluas objek rujukan referent object isu keamanan dengan tidak lagi berbicara melulu
“negara”, tetapi juga menyangkut keamanan “manusia”.
11
Pada tahun 1994 UNDP menjelaskan konsep human security yang mencakup: economic security, food security, health security, enviromental security, personal
security, community security, dan political security. Secara ringkas UNDP mendefinisikan human security sebagai : “first, safety from such chronic threats
such as hunger, disease, and repression. And, second, ...protection from sudden and hurtful disruptions in the patterns of daily life --- whether in homes, in jobs or
in communities ”. Jadi, secara umum, definisi human security menurut UNDP
mencakup “freedom from fear and freedom from want”.
12
Pemerintah Kanada secara eksplisit mengritik bahwa konsep human security UNDP terlalu luas dan hanya mengaitkan dengan dampak negatif pembangunan
dan keterbelakangan. UNDP mengabaikan “human insecurity resulting from violent conflict
”. Kritik senada juga dikemukakan oleh Norwegia. Menurut Kanada, human security adalah keamanan manusia yang doktrinnya didasarkan
pada Piagam PBB, Deklarasi Universal tentang Hak Azasi Manusia, dan Konvensi Jenewa. Langkah-langkah operasional untuk melindungi human
security dirumuskan dalam beberapa agenda tentang: pelarangan penyebaran ranjau, pembentukan International Criminal Court, HAM, hukum humaniter
11
Bob Sugeng Hadiwinata, Transformasi Isu dan Aktor di dalam Studi Hubungan Internasional: Dari Realisme hingga Konstruktivisme, h. 13 di Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional,
P. Hermawan, Yulius [Ed], Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007
12
Edy Prasetyono: 2